PART 2 - Kelas Baru

3.4K 160 0
                                    

Seorang gadis cantik tengah mencoret-coret bagian paling belakang di buku tulis barunya. Orang sepertinya, tidak akan pernah membiarkan buku bagian belakang kosong. Ada saja puisi, kata-kata, atau semacamnya. Ia bisa dibilang pencinta sastra.

Namanya Anasya Almeida. Gadis yang cantik, pintar, dan sangat pendiam. Kecuali jika tengah bersama sahabatnya, Anasya akan menjadi sosok yang cerewet. Kebanyakan memang begitu. Orang pendiam hanya akan cerewet ketika bersama orang-orang tertentu.

"Sya," panggil Rinai. Teman sebangku Anasya, sekaligus sahabatnya sejak SMP. Sahabat yang selalu ada dan sudah Anasya anggap keluarga.

Anasya menoleh ke arah gadis bernama Rinai itu. Dengan tangan masih memegang bolpoin, Anasya mengangkat sebelah alisnya. Seolah bertanya, "Ada apa?"

"Elang ngelitin lo terus tuh," ucap Rinai dengan suara sepelan mungkin.

Anasya gantian menoleh ke arah cowok bernama Elang, yang ia kenal sebagai wakil ketua Geng Alextro. Elang duduk di bangku paling pinggir, dekat jendela. Sejajar dengan Anasya.

Dan benar, Elang tengah memperhatikannya. Ketika Elang menyadari bahwa dirinya tertangkap basah tengah memperhatikan Anasya, ia pun beranjak dari bangku itu. Elang segera berjalan ke bangkunya yang sesungguhnya, di barisan paling belakang bersama teman-temannya.

"Suka tuh sama lo," ucap Rinai seraya mencolek lengan Anasya.

"Apaan sih, Nai. Nggak mungkin lah Elang suka sama aku," ucap Anasya. Ia melanjutkan kegiatannya yang tadi, menulis di bagian paling belakang buku tulis barunya.

"Ya bisa aja kan, Sya. Lo kan cantik, pinter, baik banget lagi," ucap Rinai. Sahabat setia Anasya itu masih mengira kalau Elang menyukai Anasya. Rinai bisa melihat dari tatapan Elang yang tidak biasa.

"Nggak mungkin, Nai. Masa laki-laki seperti Elang suka sama gadis culun kayak aku? Nggak mungkin. Aku bukan seleranya Elang," ucap Anasya lagi-lagi menolak ucapan Rinai.

***

"Lo ngapain duduk di sana, Lang? Gue liat-liat, lo dari tadi merhatiin Anasya ya?" ucap Ricky yang langsung membuat Satya menatap Elang.

"Nggak," elak Elang dengan tenang.

"Anasya?" tanya Deska. "Yang cewek culun itu kan? Polos banget dia tuh."

"Tapi cantik," ucap Satya.

"Iya, Bos. Cantik dia," ucap Elang.

"EKHEM!" Deska berdehem. "Ada yang lagi jatuh cinta nih. Kasih pantun, Tin."

"Ikan paus makan belalang,
Pepet terus sebelum hilang!" ucap Justin memberi pantun. Di akhiri dengan menepuk bahu Elang.

"Pantun lo nggak ada yang bener, Tin. Masa iya ikan paus makan belalang? Emang doyan?" ucap Aldan.

"Lah emang paus sebenernya makan apa sih?" tanya Elang.

"Makan tai!" jawab Satya.

"Emang iya, Bos?" tanya Aldan dengan wajah polos.

"Mana ada tai di laut, Bos. Ada-ada aja lo!" ucap Ricky.

"Ya ada lah," ucap Satya. "Kali aja ada nelayan kebelet boker pas nyari ikan. Terus boker di sana. Bisa aja kan?"

"Pasti pas tainya nyentuh air laut, bunyi 'cemplung'-nya pasti keras banget tuh," ucap Aldan.

"Bunyinya mampu membuat ikan-ikan di laut jantungan," timpal Elang.

ANASYA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang