"Ladi!" Anya berlari mengejar Dio yang akan memasuki mobilnya. "Mau ke mana?"
"Richeese. Ikut?" Karena Ibunya sedang menemani ayahnya ke acara perayaan ulang tahun perusahaan rekan bisnisnya, Eva menyuruhnya makan malam dengan ayam kesukaannya, meskipun sebenarnya Dio sudah diteleponi oleh Hendra dan Dino untuk ikut nongkrong di warung yang biasa mereka berkumpul ditemani semangkuk Indomie telur dan cabai.
"Ikut!" Tanpa menunggu lagi, Anya membuka pintu sebelah kemudi, lalu duduk manis.
Dio yang melihatnya hanya tersenyum tipis. Mobil mulai melaju keluar perumahan, dan Anya masih saja mengoceh mengenai Dino dan Hendra yang meledeknya karena salah memasukan angka di tabel hutang dan piutang siang tadi. Saat jam pelajaran terakhir Dio memang mengirim surat dispensasi karena ada diskusi untuk OSN yang tinggal menghitung hari, jadi ia hanya menyimak cerita temannya ini.
"Terus lo tahu gak yang paling nyebelinnya?"
Dio menggumam.
"Hendra ngadu ke pak Bagas, katanya gue sering nyalin tugas lo!" Anya menghempaskan tubuhnya ke sandaran kursi. "Cepu banget gak, sih? Dia juga kan sering begitu!"
"Wah, parah Hendra." Dio menatap perempuan di sebelahnya dengan bibir berkedut.
"Parah banget! Abis itu pak Bagas nyuruh gue kerjain soal halaman 107. Sial banget, gue," gerutunya.
Kemudian ia melirik buku dan alat tulis di pangkuan Anya. Dio akhirnya tahu kenapa Anya keluar rumah di tengah udara dingin yang mulai gerimis ini.
Mobil berhenti di restoran cepat saji. Anya masih bergeming.
"Nya?"
"Nggak drive thru aja, Di?"
"Kenapa?"
Anya menatapnya dengan mata melas. "Please, gue gak mau kelupaan ngerjain dan kena omel pak Bagas besok," katanya.
"Oke, deh."
Meskipun sebenarnya ia bisa mengerjakan tugasnya di luar, tapi melihat Anya yang hanya mengenakan celana selutut dan kaos kebesaran membuat Dio menurut untuk drive thru saja. Apalagi gerimis kecil tadi sudah menjadi bulir-bulir hujan yang membasahi seluruh permukaan aspal ketika mereka sampai.
Makanan yang ia pesan dibawa pulang, namun 'kelupaan ngerjain' yang Anya katakan mungkin maksudnya adalah Dio. Anya tidak mau Dio lupa mengerjakan tugas milik perempuan itu karena asyik menikmati makan malam dan bermain ponsel memakai password WiFi restoran cepat saji itu. Karena sesampainya di rumah, Anya langsung merebahkan tubuhnya di atas sofa di depan TV tanpa repot-repot membantu Dio membawa makanan dan buku miliknya, sedangkan ia juga harus memegang payung di tangannya.
Sementara Anya sibuk di alam mimpi, Dio mengerjakan soal akuntansi sembari melahap makan malamnya ditemani suara samar dari TV yang sengaja Dio nyalakan. Eva sedang ada acara dengan rekan bisnis Arsen, dan kemungkinan akan pulang tengah malam. Ibunya mengirim pesan agar Dio membeli makan malam saja di luar daripada menunggunya pulang.
Waktu sudah menujukkan pukul sepuluh lewat lima saat soal akuntansi dari perusahaan dagang yang ada di buku telah Dio selesaikan. Ia meregangkan otot-otot lengannya, kemudian melihat wajah polos Anya yang tertidur.
Ia mengguncang pelan bahu Anya. "Bangun, Nya."
"Hm." Anya membalikan posisi tidurnya membelakangi Dio, lalu meringkuk.
"Udah beres, nih. Gue jelasin dulu sebelum lo kumpulin besok."
Anya langsung duduk tegak meskipun matanya masih berat. "Gimana-gimana? Udah beres?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mari Kita Temukan Jalan Pulang
Fiksi RemajaDio terbiasa hidup dalam rencana-rencana yang telah orang tuanya susun. Termasuk belajar giat agar bisa masuk PKN-STAN yang ayahnya inginkan. Baginya, Anya seperti matahari setelah hujan, selalu ada harapan ketika semuanya jatuh berantakan. Sejak ke...