Chapter 19

5 1 0
                                    

Pagi hari aku bercermin di kamar mandi, mata ku bengkak karena menangis semalaman. Lagi. Aku menghela nafas ku dan bergegas mandi.

Setelah aku siap, aku turun menuju dapur dan membuat sarapan seperti biasa.

Tok tok tok

Tak lama terdengar suara ketukan pintu, aku pun bergegas membuka pintu dn menemukan Rainny, Nana dan Rara di depan pintu. “Pagi Cassie.”

“Hai, pagi juga,” balasku. “Ayo kita berangkat,” ajak Rainny
“Iya sebentar ya, aku ambil tas dulu.” Aku pun bergegas mengambil tas dan mematikan semua lampu, memastikan tidak ada yang tertinggal lalu mengunci pintu.

Kami pergi ke kampus menggunakan mobil Rainny, karena mobil Nana sedang di pakai oleh kakaknya.

Saat aku baru saja menutup pintu mobil, Nana menepuk pundak ku.
“Kak Cass, itu bukannya motor yang kemarin? Aku ingat persis jenis motornya,” tanya Nana sambil menunjuk ke salah satu motor yang terparkir di depan rumah tepat di sebelah kiri rumah ku.

“Sepertinya bukan Na, motor jenis itu kan ada banyak. Mungkin hanya sama,” ucap ku. Nana pun mengangguk.

Di tengah perjalanan, Rainny yang menyetir seperti menyadari sesuatu. “Cassie, mata mu bengkak ya? Habis menangis?”
Aku yang di tanya seperti itu pun menjadi gugup tiba-tiba. “e-eh, iya. Aku rindu dengan nenek ku semalam.” Rainny pun tersenyum sambil menganggukkan kepala nya.

“Oh, ternyata kita sama. Aku juga rindu dengan kakek ku, ingin rasanya mengulang waktu dan menghabiskan waktu bersama kakek ku. Tapi mau bagaimana lagi.” Sampai di kampus, kami berencana sarapan terlebih dahulu di gedung fakultas Kedokteran.

Hari ini Rara menjalani ospek pertama nya dan menjadi mahasiswa baru. Kami berjalan menuju ke kantin bersama. Disana kami duduk, sedangkan Rainny memesan makanan.

Dari kejauhan kak Raffa datang menghampiri meja kami dengan wajah bingung nya. “Cassie, kamu gapapa kan semalam?”
Nana dan Rara yang mendengar hal itu pun terkejut. “Hah?! Emang kak Cassie kenapa?” tanya Rara.

Aku menggeleng lalu menarik tangan kak Raffa menuju ke koridor yang sepi. “Kak,  please jangan bahas masalah kemarin di depan mereka. Biar kita berdua saja yang tahu,” ucap ku sambil menatap kak Raffa.
“Tapi aku bingung kamu kenapa Cassie. Aku khawatir sama kamu,” ucap kak Raffa.

Aku terkejut mendengar hal itu,
“kakak khawatir sama aku? Sejak kapan? Tumben sekali,” ucapku lalu pergi meninggalkan kak Raffa begitu saja.



















'Terkadang semesta lebih mengerti diri mu dari pada mereka yang kamu anggap penting.'
-Cassie
















Hello,
Terima kasih sudah membaca :)

Painful EncounterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang