Chapter 8

8 4 0
                                    

Perasaan ku sangat campur aduk setelah meninggalkan rumah itu. Entah kenapa rasanya tidak dapat di ungkapkan dengan kata-kata.

Tidak lama untuk sampai dirumah, karena rumahku dengan rumah Jeniffer cukup dekat hanya perlu waktu 30 menit saja ditempuh dengan mobil.

Saat aku dan keluarga ku sedang makan malam, tiba-tiba Papa ku bertanya.

“Cassie, apa Dave satu kampus dengan mu?”

Jika saja saat itu aku sedang tidak fokus, aku bisa saja tersedak.

“Aku tidak tahu, pa. Aku belum pernah melihatnya di kampus,”

Setelah makan malam usai, aku pergi ke kamarku. Aku menatap langit gelap yang kosong karena gumpalan awan menghalangi bintang-bintang.

Pikiran ku sangat kacau dan campur aduk, sampai-sampai aku tidak dapat tertidur. Aku tetap terjaga hingga pukul 00.30. Aku memaksa mataku untuk menutup dan beristirahat.

***

Besoknya, jam 12 siang Nana dan Rainny datang menjemputku untuk kembali ke Bandung. Berat rasanya meninggalkan kedua orang tuaku, rindu masih begitu lekat walaupun sudah bertemu.

Aku masuk kedalam mobil Nana dan membuka jendela mobil, detik-detik terakhir perpisahan dengan orang tua ku tak akan ku sia-sia kan. Saat mobil mulai berjalan, aku masih saja melambaikan tanganku.

Menatap kedua orang tuaku yang masih setia berdiri di depan rumah sampai kami hilang dari pandangan.

“Berat ya rasanya Cass, tadi pagi aku juga tidak ingin kembali ke Bandung rasanya,” ucap Rainny. Aku mengangguk dan menghela nafas ku.

“Kita jemput Rara dulu ya. Dia katanya mau ikut ke Bandung. Sekalian mendaftar kampus disana,” ucap Nana.

Kabar itu membuatku tersenyum, menghilangkan sedikit rasa sedih di hati ku karena akhirnya Rara bisa bersama-sama dengan kita. Saat kami sampai di rumah Rara ternyata dia sudah berada di depan rumah bersama kedua orang tua nya.

Rara masuk ke dalam mobil dan membuka jendela, sama seperti yang aku lakukan tadi.

“Baik-baik ya disana Ra, titip Rara ya Na,” ucap Mamanya Rara.

“Iya ma, tenang saja. Dia berada di tangan yang tepat HEHEHE,” teriak Nana dari dalam mobil.

Akhirnya kami pergi menuju Bandung. Sepanjang jalan kami berbicara dan bercanda, saling berbagi cerita, mengingat-ingat masa lalu, sampai memberi wejangan pada Rara seputar tentang dunia kuliah.

“Aku mau memberi tahu kalian sesuatu nih,” ucap Rara.

Rainny yang berada di kursi penumpang depan, langsung membalikkan badannya penasaran.

“Apa itu?” tanyaku.

“Aku punya pacar, dia ada di Bandung juga. Aku kenal dia di aplikasi tinder dan akhirnya dia minta aku jadi pacarnya sebelum ujian kemarin”

“Kamu berani main aplikasi begituan, Ra?” tanya Nana. Rara pun mengangguk.

“Berani dong, biar gampang dapet jodoh. Ngga kaya kamu yang terjebak sama seseorang yang tak dapat di miliki,” ejek Rara.

“Uh! Menusuk sekali ya, ” ucap Rainny. Kami pun tertawa dengan ucapan Rara.

Akhirnya setelah perjalanan yang cukup panjang, kami sampai di Bandung. Kami kembali menginap di rumah Nana karena Nana terlalu lelah untuk mengantar kami satu per satu.

Rumah itu mempunyai lima buah kamar. Tiga kamar berada di lantai bawah dan dua lainnya berada di atas. Kami memutuskan untuk menggunakan dua kamar diatas. Aku dengan Rainny dan Nana dengan Rara.

Kami mandi dan bersih-bersih, badan ini terasa sangat lengket dan panas. Setelah mandi dan menjadi lebih segar, kami pergi ke roof top.

Disana terdapat sebuah jacuzzi berbentuk persegi, kami merendam kaki kami disana sebentar sambil menikmati pemandangan kota Bandung, setelah itu kembali ke kamar untuk beristirahat.











'Berani dong, biar gampang dapet jodoh. Ngga kaya kamu yang terjebak sama seseorang yang tak dapat di miliki.'

- Rara







Hello,
Terima kasih sudah membaca :)





Painful EncounterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang