Chapter 20

4 1 0
                                    

Pukul lima sore semua kelas ku selesai, aku berjalan ke depan fakultas dan menunggu Nana dan Rara menjemput ku.

Di halaman depan fakultas aku melihat kak Raffa sedang duduk sambil membaca sebuah buku, telinga nya terpasang earphone.

Aku merasa tidak enak pada nya, semalam aku memaksa dia pulang dan tadi pagi aku kembali membuatnya kesal. Aku pun berinisiatif menghampiri nya dengan dugaan jika Nana dan Rara masih lama kemari menjemput ku.

Aku mendekati nya dan duduk di sebelah nya, “Kak Raffa, soal kemarin aku minta ma--“ ucapan ku terpotong oleh seseorang.

“Kak Raffa, maaf mengganggu tapi boleh saya minta tanda tangan kakak?” seorang mahasiswa baru meminta tanda tangan nya karena kak Raffa adalah seorang asisten dosen.

Tetapi respon nya menanggapi mahasiswa baru itu dengan aku berbeda, aku tambah merasa bersalah pada nya.

Dia menandatangani kertas itu dengan senyum ramah nya, setelah mahasiswa itu pergi dia kembali mendatar kan wajahnya.

Aku sadar dia marah, tetapi aku harus berusaha agar dia mau berbicara dengan ku, “Kak Raffa, aku disini loh. Kakak marah ya?” 

“Maaf Cass, aku pulang dulu.” Dia mengambil tas nya lalu pergi meninggalkan ku. Aku merasa sangat bersalah kepadanya karena dia yang tidak tahu apa-apa kumarahi tanpa sebab.

Tiba-tiba seseorang menepuk pundak ku, aku menoleh dan mendapati Rara dan ia mengajakku untuk pulang. Aku dan Rara pun menghampiri Nana yang menunggu diseberang jalan lalu pergi bersama-sama ke parkiran. “Na, Ra! Tunggu aku, kalian jalan cepat sekali,” ucapku.

Tiba-tiba saat aku ingin menyeberang menghampiri Nana dan Rara sebuah motor hampir menabrak ku.

Ckitt

”Cassie!” Nana dan Rara yang melihat pun langsung berteriak. Untung saja aku berlari terlebih dahulu sehingga aku tidak tertabrak.

“Kamu gak apa-apa kan, Cass?” tanya Nana. Aku hanya mengangguk lesu.
“Hei, disini adalah area kampus tolong jangan ngebut-ngebut walaupun sepi,” ucap Rara kepada pengemudi motor itu walau kelihatannya tidak di gubris sama sekali.

Pengendara motor itu membuka helm nya dan betapa terkejutnya kita semua, “Kak Dave?!” ucap Nana dan Rara berbarengan, sepertinya mereka terkejut.

“Maaf ya, aku sangat terburu-buru. Sekali lagi maaf,” ucap nya lalu memakai helm nya kembali dan menjalankan motornya meninggalkan kami.

“Motor nya sama dengan orang yang hampir menyerempet kita di jalan waktu itu dan motornya juga mirip dengan motor tetangga mu. Apa dia tetangga mu?” ucap Nana.

Aku menganggukkan kepala ku, “iya Na.”

“Kakak tinggal dirumah ku saja sementara, dari pada kakak kenapa-napa nanti.”
Aku menggelengkan kepalaku, “tidak usah Na, aku baik-baik saja. Oh ya, kalian mau ke cafe kak Ezra, kan?”

Nana dan Rara mengangguk, “iya, jemput kak Rain disana. Mobil nya mogok katanya,” ucap Rara.

“Oh baiklah, aku pulang sendiri saja ya. Ada beberapa materi yang harus ku pelajari karena besok ada kuis.”
“Yakin Kak? Aku bisa kok antar dulu.” Aku menggelengkan kepala ku, “gak usah Na, aku pulang pake ojek aja.”

“Baiklah, sampai jumpa besok kak Cassie.” Mereka pun pergi. Aku berjalan menuju gerbang depan kampus untuk memanggil ojek.

Tiba-tiba sebuah mobil berjalan lambat di samping ku dan membunyikan klakson nya. Aku menoleh dan mendapati kak Raffa.

“Pulang sama siapa?” tanyanya dengan nada yang masih begitu ketus dan wajah nya sangat datar.

“aku lagi cari ojek untuk pulang.”
“Masuk!” aku menatap bingung ke arah nya, “t-tapi kak”

“Masuk cass!” Aku pun terpaksa masuk kedalam mobil itu, aku tidak mau menambah masalah lagi dengan nya. Hening menyapa di sepanjang jalan, tidak ada yang membuka suara.

Aku memberanikan diri ku untuk berbicara dengan nya, “Kak Raffa, aku mau bicara.” Dia yang masih fokus menyetir pun menyahut tanpa menoleh ke arah ku sedikit pun, “ngomong aja.”

“Aku minta maaf untuk yang semalam dan tadi pagi,” ucap ku sambil menundukan kepala.
“Oh, oke,” jawab nya seadanya, wajah nya masih saja datar. Setelah itu hening kembali menyapa dan membuat ku canggung.

Tak lama kami sampai di rumah ku, “Makasih ya kak,” ucap ku lalu turun dari mobil itu. Saat aku sedang menutup pintu mobil, aku melihat Dave yang baru saja sampai di rumah nya dan memakirkan motornya.

Aku langsung buru-buru membuka pintu gerbang dan buru-buru masuk ke dalam.

Sedangkan di dalam mobil kak Raffa, aku melihat sekilas ia menatap Dave yang sedang berusaha membuka pintu gerbang nya dengan tatapan yang sulit di artikan.



















'Kamu hebat. Aku datang pada mu dengan hati yang utuh dan kembali dengan hati yang hancur berantakan. Kamu hebat, terima kasih :)'
-Cassie






















Hello,
Terima kasih sudah membaca :)

Painful EncounterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang