Ayah kusalamkan rindu
Untuk engkau yang kini jauh dariku
Ayah kan kuingat selalu
Pengorbanan dan semua jasa-jasamuKuberdoa pada Allah Ta'ala
Semoga engkau baik-baik saja
Kumenangis bila ingat wajahmu
Ayah kusangat merindukanmu🎶 Syubbanul Muslimin voc. Azmi - Ayah 🎶
***
"Kamu kok bisa ada di rumah Rinai?" tanya Elang.
Anasya mengangguk. "Nanti aja deh ceritanya, di jalan ya."
"Eh, ada si Bos!" ucap Elang ketika melihat Satya yang baru keluar dari dalam rumah.
Satya hanya tersenyum simpul ke arah Elang. "Nai, gue pulang. Bilangin sama Mama lo ya."
"Iya, ntar gue bilangin," ucap Rinai. Pasalnya, Mamanya tengah mandi saat ini.
"Lo berangkat sekolah naik apa?" tanya Satya.
Rinai menunjuk motor maticnya.
"Oh, oke," ucap Satya. Lalu, ia pergi begitu saja tanpa berkata apa pun. Tanpa basa-basi dulu dengan Elang.
"Ayo!" ajak Anasya.
Elang memakai helm full face-nya dan naik ke atas motor. Anasya pun ikut naik di jok belakang dengan berpegangan pada bahu Elang.
"Duluan, Nai," ucap Elang.
"Iya tiati," balas Rinai.
Motor Elang melaju dengan kecepatan rata-rata. Anasya membonceng dengan kedua tangan melingkar di pinggang Elang, kepalanya pun direbahkan di punggung Elang.
Jam masih menunjukkan pukul enam lebih seperempat. Jalanan Ibukota masih terasa sepi. Hanya beberapa pengendara saja yang nampak. Kalau sudah sekitar pukul tujuh, baru jalanan akan ramai-ramainya.
"Katanya mau cerita," tagih Elang.
Anasya meletakkan dagunya di pundak Elang. "Ya gitu lah. Aku kabur dari rumah."
"Masalahnya?" tanya Elang.
"Ya biasa. Urusan keluarga."
"Oh urusan keluarga," ucap Elang. "Biasa mah kayak gitu. Orang tua biasanya emang nggak ngertiin perasaan anak. Pengin ngelawan, takut dosa. Tapi mereka juga kadang seenaknya."
"Hm," gumam Anasya. "Eh kita ke rumah aku dulu ya, bentar."
"Oke," sahut Elang tak keberatan. Lagipula ini masih terlalu pagi untuk ke sekolah.
Motor Elang dibelokkan ke kiri, menuju ke jalan perumahan Anasya. Jalannya masih sepi seperti biasanya. Kebanyakan yang tinggal di perumahan itu adalah para pekerja yang jarang pulang alias sibuk.
"Berhenti di sini," ucap Anasya membuat Elang menghentikan laju motornya.
Anasya turun dari atas motor. Ia dan Elang kini berada di depan gerbang rumah Anasya.
Anasya melangkah perlahan. Pandangannya tak lepas dari rumah besar di hadapannya. Ia rindu Papanya, rindu rumah. Ya, meski pun rumah itu seperti neraka.
"TOLONGGGG!!"
"TOLONG!"
Elang yang semula masih bertengger di atas motor segera turun dan menghampiri Anasya. Ia mendengar suara orang minta tolong, Anasya juga mendengarnya.
"Suara apa, Sya?" tanya Elang. Ia ikut menatap rumah besar Anasya.
"Dari dalam?" Anasya bertanya balik. "Ayo ayo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ANASYA (End)
Teen FictionSequel ARESKA DAN ALENTA (Beberapa part diprivat acak, follow untuk kenyamanan membaca). ... "Kamu tidak hancur, Sya. Tapi kamu sedang dibentuk." "Tidak hancur? Tapi sedang dibentuk? Iya, benar ... dibentuk menjadi lebih hancur lagi." ... Jadi? Mana...