Day 5 : Sayonara Cinta
Setelah kegiatan pagi dilaksanakan, maka dengan berat hati peserta harus mulai membongkar tendanya. Siang nanti akan dilakukan apel penutupan kegiatan. Semua saling bekerjasama membongkar tenda, dan membersihkan kembali tempatnya. Bus yang menjemput mereka sudah terparkir di depan area perkemahan. Sebagian membersihkan tenda, sebagian lainnya membawa barang-barang ke bus.
“Hmm sedih banget harus pulang,” kata Kak Cua.
“Mau nambah hari kak?” tanya Zifa.
“Kalau boleh,” balas Kak Cua.
“Gais, ada yang kepo nih ada yang dapet tambatan gak?” tanya Kak Tiara.
“Kenapa? Kamu dapet ya?” tanya Kak Rina.
“Ihh enggak, aku masih setia sama abang yang disana,” jawab Kak Tiara membuat yang lainny bersorak ‘huu’.
“Nasya sama Mirza gimana perkembangannya?” tanya Kak Jane.
“Ha?? Perkembangan apaan kak?” tanya Nasya bingung.
“Aku tim sukses kamu, tapi ati-ati aja sih nanti kalau di sekolah,” jawab Kak Jane.
“Maksudnya apa sih?” tanya Nasya tak mengerti.
“Hmmm, nanti deh kalau pulang liat di instagram live semalam,” timpal Kak Mina.
“Baiknya sih kasih tau sekarang,” balas Retta.
Nasya masih bingung dengan apa yang dibahas oleh teman-temannya. Semalam sebelum tampil, tak ada pembahasan apapun menyangkut dirinya. Dan kalau soal instagram live, Nasya tidak tau itu dan Nasya juga belum buka aplikasi instagramnya. Nasya jadi penasaran dan pengen segera buka instagramnya.
“Kenapa sih kak sebenarnya?” tanya Nasya.
“Nanti aja deh kita ceritain,” balas Kak Mina.
Nasya memang tidak tau apa sebenarnya yang terjadi ketika dirinya sedang tampil di malam api unggun. Nasya tau, jika teman-temannya sengaja melakukan siaran langsung di instagram saat dirinya bersama Mirza tampil. Apa mungkin ada komentar buruk mengenai dirinya, pikir Nasya.
Apel penutupan kegiatan perkemahan wira karya sudah selesai dilakukan. Barisan sudah dibubarkan dan sekarang semua peserta bertumpah ruah di lapangan. Saling berjabat tangan mengucapkan terimakasih juga maaf. Bumi perkemahan, menjadi tempat pengakraban mereka, sayangya lagu sayonara sudah terlantunkan, pertanda perkemahan sudah berakhir.
Tak lupa untuk mengabadikan momen perpisahan, mereka semua berfoto bersama. Berlatar belakang peserta yang bertumpah ruah disana.
“PASMAHASA,” ucap Mirza.
“Bisa, bisa, bisa pasti jaya,” ucap serempak semua anggota.
“Terimakasih semua,” teriak Mirza.
Barang-barang sudah dimasukkan kedalam bus, salam perpisahan di bumi perkemahan sudah dilaksanakan. Semoga tak ada kisah sebatas patok tenda, yang hanya menyisakan cerita disatu bumi perkemahan saja. Jika dikehendaki, mungkin tak apa jika ada asmara tunas kelapa. Tapi bagi Nasya dirinya hanya memita, agar kisah cintanya se-erat simpul mati setelah ikatan suci.
“Zifa, aku mau duduk sama kamu dong,” kata Nasya saat berjalan beriringan dengan Nasya menuju bus.
“Liat nanti lah di dalam,” balas Zifa.
Nasya melihat kedalam bus, beberapa sudah masuk beberapa lagi belum. Kak Susi meminta agar duduknya tetap seperti keberangkatan, karena tak ingin ada yang saling berebutan. Nasya menghela napasnya berat, artinya dia akan duduk dengan Mirza lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpul Mati Nasya
Teen FictionFiksi Remaja - Islami - Pramuka || Spinoff Separuh Agamaku Bekerjasama dengan Penerbit Garis Cakrawala Bumi perkemahan, Tempat dimana kita pertama kali dipertemukan, Tak seperti orang kebanyakan, Berawal dari tatap-tatapan, Dan berjabat tangan perke...