Part 23 - Anasya Sakit

1.2K 83 10
                                    

Kau yang sembunyi
Di manakah kini engkau mendengarkannya?
Simak sebuah syair
Dan kalimat tegar perasaanku padamu

Setelah kau ingkari
Tanpa ada bahasa yang bisa kumengerti
Entah di mana dirimu
Di mana hatimu?
Bicara yang jujur
Jangan kau larikan diri

🎶 Hanin Dhiya - Kau Yang Sembunyi 🎶

***

Tok tok tok!

Tok tok tok tok!

Anasya membuka matanya perlahan-lahan. Yang pertama kali matanya tangkap adalah kegelapan. Satu-satunya cahaya hanyalah dari senter ponselnya yang ia nyalakan semalaman.

Tok tok!

"Anasya."

Dengan segenap kesadarannya, Anasya berdiri. Pastinya dengan ponsel yang senternya menyala di tangannya. Anasya berjalan menuju ke jendela gudang. Ia yakin, suara dan ketukan itu berasal dari sana.

Tubuh Anasya rasanya sakit semua. Pusing dan kepalanya sangat sakit sekali. Ditambah karena ia tidur sambil duduk, menyebabkan tubuhnya semakin remuk saja.

"Kamu ngapain?" tanya Anasya ketika mendapati Satya ada di luar jendela gudang.

Kalau kalian tanya kenapa Anasya semalam tidak kabur lewat jendela, jawabannya adalah tidak bisa. Jendela gudang dikunci dari luar menggunakan kayu kecil yang dipaku.

"Ayo keluar," ajak Satya. "Kamu harus sekolah hari ini, aku bantu kamu keluar dari gudang."

Anasya melirik layar ponselnya, jam di sana menunjukkan pukul lima pagi. Langit masih agak gelap.

"Kamu takut gelap kan?" tanya Satya.

Anasya mengangguk. "Iya. Tapi untung aja ada hp ini, senternya bisa buat nerangin."

Anasya bersiap keluar dari gudang lewat jendela itu. Satya mengulurkan tangannya untuk membantu Anasya.

"Tangan kamu dingin banget," ucap Satya.

"Tadi malam nggak ada selimut," sahut Anasya.

Dengan gerakan tiba-tiba, Satya menempelkan punggung tangannya ke dahi Anasya. "Badan kamu juga panas."

Anasya menyingkirkan tangan Satya dengan gerakan lemah. "Aku nggak papa, kok."

Lalu, keduanya berjalan menuju ke jendela kamar Anasya. Satya membantu Anasya berjalan dengan memegangi lengannya. Anasya tampak lemas, ia juga sesekali memegangi kepalanya yang pusing.

"Kamu masuk aja, terus istirahat. Aku saranin ke kamu buat nggak sekolah hari ini, badan kamu panas," ucap Satya saat ia dan Anasya sudah berada di depan jendela kamar Anasya.

"Aku nggak mungkin bisa istirahat," ucap Anasya.

"Kenapa?" tanya Satya.

Bukannya menjawab, Anasya malah menggeleng lemah.

"Kenapa, Sya?" tanya Satya lagi.

ANASYA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang