Simpul Mati Nasya - 35

790 102 14
                                    

Jaga Jarak

Dengan langkah tergopoh Mirza meminta pertolongan pada pihak rumah sakit. Nizar segera memindahkan Nasya keatas brankar. Untuk pertama kalinya Nizar melihat Nasya terkulai lemas seperti itu. Nizar merasa gagal karena tidak bisa melindungi adik kesayangannya. Bahkan Nizar tak berani untuk memberitahukan keadaan Nasya kepada orangtuanya. Setelah mendapat pertolongan dan tindakan dari rumah sakit, Nizar memilih untuk ngobrol berdua dengan Mirza.

“Aku minta maaf kak,” ucap Mirza bahkan sebelum Nizar mengucap sepatah kata.

“Aku gak tau harus menyalahkan siapa disini, tapi yang aku tangkep dari ucapan perempuan yang berusaha melukai Nasya. Semua ini disebabkan oleh kamu, perempuan itu benci sama Nasya karena kamu lebih dekat dengan Nasya dibandingkan sama dia,” balas Nizar.

“Kamu tau kan Nasya gak pacaran? dan aku yakin Nasya gak akan berusaha mendekati kamu, kalau bukan karena kamu yang mendekati dia. Dan jelas, kamu pernah meminta izin itu kepada Ayahkan?” Mirza mengganggukkan kepalanya.

“Aku minta tolong sama kamu, sebelum kamu bisa memastikan perempuan itu tidak berbuat nekat kepada Nasya. Dan kamu belum siap untuk menggantikan Ayah menjaga Nasya. Tolong jauhi Nasya!” Nizar memberikan penekanan di akhir ucapanya.

“Makasih Za.” Nizar meninggalkan Mirza dan kembali ke ruangan Nasya.
Dua hari sudah Nasya dirawat di rumah sakit, kondisi Nasya masih sangat lemah. Bahkan sudut bibirnya masih belum kering membuat Nasya susah untuk berbicara. Wajahnya masih terlihat pucat, bahkan belum tercipta senyum diwajahnya. Hari ini hasil visum Nasya akan keluar, selain untuk keperluan kepolisian, keputusan itu diambil untuk mengetahui keadaan Nasya setelah kejadian itu.

Keputusan Nizar untuk menunda memberitahukan keadaan Nasya membuat orangtuanya harus mendengar berita itu dari orang lain. Tak perlu pikir panjang, Nafis memutuskan untuk segera pulang dan meninggalkan pekerjaannya. Mendengar apa yang menimpa Nasya membuat Nafis tak ingin melepaskan pelaku begitu saja. Hidup di negara hukum, setiap warganya memiliki hak untuk melaporakan apa yang merugikan diri seseorang.

“Jangan pernah ulangin hal itu lagi, kalian masih jadi tanggung jawab Ayah sebagai orangtua,” ucap Nafis.

“Jangan pernah menutup-nutupi masalah apapun dari bunda dan ayah,” tambah Najla.

“Maaf bun,” balas Nizar.

Terdengar suara gaduh di luar ruang rawat Nasya membuat Nizar melangkah membuka pintu. Ternyata itu adalah teman-teman Nasya yang datang menjenguk. Dengan senang hati Nizar mengizinkan mereka masuk ke ruangan Nasya. Mereka masuk dan bergantian mencium punggung tangan orangtua Nasya. Sebuah senyum terukir di wajah Nasya melihat sahabatnya datang menemuinya.

“Boleh peluk gak nih?” tanya Riana dan Nasya mengangguk lemah.

“Aaa, cepet sembuh ya.” Via pertama kali memeluk Nasya yang kemudian diikuti oleh Lila dan Riana.

“Aku turut prihatin dengan apa yang menimpa kamu, aku jadi ngerasa gagal sebagai sahabat kamu,” ucap Lila.

“Husst, jangan bilang gitu. Kalian sahabat terbaik buat aku, sehidup sesurga kan?” Nasya berusaha mengucap setiap katanya dengan menahan rasa sakit disudut bibirnya.

“Kita doain semoga kamu cepat sembuh,” balas Riana dan mereka melepaskan pelukannya.

“Cepet sembuh ya Ca,” ucap Wildan.

“Makasih ya kalian semua udah datang buat tolongin aku,” balas Nasya.

“Kamu tau aku datang pakai kostum spidermen?” tanya Fajar membuat yang lainnya menggelengkan kepala, berbeda halnya dengan Nasya yang menanggapi lelucon Fajar.

Simpul Mati NasyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang