Simpul Mati Nasya - 3

1.4K 186 28
                                    

Jelajah Medan

Setelah kejadian Nasya salah masuk toilet, dia menjadi enggan untuk ke toilet sendirian. Dan satu hal yang menjadi pelajaran, Nasya terlebih dahulu melihat tanda dibagian atas toilet. Nasya sangat malu jika dia harus salah masuk toilet lagi. Belum lagi, dia sudah ada masalah dengan salah satu panitia perkemahan.

Hingga pagi ini, tak ada tanda-tanda orang itu mencari Nasya. Mungkinkah dia lolos dari hukuman karena tak ikut sholat maghrib berjamaah. Atau jangan-jangan ucapan laki-laki itu hanya ancaman untuk menakut-nakuti dirinya. Nasya masih belum tenang sampai perkemahan ini selesai. Untuk pertama kalinya, Nasya merasa ingin perkemahan kali ini cepat-cepat selesai.

Agenda hari kedua perkemahan siswa baru diawali dengan beribadah sholat subuh bagi siswa muslim, dilanjutkan bersih diri dan olahraga pagi. Semua siswa baru sudah berganti seragam olahraga khas sekolah dan berkumpul di lapangan. Meskipun dalam satu lapangan yang sama, antara siswa dan siswi dibedakan barisanya.

"Guys tungguin aku dong," pinta Riana yang sekarang masih sibuk dengan make up nya.

"Kita mau olahraga na, kenapa harus pake make up segala sih? Belum mandi juga," balas Lila.

"Iya buruan ih, keburu tetat kita," seru Nasya yang sudah menunggu didepan tenda.

"Bentar," kata Riana.

"Dalam hitungan sepuluh mundur, semua siswa-siswi harus sudah berkumpul di lapangan. Sepuluh, sembilan ..." suara salah satu panitia menggunakan pengeras suara.

"Ayolah na, buruan tinggalin deh tu make up, udah mulai dihitung mundur tuh," kata Via mulai panik.

"Iya-iya," balas Riana kemudian segera keluar dari tenda.

Hanya tinggal mereka berempat yang terlambat menuju lapangan. Hitungan mundur sudah sampai di angka satu, tapi Nasya dan teman-temannya masih setengah jalan menuju lapangan. Intruksi dari panitia acara membuat Nasya dan teman-temanya harus mau patuh dan itu sangat mempermalukan diri sendiri.

"Kalian berempat, jalan jongkok," intruksi panitia acara menggunakan pengeras suara.

Sontak semua yang berada di lapangan melihat ke arah meraka. Tak ingin terlalu lama menjadi tontonan, Nasya dengan berat hati langsung jongkok dan berjalan menuju lapangan yang juga di ikuti oleh teman-temannya.

"Astaghfirullah, kenapa aku ikut kena sih," gerutu Nasya yang jelas didengar oleh teman-teman disampingnya.

"Ini semua gara-gara Riana," kata Via menyalahkan Riana.

"Maluuu-maluuu banget," kata Lila.

"Ya, sorry guys," balas Riana merasa bersalah.

Karena terlambat otomatis mereka mendapat posisi paling belakang. Sudah tidak jelas instruktur senam di depan, belum lagi posisi tanah yang tidak rata menambah kekesalan bagi Nasya. Ini adalah pengalaman terburuk Nasya selama mengikuti perkemahan. Dulu semasa di SMP, Nasya tak pernah merasakan yang namanya terlambat. Beruntung mereka tak dihukum, tapi berjalan jongkok sudah menjadi hukuman yang memalukan bagi Nasya.

Kurang lebih satu jam kegiatan olahraga pagi yang diisi dengan senam pagi. Diakhir-akhir senam berubah menjadi jogetan-jogetan gak jelas seperti sekarang, musik instruktur senam berubah menjadi lagu "kewer-kewer". Setelah selesai senam, dilakukan bersih-bersih di area lapangan dan tenda, kemudian dilanjutkan dengan bersih diri.

Siang hari di hari kedua masih sama halnya dengan kemaren penyampaian materi. Tapi untuk hari ke dua lebih ke praktek tali-temali, pionering, cara pendirian tenda dari tongkat, pembuatan tandu, gapura dan lainnya. Setelah pemateri selesai menyampaikan materi dasar, peserta yang sudah dibagi dalam regu diberi tugas membuat masing-masing dari materi yang sudah dijelaskan.

Simpul Mati NasyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang