Bagaimana bisa?
Hari ini begitu bahagia
Dan esoknya lukaMengapa mudah bagimu tuk menyerah?
Dan aku merasa kalah
Karena tetap mencintamu🎶 Ratih Pradnyaswari - Tanpamu 🎶
***
Dengerin lagu di mulmed ya, biar feel-nya kerasa.
***
"Lang!"
Anasya mengejar Elang yang berada beberapa langkah di depannya. Cowok itu berhenti sejenak, menoleh ke belakang, lalu kembali melanjutkan langkah.
"Elang!!" teriak Anasya sekuat tenaga.
Sebenarnya, Anasya tidak pernah teriak. Suaranya selalu lirih. Namun, untuk saat ini ia harus menggunakan teriakan agar Elang mau menatapnya.
"Elang! Kamu mau ke mana?!" teriak Anasya lagi.
Langkah Elang semakin cepat. Anasya pun mempercepat larinya. Elang berjalan, Anasya berlari. Meskipun demikian, Anasya sama sekali tidak bisa mengimbangi langkah Elang.
"Elang berhenti!" Anasya berlari lagi, semakin kencang. Padahal keringat sudah memenuhi dahinya. "Aku bilang berhenti, Lang!!"
Elang tidak menghiraukan teriakan dari Anasya, ia tetap melangkah maju seolah tidak mendengar apapun. Hingga akhirnya, Elang menghilang di ujung jalan. Elang belok ke kiri di ujung jalan itu.
Karena tak mau kehilangan jejak, Anasya pun mati-matian menambah kecepatan larinya. Ia ikut belok ke arah kiri juga untuk mengikuti langkah Elang. Namun, Anasya tidak melihat apapun. Jalanan itu kosong, sepi. Tidak ada Elang. Anasya kehilangan jejak.
"ELANGG!" teriak Anasya.
Anasya mengedarkan pandangannya ke kanan, ke kiri, ke depan, ke belakang. Namun, ia tidak menemukan Elang di manapun.
"KAMU DI MANA, LANG?!"
Tubuh Anasya melemas, ia terduduk di atas jalan beraspal itu. Air matanya luruh begitu saja, membasahi pipi putih mulusnya.
"ELANG!" teriak Anasya.
Anasya bangun dari tidurnya. Ia langsung terduduk dan merasakan sekujur tubuhnya penuh keringat, gemetar.
"Cuma mimpi?" tanya Anasya pada dirinya sendiri.
Kedua tangan Anasya memegangi kepalanya sendiri. Entah kenapa, mimpi barusan terasa nyata baginya. Hingga air matanya tiba-tiba jatuh, air matanya jatuh tanpa Anasya minta.
Ceklek.
Anasya menoleh ke arah pintu kamarnya. Fajar yang masih mengenakan piyama segera masuk dan duduk di tepi ranjang tempat Anasya berada.
"Kamu kenapa? Tadi Papa dengar kamu teriak," ucap Fajar khawatir.
Anasya menggeleng. "Nggak papa, Pa. Aku cuma mimpi buruk aja."
"Kamu teriak nama Elang?" tanya Fajar lagi.
Anasya hanya tersenyum tipis menanggapi pertanyaan Fajar.
"Kamu beneran nggak papa kan?"
Anasya meraih tangan Fajar dan mengusapnya pelan. "Iya, Papa. Aku nggak papa, kok."
"Ya udah, sekarang kamu lanjut tidur," ucap Fajar. Ia mengusap lembut rambut panjang Anasya. "Tidur ya."
Anasya kembali pada posisi yang tadi, tiduran di atas ranjang. Selimutnya ia tarik sampai sebatas dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANASYA (End)
Teen FictionSequel ARESKA DAN ALENTA (Beberapa part diprivat acak, follow untuk kenyamanan membaca). ... "Kamu tidak hancur, Sya. Tapi kamu sedang dibentuk." "Tidak hancur? Tapi sedang dibentuk? Iya, benar ... dibentuk menjadi lebih hancur lagi." ... Jadi? Mana...