Chapter 7

9 4 1
                                    

“Oh ya?! Sama dong! Dave juga kuliah disana. Sedang melanjutkan semester 3 nya disana”, ucap Bunda.

Ternyata, dugaanku salah. Aku pikir hari ini aku akan bertemu dengannya. Ternyata tidak, bahkan kenyataannya lebih parah.

“Semoga kalian bertemu ya disana, berteman seperti saat masih kecil dulu.”, ucap Bunda. Aku hanya tersenyum kikuk mendengarnya.
“Iya bunda.” Ucapku.

“Andai bunda tahu, hatiku tidak sanggup bertemu dengannya. Bahkan melihat dari jauh pun tidak.” , ucapku dalam hati.

Sakit. Satu kata yang ada dibatin ku hanya sakit. Sakit sekali rasanya. Berarti mataku tidak salah melihat dan hatiku tidak salah mengenal kemarin.

Setelah Bunda nya Dave berlalu dari hadapanku, kaki ku menjadi sangat lemas. Aku terduduk disalah satu kursi disana sambil termenung.

“Cassie, sudah ngobrol nya?”, tanya Nana sambil mengelus pundakku.
Aku pun mengangguk lesu, Nana tersenyum dan mengajakku pulang.

Saat kami sedang berjalan menuju parkiran mobil, tiba-tiba Nana menghentikan langkahnya. Aku yang terkejut juga ikut menghentikan langkahku, tatapan Nana terpaku pada seseorang, Mikhael Indrajaya.

Nana pun menunduk dan menjernihkan pikirannya
“Kamu baik-baik saja, Na?”, tanyaku. Nana pun mengangguk.

Kami berjalan menuju kearah mobil milik Rara, didalam sudah ada Rainny di kursi depan penumpang dan Rara yang berada di kursi kemudi. Aku dan Nana duduk di kursi bagian tengah.

Kami pergi menuju rumah Rara, disana keluarga ku dan keluarga mereka berkumpul bersama.
Kami sudah seperti keluarga dekat, bahkan keluarga ku sudah dianggap menjadi bagian dari keluarga mereka juga.

Kami berkumpul bersama-sama, bertemu dengan sanak saudara yang telah lama tidak berjumpa. Sekaligus untuk merayakan kelulusan Rara yang telah diumumkan minggu lalu.

Setelah acara berkumpul keluarga selesai, kami berempat pergi ke salah satu mall kesayangan kami di Jakarta.

Menghabiskan waktu bersama sembari bernostalgia, mall ini secara tidak langsung sudah ada menjadi saksi bisu pertumbuhan kami, karena mall ini adalah mall yang paling serong kami kunjungi dulu.

Setelah puas bermain akhirnya kami pulang, Rara mengantar aku pulang sedangkan Nana akan pulang ke rumah Rainny untuk mengambil mobil. Aku pun menghabiskan sisa hari itu bersama dengan keluargaku.

~


Satu hari tersisa, lalu kami akan kembali ke Bandung. Aku yang sedang bersantai di ruang tengah siang itu tiba-tiba dihampiri oleh ibuku.

“Cassie, kapan kamu kembali ke Bandung? Masih lama atau kembali secepatnya?”, tanya Mama.

“Aku kembali besok ma.”,  jawabku. Mama mengangguk mendengar jawabanku. 

“Bisa temani mama dan papa ke rumah Jennifer? Ada sesuatu yang harus mama urus dengan ibunya.”, ucapku.

Aku mematung karena terkejut, ekspresi ku berubah seakan tidak yakin. Mama menyadari perubahan ekspresiku.

“Kamu gak mau, ya? Tidak apa-apa kok kalau tidak mau.”, tanya Mama. Aku pun menggeleng
“M-maksudku bukan seperti itu ma.”, ucapku sedikit terbata-bata.

Mama menatapku
“Lalu? Ada apa memang?”, tanya Mama. Aku pun mengangguk pasrah. Wajah mama terlihat sangat senang saat aku menyetujui ajakannya.
“Yasudah sana, cepat ganti bajumu.”, suruh Mama.

Aku pun berjalan ke arah kamar ku dan berganti pakaian. Jennifer, makhluk kecil itu adalah sepupu dari Dave yang paling dekat denganku. Dia sangat suka menjodoh-jodohkan ku dengan Dave. Aku sering dibuat malu olehnya.

Tak lama kami sampai di depan rumah Jennifer, kaki ku terasa berat hanya untuk melangkah keluar dari mobil. Karena aku tidak begitu yakin jika sekarang dia ada di Bandung, bagaimana jika tiba-tiba dia ada di dalam sana? Memikirkannya saja sudah sakit.

Aku pun meyakinkan diri dan turun dari mobil. Jennifer yang melihatku pun menghampiriku dan memelukku
“Halo kak Cassie! Sudah lama kita tidak bertemu. Aku kangen sama kakak. ”, ucapnya sambil memelukku. Aku pun tersenyum dan mengusap kepalanya.

“Kak, ikut aku yuk. Aku mau ngomong sesuatu sama kakak.”, ajaknya.

Aku yang penasaran pun mengikutinya, aku diajak naik ke kamar nya dan berbicara disana.
“Kakak tahu kan kalo kak Dave sekarang kuliah di Bandung?”, tanyanya. Aku pun menganggukkan kepala ku.

“Kakak pernah gak ketemu dia disana?”, tanyanya. Aku pun menggelengkan kepalaku.
“Tidak, aku belum pernah melihatnya disana.”, ucapku.

Walaupun hati dan pikiran sedang berselisih karena berbeda pendapat. Hati mengatakan jika yang di dusun bambu kemarin itu adalah dia tetapi pikiran ini justru berkata itu bukan dia. Saat kami sedang mengobrol tiba-tiba pintu di ketuk.

Tok tok tok

Jennifer berdiri dan membukakan pintu, ternyata yang mengetuk pintu itu adalah bundanya Dave.
“Ah Cass, kamu ikut mama mu kesini rupanya.”, ucap Bunda.

Aku pun tersenyum sedikit canggung. Bunda pun masuk ke kamar Jennifer dan duduk disebelahku.

“Cassie, Bunda bisa minta tolong sama kamu?”, tanya Bunda. Aku mengangguk dengan sedikit ragu-ragu.

“Minta tolong apa, Bunda?”, tanyaku. Bunda tersenyum padaku dan menggenggam kedua tangan ku.
“Kamu dan Dave kan sudah berteman sejak kecil, kamu pasti sangat tahu sifatnya Dave kan? Dia juga menjadi sangat diam dan tertutup setelah kepergian ayahnya. Jadi, bisa bunda minta tolong untuk jaga dia disana?”, tanya Bunda.

Aku sedikit terkejut mendengar hal itu. “Bunda percayakan Dave ke kamu ya sayang. Kalau dia nakal, tarik saja telinga nya, oke?”, ucap Bunda. Aku pun mengangguk.

“Iya Bunda, akan ku jaga dia untuk Bunda.”, ucapku. Bunda pun menarikku untuk masuk kedalam pelukannya.

Tak terasa hari sudah sore, kami memutuskan untuk pamit dari sana.
“Ah iya, kakak besok kembali ke Bandung, ya?”, tanya Jeniffer. Aku pun mengangguk

“Iya Jen, nanti saat aku kembali ke Jakarta kita main lagi ya.”, ucapku.
“Kak, kalau ada apa-apa bilang ke aku ya. Akan ku bantu sebisa mungkin hehehe, oke?”, ucapnya.

Aku pun tersenyum lalu mengangguk. Aku melihat kearah bunda, bunda menatapku dengan tatapan sendu nya
“Bunda titip Dave ya sayang.”, ucap Bunda.

Aku tersenyum ke arahnya.
“Iya bunda.”, jawabku. Kami akhirnya pamit dan meninggalkan rumah itu.














"Lebih baik tidak usah bertemu selamanya dari pada bertemu tapi malah membawa luka."
- Cassie

















Hello,
Terima kasih sudah membaca :)

Painful EncounterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang