Simpul Mati Nasya - 5

1.3K 169 14
                                    

Berkurang Umur

Selama dalam perjalanan pulang, Nasya masih penasaran dengan orang yang sudah membuat kejutan untuk ulangtahunnya. Siapa dia? Kenapa namanya gak mau disebutkan. Pasti yang tau tentang tanggal lahirnya adalah anak organisasi, kalau bukan osis ya kepramukaan. Apa iya ketua kepramukaan? Ah tidak mungkin, Nasya tau laki-laki itu gak akan punya rencana buat kasih kejutan buat dirinya.

Justru mungkin dia yang berinisiatif untuk membentak-bentak dirinya. Bahkan dia juga mengatakan mengenai dirinya yang terlambat jamaah sholat maghrib serta salah masuk toilet. Dan Nasya sekarang sudah tau laki-laki yang dikagumi oleh teman-teman perempuannya yang kini menjabat sebagai ketua kepramukaan itu.

Nasya tak habis pikir kenapa teman-temanya bisa segitu kagum dengan laki-laki itu. Nasya yang hanya bertemu beberapa kali saja, berharap tak lagi bertemu dengannya lagi. Kenapa bisa teman-temanya itu kagum sama Mirza? Dilihat dari sisi mananya juga?, tanya Nasya pada dirinya sendiri.

“Ngelamunin apa sih, lagi ulang tahun juga, jangan ngelamun deh,” kata Riana yang melihat Nasya terus memandang ke arah jendela seperti memikirkan sesuatu.

“Enggak kok,” balas Nasya.

“Eh kalian yang disini udah ngucapin selamat dan doa kan belum buat Nasya?. Riana yang berdiri memberikan pertanyaan kepada teman-temannya.

“Udah dong,” balas salah satu temannya.

“Makasih ya teman-teman semua, semoga doa baik yang kalian panjatak buat aku, kembali kepada kalian semua, aamiin,” kata Nasya.

“Apaan sih tuh cewek, cuma dikasih kejutan gitu aja seneng,” bisik Sinta pada teman disebelahnya. Nasya mendengar hal itu, karena posisi duduk Sinta berada di depannya.

“Kenapa? Pengen ya dikasih kejutan gitu, jangan ngarep deh,” balas Riana tak suka.

“Na, jangan gitu dong ngomongnya, maafin Riana ya Sin,” kata Nasya meminta maaf, yang justru direspon tak suka sama Sinta. Melihat sikap Sinta seperti itu kepada Nasya membuat Riana geram dengan cewek centil itu.

⛺⛺⛺

Sampai di sekolah, sebagian besar teman Nasya sudah pulang dijemput keluarganya. Nasya berkali-kali menghubungi Ayahnya tapi tak kunjung mendapat jawaban. Bahkan Nasya menghubungi Bunda, Naura dan Nizar pun juga tak mendapat jawaban. Apa iya, Ayahnya lupa kalau seharusnya siang ini, Nasya pulang dari berkemah.

Satu jam lebih, Nasya menunggu keluarganya menemput. Sudah terlalu lama dan kesal, Nasya memutuskan untuk memesan taxi online. Baru membuka aplikasi di ponselnya, sebuah mobil hitam yang Nasya tau jelas siapa pemiliknya kini berhenti di depannya. Kaca jendela terbuka, bukan Ayahnya yang sedang menjemputnya melainkan Pak Dodi supir keluarganya.

Karena sudah lelah, Nasya langsung masuk kedalam mobil. Meletakkan barang-barangnya di bagasi belakang kemudian memilih duduk di bangku tengah dan merebahkan tubuhnya. Sedangkan Pak Dodi segera melajukan mobilnya menuju rumah.

“Ayah kemana sih Pak, kok jadi Pak Dodi yang jemput Nasya?” tanya Nasya pada supirnya.

“Tadi pagi, semua udah pergi ke acara temannya Pak Nafis, Bapak kurang tau tepatnya kemana, tadi Ayahnya mbak Nasya cuma berpesan sama Bapak supaya jemput mbak Nasya jam satu,” jawab Pak Dodi.

“Gimana bisa, orang Nasya minta jemput jam 12 juga, Nasya nungguin sejam tau pak,” kesal Nasya.

“Maaf ya mbak Nasya, Bapak gak tau itu, tadi bilangnya jam Satu,” balas Pak Dodi merasa bersalah.

Sesampainya di rumah, Nasya sangat kesal. Bagaimana tidak, di hari ulang tahunnya, orangtua tua dan kakak-kakaknya justru tak ada di rumah. Jangankan di rumah, di sekolah saja Nasya tak dijemput. Ah sudahlah daripada memikirkan hal yang justru membuatnya kesal, lebih baik Nasya segera merebahkan tubuhnya.

Simpul Mati NasyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang