Pembuktian Lidya
Usai membantu menyiram tanaman di halaman rumahnya, Nasya memilih untuk istirahat sebentar di teras rumahnya. Lantunan musik dari penyanyi favoritnya seketika berhenti ketika Nasya menutup aplikasi musiknya. Jari-jari Nasya bergerak aktif di layar ponselnya. Tujuan Nasya saat itu adalah membuka aplikasi whatsapp untuk melihat perbincangan apa yang sedang dilakukan oleh sahabat-sahabatnya.
"Mbak Nasya ada titipan coklat." Pak Dodi memberikan sebuah coklat yang diatasnya terdapat selembar kertas.
"Dari siapa pak?" tanya Nasya penasaran dan menerima pemberian pak Dodi.
"Kata bapak ojolnya sih nama akunnya Lutfi, buat mbak Nasya," jawab Pak Dodi.
"Nasya gak punya teman yang namanya Lutfi pak, salah kirim mungkin,"
"Tapi tadi bapak udah cek, namanya mbak Nasya, alamatnya juga bener kok," jelas pak Dodi.
"Yaudah deh pak, makasih ya," balas Nasya tak lupa dengan senyumnya.
Setelah kepergian pak Dodi, Nasya tak sabar membuka kertas yang ada diatas coklat tersebut. Nasya mencoba mengingat-ingat, apakah dia memiliki teman sekelas bernama Lutfi. Tapi Nasya merasa tak pernah memiliki teman dengan nama tersebut, bahkan mendengar nama itu saja baru tadi.
"Astaghfirullah," ucap Nasya ketika sudah membaca tulisannya.
Nasya tak tau Lutfi itu siapa, tapi Nasya bisa menduga siapa sebenarnya pengirim coklat beserta selembar surat itu. Selama ini Nasya kira semuanya sudah baik-baik saja. Nyatanya, yang membencinya masih berdiri tegap untuk terus menguji dirinya.
"Sekalipun aku gak akan takut dengan acaman kakak. Apa salah jika aku berteman baik dengan Kak Mirza, pun dengan yang lainnya?" Nasya bertanya-tanya pada dirinya dan masih menatap selembar kertas itu.
"Aku masih berjuang keras mengontrol hatiku, entah siapa nanti jodohku, semoga tak akan pernah melukai hati siapapun." Nasya berdiri dari tempatnya kemudian pergi ke kamarnya.
⛺⛺⛺
Rutinitas baru bagi Nasya di hari sabtu. Melihat kakaknya yang sudah rapi dengan pakaian oleh raga membuat Nasya juga ingin ikut olahraga. Dengan sedikit rayuan manjanya, Nizar akhirnya luluh dan mengizinkan Nasya untuk ikut gabung dengan teman-teman gowesnya.
"Ca, mending di rumah aja deh, masalahnya nanti kita mau gowesnya di jalan raya, bukan di kompleks," seru Nizar.
"Gamau, bosen tau di rumah sendirian," balas Nasya.
"Ngerepotin tau, kamu tuh." Nasya tidak mempedulikan ucapan kakaknya.
"Nanti jangan salahin aku kalau kamu bosan gak ada teman ngobrol." Nizar memperingati.
"Kak Nizar bilang ada teman cewek juga kan. Udah deh gak masalah penting aku ikut gowes," balas Nasya.
Nizar dan Nasya berangkat dari rumahnya menuju titik kumpul. Senyum bahagia terukir di wajah Nasya, berbeda halnya dengan Nizar yang terus was-was dengan keberadaan adiknya. Kalau bukan karena kasihan Nasya sendirian di rumah, mungkin Nizar tak akan mengizinkan bergabung dengan dirinya.
Keduanya sudah sampai dititik kumpul, dan benar semua adalah teman-teman kampus Nizar. Bukan Nasya namanya kalau tak bisa bergaul dengan teman-teman kakaknya. Tak butuh waktu lama, Nasya bisa sangat asik dengan orbolan teman-teman barunya.
"Baru tau kalau Nizar punya adik cakep gini," ucap salah satu teman Nizar.
"Apaan loh, awas ya lo godain adik gue," balas Nizar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpul Mati Nasya
Teen FictionFiksi Remaja - Islami - Pramuka || Spinoff Separuh Agamaku Bekerjasama dengan Penerbit Garis Cakrawala Bumi perkemahan, Tempat dimana kita pertama kali dipertemukan, Tak seperti orang kebanyakan, Berawal dari tatap-tatapan, Dan berjabat tangan perke...