Chapter 5

9 4 0
                                    

Sabtu pagi pun datang, dimana biasanya orang-orang sangat malas untuk bangun pagi. Kami yang sudah terbangun tetapi belum beranjak dari kasur pun mengobrol sedikit.

"Hari ini enaknya kemana, ya?" tanyaku pada mereka.

"Ke Dusun Bambu, mau tidak? Lumayan untuk menenangkan hati dan pikiran," usul Nana. Aku pun mengangguk setuju.

"Boleh-boleh, sekalian kita pergi makan di Purbasari nya ya nanti. Sudah lama aku ingin makan disana," ucap Rainny.

"Ya sudah. Ayo siap-siap mumpung masih pagi," ucapku.

Jam 9 pagi kami pun berangkat menuju Lembang. Tidak memakan waktu yang lama, kami pun sampai di Dusun Bambu. Lalu, pergi membeli tiket dan masuk kedalam.

Kami diantar menggunakan sebuah mobil panjang yang terbuka menuju keatas.
Disana kami pun bersenang-senang menikmati pohon-pohon hijau, udara segar, berkeliling menggunakan sepeda, bermain di Danau, dan masih banyak lagi.

"Kita ke Purbasari yuk, aku sudah lapar nih!" ucap Rainny dengan nada yang sedikit merengek. Nana pun menggeleng melihatnya.

"Oke! Ayo kita kesana sekarang!" ucap Nana.

"Kalian pergi lah terlebih dahulu, aku mau pergi kesana sebentar," ucapku. Rainny yang memang sudah sangat ingin ke sana pun pergi terlebih dahulu meninggalkan Nana.

"Astaga, baiklah aku akan menyusul dia. Ingat ya kak, kalau ada apa-apa jangan lupa cerita. Oke?" ucap Nana. Aku pun tersenyum dan mengangguk.

Kepalaku saat ini benar-benar sedang di isi oleh masa lalu. Dulu aku punya seorang teman laki-laki saat kecil dan kami sangat dekat. Orang-orang sering salah paham tentang kami sangking dekatnya.

Hanya saja, seiring berjalannya waktu kami pun mulai renggang dan berpisah. Perlahan namun menyakitkan, dipisahkan oleh jarak dan fase pendewasaan membuat hubungan kami sangat amat renggang.

Aku berjalan mengelilingi Dusun itu lagi untuk menjernihkan pikiran ku dari hal yang tak masuk akal. Tiba-tiba aku melihat seseorang yang terlihat sangat familiar di kepalaku bersama seorang wanita sedang duduk berdua di sebuah kursi sambil bercanda.

Rasa penasaran pun memuncak, walaupun dia membelakangi aku tapi tentu saja aku tahu.
Aku berjalan mendekat perlahan-lahan, tapi tiba-tiba tangan ku ditarik oleh seseorang

"Akhh!" seruku karena terkejut.

"Cassie, kamu sedang apa disini?" tanya Raffa. Aku pun terkejut melihat Raffa yang menjadi pelaku penarikan tiba-tiba itu.

"Raffa! Jantung ku hampir copot tahu!" ucapku dengan nada yang kesal. Namun, Dia hanya terkekeh.

"Kamu disini sendirian?" tanya Raffa. Aku menggelengkan kepala ku.

"Tidak, aku pergi sama Rainny dan Nana," dia pun menganggukkan kepalanya, "kamu sendiri? Kesini sendirian?" Raffa menggelengkan kepalanya.

"Aku pergi bersama Firzzy, hanya saja bocah itu menghilang entah kemana karena keasikkan mengambil foto," ucap Raffa.

"Oh, ya sudah. Aku mau menghampiri Rainny dan Nana dulu, mereka sepertinya sudah menungguku. Sampai jumpa," ucapku lalu pergi begitu saja meninggalkan Raffa.

****

"Kamu kemana saja sih, Cass? Makanan ku sudah hampir habis kamu baru sampai," tanya Rainny dengan nada yang khawatir.

"Sorry, tadi aku pergi ke tempat Hammock disana dan bertemu dengan Raffa," ucapku.

Nana dan Rainny pun terlihat terkejut.
"Hah! Beneran? Dia ada disini?" tanya Nana. Aku pun menganggukkan kepalaku sebagai jawaban dari pertanyaan Nana.

"Jodoh pasti gak akan kemana ya, Cass," ucap Rainny menggodaku.

Akhirnya aku memakan makananku yang sudah tersedia diatas meja dengan pikiran kalut. Apakah itu benar dia atau aku sedang berhalusinasi? Jika seandainya tadi Raffa tidak mengganggu ku pasti aku sudah menemukan jawabannya.

"Kak Cassie," panggil Nana. Dia sepertinya menyadari jika aku tidak sedang baik-baik saja. Aku pun menoleh dan menatapnya.

"Makanlah dengan benar. Habis ini kita ke tempat lain," ucapnya.
Aku pun mengangguk dan menghabiskan makananku. Setelah selesai makan kami langsung pergi keluar dari tempat itu.

Kami pun masuk kedalam mobil Nana.
"Sekarang kita kemana?" tanyaku.

"Kita ke Jakarta sekarang," ucap Nana. Aku dan Rainny langsung membelalakkan mata, terkejut sekaligus senang.

"Hah?! Sumpah?!" tanyaku bersamaan dengan Rainny dengan nada yang terkejut. Nana pun mengangguk sambil tersenyum

"Berapa hari, Na?" tanya Rainny

"Tiga hari saja cukup," ucap Nana.

"Lalu bagaimana dengan kuliahku nanti?" tanyaku.

Nana pun memutar kedua bola matanya
"Kamu ini, izin saja lah. Lama-lama berada di Kampus rambutmu bisa rontok dan kepalamu menjadi botak," ucap Nana.

Nana mengantar kami ke satu persatu rumah untuk menyiapkan barang-barang dan baju yang akan digunakan saat kami disana. Nana sendiri ternyata sudah menyiapkan koper didalam mobilnya diam-diam.







"Lama-lama berada di Kampus rambutmu bisa rontok dan kepalamu menjadi botak."

- Nana

Hello,
Terima kasih sudah membaca :)

Painful EncounterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang