Chapter 11

11 4 2
                                    

Nana yang sedang membeli minuman tiba-tiba terkejut melihatku yang sedang berlari kecil dengan mata yang sembab.

“Loh, kak?! Kamu kenapa?”, tanya dia dengan nada khawatir.
Aku hanya bisa menggelengkan kepalaku karena tak sanggup bahkan untuk sekedar cerita.

Nana meraih tangan ku dan mengajak ku ke tempat yang lebih sepi, dia menyuruhku duduk di salah satu kursi panjang disana.

“Kenapa, kak? Cerita sini sama aku.”, tanya Nana dengan nada yang lembut.

Air mata semakin deras mengalir, rasa kecewa, marah, rindu dan sakit bercampur menjadi satu. Aku masih enggan untuk bercerita dan Nana memilih untuk memelukku dan menenangkan ku.

“Na, kamu bisa gak anterin aku pulang?”, tanyaku. Nana mengernyitkan dahi.
“Ada apa sih, kak? Kamu dateng sambil nangis dan sekarang minta pulang. Ada yang jahatin kamu ya?”, tanya Athena. Lagi-lagi aku hanya menggelengkan kepalaku, karena tak sanggup untuk menjawabnya.

“Yasudah yasudah, kita pulang ya. Tapi aku telpon kak Rainny dulu.” Nana pun mencoba menelpon Rainny tapi tak kunjung di angkat, akhirnya dia menelpon Rara.

“Halo?”, ucap Rara.

“Halo Ra, kamu dimana?”, ucap Nana.

“Masih di timezone, kakak kemana? Kok lama banget?”, tanya Rara.

“Aku sedang bersama Cassie, kondisinya sedang tidak baik.”, jawab Nana.

“Loh?! Kenapa?”, tanya Rara.

“Aku juga tidak tahu, nanti pulang sama kak Rain saja ya. Aku dan kak Cassie pulang duluan.”, ucap Nana.

“Iya, baiklah.”, ucap Rara.

Setelah telepon dimatikan, Nana langsung mengajak ku untuk pulang dengan Taxi.  Di dalam Taxi, Nana terus menenangkanku. Tiba-tiba Nana mendapat sebuah telfon masuk.

Kak Rain is calling

Nana pun mengangkat telfon yang ternyata dari Rainny.

“Halo kak Rain, ada apa?”, tanya Nana.

“Halo Na, kamu dimana?”, tanya Rainny.

“Aku pulang duluan sama kak Cassie, Rara masih disana kok.”, jawab Nana.

“Kenapa? Kok pulang duluan?”, tanya Rainny.

“Iya, Cassie gatau kenapa kak.”, jawab Nana.

“Oh oke, hati-hati ya di jalan.”, ucap Rainny.

“Iya kak”, ucap Nana.

Sampai di rumah Nana, aku langsung masuk dengan langkah terburu-buru dan mengunci diri di salah satu kamar disana yang berada di lantai bawah.

“Loh?! Kak? Kak Cassie? Katanya mau cerita, sini cerita.”, ucap Nana sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar itu.

Aku hanya bisa menangis sambil bersandar di pintu kamar itu. Sesak, sesak sekali sampai-sampai rasanya aku tidak bisa bernafas.

Mata yang sudah bengkak dan wajah yang sudah memerah tidak aku hiraukan. Kenapa bisa se-sesak ini? Padahal dia hanya teman masa kecil ku, bedanya dia yang paling spesial.

Sekilas bayangan masa lalu saat bersamanya melintas di pikiran ku.

~

Dave kecil mengajak Cassie kecil ke taman di rumah nya. Saat orang-orang dewasa sedang mengobrol di dalam rumah Dave, mereka pergi ke taman itu dan duduk sambil menyeburkan kaki di pinggir kolam renang.

“Cassie, janji ya sama aku kalo kita akan bersama-sama sampai dewasa nanti.”, ucap Dave kecil. Cassie kecil mengangguk polos meng-iya-kan perkataan kak Dave nya.

“Iya kak, nanti kak Dave jadi teman Cassie sampai Cassie sudah besar dan jadi seorang dokter. Oke?”, jawab Cassie kecil dengan nada yang imut.

Dave tersenyum melihat Cassie,
“Oke pingky, promise?”, ucap Dave kecil sambil mengangkat kelingkingnya ke arah Cassie kecil.

Lalu Cassie kecil menautkan kelingkingnya ke kelingking Dave
“Pingky promise.”, ucap Cassie sambil tersenyum lebar.

~

Mengingat hal itu, air mata ku seakan berlomba-lomba keluar dan tak bisa di hentikan. Melihat wajahnya saja aku tak tahan, apalagi harus menjaga dia?

Padahal aku sudah berjanji dengan Bunda untuk menjaga dia, tapi rasanya sangat sakit dan menyesakkan.

“Hiks Dave.. Sakit hiks hiks.”, ucapku sambil menangis. Aku terus saja menangis dan menyebut nama Dave. Ketukan pintu kamar tak terdengar lagi, sepertinya Nana membiarkan ku meluapkan emosi ku terlebih dahulu.

Beberapa lama kemudian, Rainny dan Rara sampai di rumah Nana. Mereka terlihat kebingungan mendengar suara tangisanku dan buru-buru pergi menghampiri Nana yang sedang membuat makan malam untuk ku.

“Hai kak Rain, Ra.”, sapanya. Tetapi tidak dijawab oleh mereka berdua, karena mereka sangat panik.

“Na, Cassie kenapa?”, tanya Rainny. Nana mengangkat bahunya.

“Aku juga tidak tahu. Saat aku sedang beli minuman di mall tadi, dia yang tadi ijin pergi ke toilet tiba-tiba menghampiri ku dengan mata sembab nya. Dia berjanji untuk bercerita kepada ku tetapi dia malah pergi ke kamar itu dan menangis.”, ucap Nana menjelaskan semuanya.

Rainny dan Rara pun mengangguk
“Baiklah, nanti kalau sudah tenang kita tanya dia. Oh iya, ini ada pizza dari kak Ezra.”, kata Rainny.

Mata Nana langsung berbinar menatap dua kotak pizza yang Rainny letakkan di atas meja makan.
“Wah, memang calon kakak ipar yang baik.”, ucap Nana.

Setelah itu Rainny dan Rara pun pergi ke atas untuk mandi, sementara itu Nana menunggu di meja makan sambil memakan pizza yang dibawa Rainny tadi.

Tak lama, Rainny turun dan langsung pergi ke kamar dimana aku mengunci diri ku dan mencoba mengetuk pintu.

Tok tok tok

“Cass, kamu kenapa? Cerita sini sama aku.”, ucap Rainny dengan nada yang lembut. Rasa enggan untuk membuka pintu itu masih melekat.

Akhirnya karena kelelahan menangis, aku tertidur di lantai yang ber-karpet itu.













'Jika itu menyakitkan, lebih baik lepas saja. Kau hanya membuat dirimu sendiri terluka.'
- Cassie











Hello,
Terima kasih sudah membaca :)

Author :
Chapter kali ini panjang karena ada adegan spesial Cassie and Dave's childhood hehehe. Hope you enjoy :)

Painful EncounterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang