Chapter 22

7 2 0
                                    

Setelah sampai di rumah ku, aku langsung memasak dua bungkus mie instan dan menyeduh dua gelas coklat panas untuk ku dan Rainny tentu saja.

Kami makan dengan tenang, setelah itu kami berbincang-bincang sambil menikmati coklat hangat. “Kamu kemari malam sekali, habis dari mana saja?”

“Hehehe, aku nunggu kak Ezra menutup cafe nya.” Aku menggeleng tak habis pikir.“Ada-ada saja.”

“Rain.”

“Hm?” Aku menghela nafas ku.
“Aku bertemu kak Dave di mini-market tadi.” Rainny pun membelalakan matanya dan memperbaiki posisi duduk nya menjadi lebih tegak. “Hah?! Terus gimana?”

“Dia mengajak ku pulang bersama. Tapi ku tolak.” Rainny pun menatap heran tak percaya.

“Beneran?!” aku mengangguk, “trus dia gak maksa kamu?”

“Gak, dia ninggalin aku saat aku menjawab tidak usah.” Senyum kecut itu menghiasi wajah ku.

“Ya ampun. Jadi semisal aku tidak kemari, kau akan menunggu disana sampai hujan reda?” Aku menganggukkan kepala ku sambil menyeruput coklat hangat ku.

“Benar-benar tak habis pikir. Dia berubah sangat drastis ya, dan kamu juga bagaimana sih bukannya meng-iya kan ajakannya. Kan lumayan gitu.” Aku menggelengkan kepala ku.

“Gak bisa begitu, hati ku akan terus terjebak nantinya.”
Setelah obrolan malam itu, kami terlelap dikamar ku bersama dengan suara hujan dan gemuruh yang menyambar bumi.

Hujan panjang malam itu seperti langit seakan memahami keadaan hati ku saat ini. Biarkan hujan mewakilkan tangis ku, aku sudah sangat lelah menangisi dia.














'Temukan lah sesuatu yang bisa menenangkan mu.'
-Cassie












Hello,
Terima kasih sudah membaca :)

Author's note :
Hai semua, maaf ya kalo chapter ini singkat banget hehehe. Hope you enjoy :)

Painful EncounterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang