Chapter 12

11 3 0
                                    

Author pov

Pagi hari tiba, Rainny dan Nana sudah berangkat menuju ke kampus. Sedangkan dirumah Nana, Rara terlihat sangat bingung. Dia sudah mengetuk pintu itu lebih dari lima kali dan hasilnya sama, tidak ada jawaban. Rara yang sudah lelah pun duduk di ruang tamu dan mengela nafasnya. 

Coba kita ketuk sekali lagi. jika tidak di buka juga menyerah saja dan tunggu dia membuka pintu sendiri.”, ucap Rara dalam hati. Dia pun bangkit berdiri dan berjalan menuju kamar itu.

Tok tok tok

“Kak cassie, kalo kakak gak mau ngomong gak apa-apa kok kak. Tapi kakak harus makan, sedikit aja kak.”, ucap Rara dengan lembut.

Ruangan itu tetap hening, Rara pun menghela napasnya dan berjalan ke arah ruang tamu lagi lalu duduk di sofa.

Jam dua siang, pintu rumah diketuk seseorang. Rara pun membuka pintu itu dan mendapati seseorang mengetuk pintu nya.

“Siapa ya?”, tanya Rara.
“Hai, nama saya Raffa teman dekatnya Cassie. Boleh saya berbicara dengannya?”, tanya Raffa.

Rara pun menggeleng.“Dia sedang mengurung diri di kamar, susah untuk Anda berbicara dengan dia sekarang.”, jawab Rara. Raffa pun mengangguk

“Baik, tapi boleh saya coba sebentar?”, tanya Raffa. Rara dengan ragu-ragu mengangguk
“Baiklah. Jika Anda bisa membuat dia membuka pintu Anda hebat.”, ucap Rara.

Rara mempersilahkan Raffa masuk dan menunjukkan kamar dimana Cassie mengurung dirinya.
“Dia ada di dalam, panggil saja. Aku ke atas dulu.”, ucap Rara.

Raffa mengangguk dan menatap pintu itu.

Author pov end

~

Cassie pov start again

Hatiku sudah sedikit lebih tenang sekarang, akibat menangis semalaman mata ku bengkak dan wajah ku merah. Jejak air mata yang mengering membuat pipi ku terasa sedikit kaku.

Entah mengapa aku menangisi dia, aku juga tidak tahu. Air mataku seakan keluar sendiri dan tidak dapat di hentikan. Kalau Ayahku bilang, itu adalah tangis yang paling sakit yang dirasakan oleh manusia, tangisan hati bukan tangisan raga.

Aku beranjak dari lantai dan pergi ke kamar mandi yang ada di dalam kamar itu untuk membasuh wajah ku. Aku menatap wajah ku yang terlihat sangat kacau di cermin.

Suara ketukan Rara sudah tidak terdengar lagi, mungkin dia sudah lelah terus-terusan mengetuk.
Setelah membasuh wajah ku, aku duduk di kasur dan mencoba berpikir jernih. Tiba-tiba suara ketukan kembali terdengar.

Tok tok tok

“Cassie, ini aku.”, Aku sangat terkejut mendengar suara Raffa yang mengetuk pintu.

“Cass, buka ya pintu nya.”, ucap Raffa. Akhirnya aku menyerah, lelah mendengar suara ketukan pintu yang terus di ketuk.

Cklek

Aku membuka pintu dan menunduk.
“Hei, kamu kenapa, Cassie?”, tanya Raffa dengan suara yang melembut, namun penuh khawatir tidak seperti biasanya saat berbicara denganku.

Aku menggeleng untuk menjawabnya.
“Ayo sini kita duduk.”, ajak Raffa. Dia menarik tangan ku menuju ke sofa di ruang tengah. Bersamaan dengan itu, Rara yang sedang menuruni tangga terkejut saat melihatku keluar dari kamar itu.

“Kak Cass!”, teriak Rara karena terkejut. Dia berlari memelukku yang masih dalam posisi berdiri.

“Kak jangan seperti itu lagi ya. Kalo ada masalah cerita kita semua panik tahu.”, ucap Rara dengan nada yang khawatir. Aku hanya mengangguk lesu.

“Yasudah duduk dulu kak. Akan ku bawakan minum untuk kalian.”, ucap Rara. Setelah itu Rara beranjak pergi menuju dapur.

“Cassie, cerita sama aku ya? Hmm?”, ucap kak Raffa. Aku menatapnya lalu menggeleng.
“Tidak bisa kak, terlalu sakit.”, ucapku dengan lesu. Raffa menghela nafasnya.

“Kamu di sakitin sama orang? Atau kena rampok?”, tanya kak Raffa. Lagi-lagi aku menggelengkan kepala ku.

“Aku baik-baik saja kak, percaya ya sama aku.”, ucapku. Raffa pun mengangguk.
“Okay, aku percaya. Buat menghibur kamu, kita ke mall yuk. Mau ya?”, ajak kak Raffa.

“Tidak usah kak, lebih baik aku kembali ke kamar saja.”, ucapku sambil beranjak dari sofa, belum sempat berdiri Raffa menarik tanganku membuat aku jatuh terduduk kembali ke sofa.

“Cassandra, dengarkan aku. Jangan seperti ini, kamu tidak kasihan dengan Rainny dan Nana? Mereka kebingungan dibuatmu. Dan satu orang yang di dapur itu, teman dekat mu juga kan?”, ucap kak Raffa.

Aku pun menunduk sambil mengangguk membenarkan perkataan Raffa.

“Kasihan Nana, Rainny dan dia itu. Mengurung diri semalaman sambil menangis memang membuatmu merasa lebih baik, tetapi jangan mendiamkan mereka. Mereka kebingungan.”, ucap kak Raffa dengan jelas.

“Sekarang mandi dan siap-siap, akan ku bawa kamu jalan-jalan untuk menjernihkan pikiran.”, ucapnya.

Aku pun pasrah dibuatnya dan pergi ke atas untuk mandi dan bersiap-siap seperti yang dia inginkan. Raffa menunggu di ruang tamu sembari memainkan ponselnya.














'Kalau Ayahku bilang, itu adalah tangis yang paling sakit yang dirasakan oleh manusia, tangisan hati.'
- Cassie












Hello,
Terima kasih sudah membaca :)

Painful EncounterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang