Misteri Sandi Rumput
Pada akhirnya, fitnah yang pernah dituduhkan pada Nasya, semua sudah selesai. Karena bantuan penjelasan dari Nasya sendiri maupun teman-temanya. Semua jadi tau sifat asli Lidya yang akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang dia mau. Termasuk untuk mendapatkan seorang Mirza yang selalu dia kejar.
Nasya tidak bisa mengendalikan rasa yang ada pada setiap manusia. Seperti halnya rasa benci yang tumbuh di hati Lidya dan Sinta padanya. Sebaik apapun Nasya memperlakukan dua temannya itu, mereka tidak akan pernah menganggap kebaikannya. Bagi Nasya itu tak masalah jika kebaikannya tidak diterima dengan baik oleh Lidya maupun Sinta. Karena kebaikan yang dilakukan bukan karena manusia, melainkan karena Allah.
Minggu depan sudah waktunya masuk penilaian akhir semester genap. Artinya, sudah satu tahun Nasya menjalani rutinitas masa putih abu-abu. Untuk nilai tambahan, beberapa guru memberikan banyak tugas untuk dikumpulkan sebelum ujian dilakukan.
“Guys kerja kelompok yuk,” ajak Riana sambil merapikan buku tulisnya kedalam tas.
“Boleh, nanti sepulang sekolah gimana?” tanya Nasya.
“Mau banget,” jawab Silvia
“Mau belajar dimana?” tanya Khalila.
“Di rumah aku gimana?” usul Nasya dan teman-temannya menyetujuinya.
Dering bel sekolah diakhir jam pelajaran menjadi pertanda bahwa sudah waktunya untuk pulang. Guru kelas Nasya, meminta agar doa terlebih dahulu, yang dipimpin oleh ketua kelas. Setelahnya semua siswa boleh meninggalkan kelas. Nasya dan lainnya sibuk membicarakan tentang belajar kelompok, membuat Ervan yang berjalan disamping mereka tertarik dengan bahasan mereka.
“Kalian mau kerja kelompok?” tanya Ervan.
“Iya,” jawab Silvia.
“Boleh gabung gak?” tanya Ervan.
“Boleh lah,” jawab Riana.
“Ajak teman-teman kamu juga ya, biar ada teman cowok yang lain,” balas Nasya.
“Oke, dimana?” tanya Ervan lagi.
“Di rumah Nasya, nanti aku share loc tempatnya,” balas Silvia.
“Oke,” balas Ervan kemudian meninggalkan Nasya dan yang lainnya.
Mobil taxi online yang dipesan Nasya sudah berada dititik penjemputan, tepatnya di halte depan sekolah. Nasya dan yang lainnya langsung masuk ke dalam mobil. Tak butuh waktu lama, mobil tesebut melesat melewati jalanan Jakarta yang ramai lancar hingga sampai di rumah Nasya. Setelah membayar tarif yang di kenakan, Nasya dan yang lainnya segera turun, tak lupa mengucapkan terimakasih.
“Yuk masuk,” ajak Nasya.
“Itu motor siapa Sya?” tanya Silvia yang super duper kepo.
“Itu motor kakak aku, namanya Kak Nizar,” jawab Nasya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpul Mati Nasya
Teen FictionFiksi Remaja - Islami - Pramuka || Spinoff Separuh Agamaku Bekerjasama dengan Penerbit Garis Cakrawala Bumi perkemahan, Tempat dimana kita pertama kali dipertemukan, Tak seperti orang kebanyakan, Berawal dari tatap-tatapan, Dan berjabat tangan perke...