Simpul Mati Nasya - 36

819 110 16
                                    

Perpisahan

"Karna disetiap pertemuan pasti akan ada perpisahan, tenang akan aku usahakan untuk segera kita bertemu lagi. Meskipun aku tak akan siap untuk merindu, semoga kamu masih setia menunggu kepulanganku,"

Nizam Mirza Sharim

(Putar lagu diatas : Sampai Jumpa-Endang Soekamti)

***

Waktu terus berjalan, apa yang terjadi di masalalu patut menjadi pelajaran untuk masa yang akan datang. Ketidak hadiran Mirza bersama teman-teman kepramukaan sewaktu Nasya berada di rumah sakit. Membuat Nasya masih menyisakan berbagai pertanyaan untuk itu. Ditambah dengan sikap Mirza yang sekarang dingin terhadapnya. Keduanya pun sudah sangat jarang bahkan hampir tidak pernah bertukar pesan.

Semenjak kejadian yang menimpa dirinya setahun yang lalu membawa banyak perubahan pada hidup Nasya. Berawal dari perubahan sikap Mirza yang berusaha menghindar dan menjauh dari Nasya. Dan perubahan sikap orang-orang yang pernah membenci Nasya seperti Sinta. Terkait Lidya, selain mendapat hukuman atas tindakannya, Lidya juga dikeluarkan dari sekolah.

“Nasya!” Sinta langsung berdiri menghampiri Nasya membuat teman-teman Nasya ikut berdiri.Sinta memeluk Nasya erat dan berulang kali mengucapkan kata maaf.

“Sin? Kamu gapapa” tanya Nasya yang heran dengan perubahan sikap temannya itu, begitupun dengan teman-teman Nasya yang lainnya.

“Aku mau belajar dari kamu Sya, maafin aku selama ini sudah jahat sama kamu. Aku selalu merasa iri dengan apa yang kamu miliki. Maafkan aku Sya.” Suara Sinta mulai terdengar berat dan benar Sinta mengeluarkan air matanya.

Untuk pertama kalinya Nasya melihat Sinta menangis. Perubahan Sinta yang mendadak baik seperti itu membuat Nasya tersenyum senang. Memang tak seharusnya kita menyimpan rasa iri, dengki bahkan dendam pada orang lain. Karena hal itu hanya akan membuat hati kita tidak akan tenang. Dan sikap Sinta yang berani mengakui kesalahan dan berani meminta maaf membuat Nasya salut akan hal itu.

“Sin, aku udah maafin kamu. Dari kamu juga aku belajar sabar dan banyak hal lainnya. Sikap kamu yang sekarang ini juga buat aku salut dan bangga sama kamu. Kamu berani mengakui kesalahan kamu dan berani untuk terlebih dahulu meminta maaf.” Tangan Nasya berusaha menghapus air mata di pipi Sinta.

Melihat perlakuan Nasya kepada Sinta membuat teman-teman sekelasnya menjadi terharu. Bahkan sebagian dari mereka mulai berkaca-kaca. Dua tahun menjadi teman sekelas membuat mereka tahu jelas bagaimana sikap buruk Sinta kepada Nasya.

“Huuu, jadi terharu. Kan indah ya, kalau kita sekelas nih semuanya berdamai,” ucap Abizar membuat semua menoleh kerarahnya.

“Ya terharu, tapi lo ngrusak suasana harunya tau,” sorak salah satu teman sekelas mereka.

“Dasar, Abi,” ucap Wildan.

“Biasnya ada traktiran nih kalau ada yang baikan gini,” usul Fajar.

“Iya, ada traktiran buat kalian semua, yang bayar Abi,” balas Sinta.

“Lah, kok jadi gue,”

“Yeyyy traktiran,” sorak Fajar membuat yang lainnya juga ikutan.

⛺⛺⛺

Hari ini menjadi hari yang cukup berat bagi Nasya. Pasalnya hari ini menjadi hari pelepasan wisuda angkatan Mirza. Fakta yang Nasya tahu dari teman-temannya, sehari setelah wisudanya. Mirza akan melanjutkan pendidikannya ke Australia. Fakta yang cukup mengejutkan bagi Nasya, terlebih Mirza tak pernah memberitahunya tentang itu.

Simpul Mati NasyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang