Chapter 23

6 1 0
                                    

Pagi yang dingin dan mendung menyapa kota Bandung. Hari ini udara sangat sejuk hanya saya hujan masih turun.

Hujan nya labil sekali, tiba-tiba hujan besar, tiba-tiba mengecil, lalu saat tersisa gerimis, hujan lebat datang kembali.

Malas sekali rasanya beranjak dari tempat tidur, cuaca yang dingin di pagi hari  seringkali membuat orang-orang malas untuk memulai kegiatan mereka apalagi hari ini adalah hari sabtu.

Tapi perut keroncongan ku seakan tak mengijinkan ku untuk kembali tidur atau sekedar tiduran di atas kasur.

Aku beranjak dari kamar menuju ke lantai bawah, aku membuka pintu agar sirkulasi udaranya menjadi lebih lancar dan udara di dalam rumah menjadi lebih segar.

Bau tanah sehabis hujan memang khas sekali, aku menyukainya.
Walaupun tak secandu Rainny, aku menyukai bau tanah yang habis terkena hujan atau biasa disebut petichor.

Rainny masih tertidur pulas di kamar menikmati suara hujan dan dinginnya udara, perisis dengan namanya, anak itu memang kalau sudah bertemu hujan dipagi hari malas nya semakin menjadi-jadi.

Aku pun pergi ke dapur, mengeluarkan roti, keju dan ham yang aku beli di mini-market kemarin. Membuat sandwich tentu saja dan menyeduh coklat hangat.

Kalau Rainny candu dengan hujan serta petichor nya, aku mempunyai candu dengan langit malam dan coklat panas.
                                     
Buat ku, coklat panas selain menghangatkan tubuh juga dapat menenangkan hati dan pikiran yang sedang kalut.

Sandwich dan coklat hangat sudah siap, aku pun makan di ruang tamu sambil menonton televisi.

Tak lama, Rainny turun dengan wajah khas bangun tidur nya. “Pagi Cassie.”

“Pagi Rain, petichor kesukaan mu sangat wangi hari ini.” Dia ikut duduk bersama ku di sofa dan tersenyum, dia menghirup udara dalam-dalam sambil merenggangkan badannya.

“Hahh, pagi yang indah.” Aku yang sudah selesai makan pun pergi ke dapur untuk mencuci piring dan alat-alat lainnya, sedangkan Rainny sedang merusuh mencari snack di dapur.

“Kak Cassie ~” Seseorang memanggilku, sepertinya ada tamu.
“Biar aku yang lihat,” ucap Rainny. Ternyata Nana dan Rara yang datang, aku pun menghampiri mereka kedepan.

“Hai kak, aku bawa makanan nih,” ucap Nana sambil mengangkat plastik yang berada di genggamannya lalu di taruh di atas meja kaca di ruang tamu.

“Wah, rumah kak Cassie unik ya. Antik tapi ada kesan mewah dan megah nya gitu,” ucap Rara. Ini kali pertama Rara datang kemari.

Kami pun menonton film sambil sarapan dan memakan cemilan yang dibeli Nana sambil menikmati dinginnya udara di ruang tamu hari itu. 

Setelah film nya selesai, kami membereskan piring-piring dan sampah-sampah habis kita makan.
“Na, boleh tidak aku pinjam mobil mu? Aku mau belanja ke supermarket,” tanyaku pada Nana.

“Oh, tentu saja boleh. Ini kunci nya.” Aku menerima kunci itu lalu mengambil tas selempang yang ada di kamar atas. Saat aku kembali turun, mereka pun berteriak untuk menitip sesuatu. “Kak Cass, Rara ikut!”

“Kak Cassie, beli snack ya jangan lupa!” teriak Nana. “Cassie, aku titip jus kotak ya. Nanti aku ganti!” teriak Rainny

Aku memutar kedua bola mataku, Rara pun ikut menemaniku pergi ke supermarket. Sesampainya di sana, aku menyuruh Rara untuk mendorong trolli.













'Nikmati setiap alur yang ada, jangan sampai ada penyesalan di hari nanti.'
-Cassie















Hello,
Terima kasih sudah membaca :)

Painful EncounterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang