| Tujuh belas : Nyaman |

39 24 0
                                    

"Main yuk, Nya. Bosen gue di rumah terus. Pengin makan pecel lele, nih," ujar Ajeng yang duduk di bangku halte menemani temannya.

Anya menoleh sekilas, lalu mendial nomor Dio kembali. Mereka sudah berjanji akan pergi ke rumah Adrian sore ini untuk belajar bersama mengerjakan soal bimbel yang bu Wiga berikan. Namun, pesan Anya tak kunjung dibalas sejak bel pulang berbunyi. Dio melesat pergi tanpa ia ketahui, sementara Adrian terlihat sibuk saat mendapat telepon dari seseorang.

Suara klakson angkutan umum yang menawarkan mereka ke tempat tujuan sama sekali tak membuat Anya terusik. Ajeng yang di sampingnya menyikutnya pelan, lalu menunjuk jam di ponselnya, memberi kode bahwa mereka sudah lama menunggu.

"Kita makan pecel lele di rumah Icis, aja, Jeng. Sekalian ngerjain soal dari Bu Wiga tadi pagi," usul Anya.

"Hah? Serius, lo?"

"Iya. Dio ngajak kita ngerjain tugas bareng sama Icis." Ia mengangguk. "Ibunya Icis juga jualan pecel ayam sama pecel lele. Rasanya enak banget, nggak kalah enak dari langganan kita."

Ajeng menggigit bibir bawahnya, ia tampak ragu. "Lo yakin? Adrian kan galak sama lo, Nya. Kalau dia gak suka kita dateng, gimana? Ya, meskipun kemarin dia nolongin lo dari si brengsek Kevan, bukan berarti dia baik sama lo 'kan?"

"Iya, juga, sih." Anya mengangguk. Hari ini Anya ke rumah Adrian karena ada Dio yang melindunginya dari sengatan mulut cabai laki-laki itu.

"Udahlah, kita cari tempat makan yang lain aja. Nasi padang gimana?" tanya Ajeng. "Gampanglah tugas dari Bu Wiga bisa besok."

Anya menggeleng.

"Bubur madura seberang Alfamart?"

"Nggak, deh."

"Plis, jangan Richeese. Gue lagi bokek banget. Cari yang paket ceban aja, Nya."

"Tapi ibunya Icis gak mungkin biarin kita diusir, Jeng."

"Hah?" Ajeng mengerjap beberapa kali. "Lo masih mau ke rumah Adrian?"

Perempuan itu mengangguk mantap. "Ayo, kita naik angkot sebelum sore."

"Ini beneran karena paket ceban atau lo berharap Dio nyusul ke rumah Adrian, nih? Kok gue jadi curiga," ucap Ajeng dengan mata memicing.

Anya tersenyum lebar. "Sambil menyelam, dua tiga pulau terlampaui!"

"Gak gitu peribahasanya!"

***

Awalnya, setelah makan, Ajeng akan langsung menyeret Anya pulang tanpa basa-basi pada Adrian. Namun, ia malah terjebak dengan Mala yang ternyata sangat nyambung diajak mengobrol dengan bahasa Sunda seraya melayani pembeli. Bahkan, ia sudah lupa dengan kehadiran Anya.

Dengan tangan yang sibuk memotong timun di atas talenan, Ajeng masih terus membahas tingkat kemiskinan di Indonesia yang semakin meningkat dengan Mala yang sedang menggoreng ayam. Sementara Anya bermain game Block Puzzle bersama Caca di dalam rumah.

"Kuduna mah, jalma anu henteu mampuh teh, dibéré pelatihan khusus pikeun digawé pikeun ningkatkeun kamampuanana ku pamarentah. Sajenis pembelajaran komputer, bisnis naon... nu didamel ku nyalira, Neng. Naon sih, istilahna?"

"Homemade, kitu?" Ajeng memastikan.

"Leres éta. Ibu-ibu tiasa nyandak kelas masak, melak kembang, atanapi nyandak kursus rias panganten."

Mari Kita Temukan Jalan PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang