Chapter 25

5 1 0
                                    

"Siapa Dave?" 

Aku yang mendengar itu langsung tersedak dan batuk-batuk.

"Eh! Kamu gak apa-apa, Cass?" Aku tidak menjawab pertanyaan kak Raffa karena masih tersedak hingga rasanya ada yang melilit leherku.

"Pelan-pelan makanya Cassie," ucapnya mengambil alih gelas yang sedang ku pegang. Kak Raffa terus mengelus punggung ku untuk menenangkan.

Setelah sekiranya aku sudah tenang dan sudah mendingan, aku membuka suara dan mencoba untuk menjelaskan kepada kak Raffa.

"Umm... Jadi... D-dia umm, dia... Panjang kak ceritanya." Kak Raffa kembali duduk di kursi nya dan memperhatikanku dengan serius.

"Ceritalah! Aku siap mendengarkan."

Aku mengangguk, "Baiklah, dia itu--"

Drrt drrtt

Ucapanku terpotong oleh ponsel kak Raffa yang berbunyi

"Eh, sebentar ya aku angkat telfon dulu." Dia pun beranjak dari kursinya dan berdiri tak jauh dari meja tempat kami duduk.

"Halo ma?"

"Raffa kamu dimana? Mama sudah dirumah mu."

"Sebentar ya ma, aku pulang sekarang."

Kak Raffa langsung mematikan teleponnya dan berpamitan pulang. Aku bernafas lega karena tidak jadi melanjutkan cerita tentang Dave. Jujur, aku belum siap menceritakannya ke kak Raffa.

"Semua nya, aku pamit dulu ya," pamitnya saat berada di ruang tamu dengan Nana, Rara, Rainny dan juga aku.

"Iya kak, hati-hati di jalan ya," balas Nana.

Aku pun mengantar kak Raffa ke depan gerbang,

"Hati-hati ya kak." Dia pun berbalik menghadap ke arah ku dan mengangguk.

"Iya. Hati-hati juga kamu ke Jakarta," ucapnya mengelus kepalaku.

Dia pun berjalan memasuki mobilnya, mata ku menangkap kak Dave berada di depan rumah nya, dia memijat-mijat pelipisnya seakan menghadapi masalah yang sangat berat.

Tin

Bunyi klakson mobil kak Raffa hampir saja mengagetkanku. Aku pun menoleh kembali ke arah mobil Kak Raffa.

"Aku pulang ya Cass."

"Iya kak, hati-hati ya."

Mobil kak Raffa pun mulai meninggalkan halaman rumah ku. Aku melihat lagi ke arah kak Dave, entah mengapa aku merasa kasihan padanya. Ingin ku menghampiri tapi, ah sudah lah.

Akhirnya aku memilih untuk kembali masuk kedalam rumah. Setelah urusan mobil selesai, aku pun akhirnya bisa duduk santai sambil berbincang dengan Nana, Rara, dan Rainny.

"Gimana kak? Besok jadi ke Jakarta?" ucap Nana.

"Hah?! Cassie, kamu balik ke Jakarta?!" teriak Rainny kaget.

"Iya, cuman tiga hari kok."

"Lalu gimana tugas-tugas mu? Bukannya semester tiga untuk fakultas kedokteran itu sangat sibuk?" tanya Rainny. Aku menggeleng.

"Aku meminta salah satu teman ku di fakultas untuk merekam suara penjelasan-penjelasan dosen, lalu untuk tugas aku akan kerjakan di sana nanti."

"Anak kedokteran yang santai," ucap Rara.

"Kak, aku titip susu sama yogurt ya buat daddy," ucap Nana.

"Susu sama yogurt mulu perasaan," ucap Rara.

"Aku juga gak tau kenapa daddy pesan itu. Dia tahu kak Cassie mau ke Jakarta jadi dia chat aku suruh titip susu sama yogurt Cimory."

"Haha iya deh iya. Ada-ada aja si daddy."

"Cassie, aku juga titip buat orang tuaku dong, barang nya akan kuberikan nanti malam," ucap Rainny. Aku memutar kedua bola mataku dengan malas

"Astaga kalian ini, oke-oke. Rara juga mau sekalian?"

"Ngga kak, mending uang nya buat beli cilok depan kampus. HEHEHE." Kami tertawa mendengar hal itu, anak yang satu ini memang benar-benar. Kadang bisa jadi lucu, galak, kata-katanya pun bisa menyindir dan menusuk hati, tetapi kami tetap sayang dia.

Hari sudah mulai malam, kami pergi memasuki kamar untuk beristirahat. Aku bersama Rainny dan Nana bersama Rara. Besok adalah hari minggu, mereka bertiga akan pergi ke gereja di pagi hari dan aku akan berangkat menuju Jakarta.

Aku dan Rainny berbaring di atas kasur, tapi aku belum mengantuk. Aku pun mengajak Rainny yang masih terjaga untuk berbincang santai.

"Rain, bagaimana hubungan mu dengan kak Ezra?"

"Umm, aku sudah dikenalkan ke adiknya," ucapnya sambil tersenyum malu.

"Wah, selamat ya... Iri deh aku sama kamu."

"Loh?! Kenapa?" Rainny menoleh ke arahku.

"Kisah cinta mu mulus, ya aku jadi iri."

"Nanti ada saat nya aku di uji kok. Tidak semua yang direncanakan akan berjalan mulus, bukan?" Aku mengangguk, "iya sih."

"Kamu masih berharap sama kak Dave?" Aku menoleh sekilas ke arah nya lalu kembali menatap langit-langit kamar.

"Ya, seperti yang kamu tahu. Aku terjebak dengan masa lalu." Satu menit sudah berlalu, tapi Rainny belum juga menyahuti ucapan ku, lalu aku menoleh ke arahnya. Dan pantas saja tidak menyahut, dia sudah terlelap. Aku pun memutuskan untuk menyusul Rainny menuju alam mimpi. 











"Ya, seperti yang kamu tahu. Aku terjebak denganmasa lalu."

- Cassandra  







Hello,

Terima kasih sudah membaca :)





Painful EncounterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang