Part 16 - Pembantu Baru

1.1K 85 1
                                    

"BAGUN!"

Anasya refleks terbangun ketika Fajar menarik tangannya dengan kasar. Anasya diseret dari atas ranjang sampai keluar dari kamarnya. Anasya terkejut, tentu saja. Pergelangan tangannya juga sangat sakit ketika tiba-tiba Fajar mencengkeramnya.

"Pa...," panggil Anasya lirih.

Fajar masih menyeret pergelangan tangan Anasya dengan kasar. Sampai di dapur, ia mendorong tubuh Anasya sampai membentur ke meja.

Lengan bawah Anasya terasa sangat sakit. Ada sebuah paku yang menggoresnya. Menyisakan sebuah luka memanjang yang mengeluarkan cukup banyak darah. Anasya meringis, ia memegangi luka itu.

"Kamu nggak ingat ucapan saya kemarin?" tanya Fajar. Anasya hanya diam saja. "Kamu mulai hari ini akan menggantikan tugas Sumi!"

Air mata langsung mengalir di menuruni pipi Anasya. Hatinya sakit, sangat sakit. Papanya sendiri mulai hari ini menjadikannya pembantu.

"Nggak usah nangis!!" bentak Fajar. "Dasar cengeng!"

Bukannya berhenti menangis, Anasya malah sesenggukan. Dulu, saat Anasya menangis, Papanya senantiasa menghiburnya dan mengusap rambutnya dengan penuh kasih sayang. Namun, yang ia dapatkan sekarang hanya lah sebuah bentakan.

"Sana masak!" Fajar mendorong kasar tubuh Anasya. "Jam enam tepat, sarapan harus sudah siap!"

"Ada apa sih, Pa?" tanya Jessica yang baru muncul di pintu dapur dengan muka bantalnya.

"Mengurus pembantu baru," jawab Fajar.

Hati Anasya semakin sakit. Fajar benar-benar menganggapnya pembantu. Tidak ada kah kasih sayang sedikit pun yang tersisa dalam hati Fajar untuk Anasya? Sampai ia tega membentak Anasya, memperlakukan dengan kasar, sampai-sampai menjadikan Anasya pembantu.

Sementara itu, Jessica tersenyum puas. Ia senang sekali melihat Anasya diperlakukan seperti itu. "Oh iya, Pa. Nanti suruh pembantu baru itu bersihin kamar aku ya, Pa. Sama cuciin baju-baju kotor aku juga."

"Iya sayang," balas Fajar.

***

Anasya membawakan nasi goreng buatannya ke meja makan. Piring-piring, gelas, dan buah-buahan juga sudah ia tata sedemikian rupa di atas meja makan itu. Untung saja dulu ia sering membantu Sumi, jadi Anasya cukup mengerti.

Jessica dan Fajar sudah duduk di kursi masing-masing. Jessica dengan seragam sekolahnya, Fajar dengan pakaian kantor. Anasya juga sudah memakai seragam sekolahnya. Sebelum masak, ia mencuci baju milik Jessica, Fajar, dan dirinya. Anasya juga sekalian mandi saat itu. Jika tidak begitu, ia tidak akan punya cukup waktu.

"Eh, ngapain kamu duduk di situ?" tanya Fajar ketika Anasya hendak duduk di kursi makan.

"Sarapan, Pa," jawab Anasya.

"Pembantu nggak sarapan bareng sama majikan," ucap Jessica. "Bodoh!"

"Iya, sana sarapan di belakang!" suruh Fajar.

Anasya tersenyum miris. Ini benar-benar bukan Fajar, bukan Papanya. Fajar sama sekali sudah tidak menyayanginya.

"Buatkan saya kopi," ucap Fajar sebelum Anasya menuju ke dapur.

ANASYA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang