16 | Sahabat

32.8K 2.9K 98
                                    

❇❇❇

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❇❇❇

Pagi ini, jam pertama ternyata para guru sedang ada rapat untuk  kegiatan penilaian tengah semester yang akan dilaksanakan sebentar lagi, alhasil semua di SMA Buana sedang jamkos alias pelajaran kosong.

Raya terduduk lemas, kemudian menyenderkan punggungnya di bangku kelas. Ia seperti tidak punya tenaga untuk melakukan aktivitas apapun. Apalagi teman sekelasnya memandang Raya dengan tatapan aneh, ada yang menatap iba ada juga yang menatap tak suka.

Niatnya tadi untuk ke UKS ia urungkan, karena tidak mau berita gosip itu menjadi-jadi. Jika Raya ke UKS diantar oleh Bagas.

"Siapa sih yang nyebar gosip itu?" tanya Raya dalam hati. Perasaannya sangat gusar saat ini.

Mentari menggerakkan bangku yang diduduki Raya, karena posisi duduk Mentari tepat di belakang Raya. "Kira-kira yang nyebarin gosip nggak bener itu siapa ya, Ra?" tanyanya.

Raya berbalik memandang Mentari. "Ya mana gue tahu, Ri."

"Kalau sampe ketahuan, bisa dipastiin tuh orang udah gue jadiin sate beneran dah, sebel gue," gerutu Mentari.

Senja hanya diam mendengarkan kedua sahabatnya itu berbincang-bincang. Ia masih canggung dan tidak enak hati pasal kejadian tadi pagi.

"Jangan aneh-aneh lah Ri, mereka itu orang loh entar lo bisa masuk penjara," ucap Raya.

"Iya kalau orang kalau setan gimana?" bantah Mentari.

"Emang kalau setan lo berani?" Raya terkekeh.

"Ya berani lah, ngapain nggak."

"Iyain deh." Raya mengalah.

Sedangkan Senja hanya tersenyum canggung.

"Sen," panggil Mentari.

"Hem," sahut Senja.

"Lo kok dari tadi diem aja, ngomong napa elah." Mentari mencebik sedikit merasa sebal.

"Eh, ya ngomong apa? Gue bingung."

"Lo tiba-tiba sariawan apa gimana?"

"Enggak kok," kilah Senja seraya menggelengkan kepalanya.

Dengan canggung Senja menyentuh bahu kanan Raya, sontak Raya menoleh ke arah Senja.

"Sabar ya Ra," ucap Senja. Namun Raya hanya menyahuti dengan deheman.

Beberapa saat terjadi keheningan yang membuat suasana menjadi awkward. Tidak ada lagi yang mengeluarkan suara.

Mentari menggaruk pipi kanannya yang tidak gatal. Ia tidak mengerti dengan suasana seperti ini, padahal tadi kan suasananya tidak semembingungkan ini.

"Oi," panggil Mentari kepada keduanya.

"Hem," jawab mereka berdua.

"Oi." Mentari mulai geram, dari belakang ia menggoyang-goyangkan bangku kedua sahabatnya itu. Karena bangku mereka tepat di depan Mentari.

ANGKASARAYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang