"Libur dua hari nih besok, masa iya kita nggak mau ngerencanain liburan?" ucap Deska sambil meletakkan sebungkus kuaci di atas meja.
Justin, Aldan, dan Ricky langsung berebut mengambil kuaci-kuaci itu. Sementara Satya dan Elang hanya memperhatikan.
"Heh babi! Jangan ngambil punya gue dong. Udah di tangan gue nih, nggak usah ngerebut!" ucap Ricky marah pada Aldan. Tangannya semakin erat menggenggam kuaci, takut direbut lagi oleh Aldan.
"Lo kan udah dapet banyak. Liat punya gue nih, cuma dapet tiga biji," balas Aldan sambil memperlihatkan kuaci di tangannya.
"Kalian kayak orang nggak pernah makan kuaci aja," cibir Elang.
"Sana beli sendiri di kantin," suruh Satya.
"Nggak ah, bos. Males jalan ke kantin," tolak Justin.
"Lagian yang gratisan sama yang beli sendiri itu pasti rasanya beda," timpal Ricky.
"Enakan mana?" tanya Elang.
"Ya yang gratisan lah, bego!" jawab Aldan.
Elang menoyor kepala Aldan. "Nggak usah bego-begoin gue lo, Al. Gue sama lo masih pinteran gue. Lagian kalian semua tajir-tajir, tapi kok doyannya gratisan."
"Loh? Ya gapapa," balas Justin, Aldan, dan Ricky.
Deska duduk di atas meja. Ia menatap wajah sahabatnya satu per satu. "Gue serius nih sama yang tadi gue omongin. Kita nggak mau liburan? Dua hari tanggal merah lho. Sabtu sama Minggu."
"Rencanain aja," ucap Elang.
"Nanti lo yang bayarin ya?" tanya Justin.
"Ya nggak lah! Bangkrut gue kalo bayarin lo lo pada. Kerja gue aja belom digaji sama bokap bulan ini," ucap Elang.
"Emangnya ada yang punya usul mau liburan ke mana?" tanya Satya.
"Pantai," jawab Aldan cepat.
"Nggak usah pantai-pantai lo, Al. Di sana panas. Ntar kulit lo makin gosong. Yang tadinya kek bubuk susu cokelat, berubah jadi kek kopi," ucap Ricky.
"Sialan lo, Ky!"
"Puncak aja. Adem kan? Nggak panas," ucap Elang.
Justin langsung berhambur memeluk Elang. "Bagus banget ide lo, gue jadi terhuraaaa."
Elang berusaha melepas pelukan Justin yang sangat-sangat kencang. "Lepasin!"
"Anjir! Pake peluk-pelukan! Anasya liat, bakal diputusin lo, Lang," ucap Aldan.
Dengan sekuat tenaga, Elang mendorong Justin. Hingga akhirnya cowok itu terjungkal ke belakang dan membentur meja.
Dug!
"Anjing!" umpat Justin seraya mengusap bokongnya yang terbentur meja.
"Jijik tau nggak!" ucap Elang kesal. "Main peluk-peluk aja. Lo kira gue cowok apaan?"
Justin lalu hanya menunjukkan cengirannya.
***
"Aku duluan ya, Lang," ucap Marra.
Elang mengangguk sambil tersenyum. Lalu, ia memandangi Marra yang terlihat semakin menjauh bersama pacarnya yang bernama Egy.
Kemudian, Elang kembali fokus dengan Anasya yang berdiri di sisinya. "Ayo pulang."
Anasya mengangguk singkat. Ia naik ke atas motor besar Elang ketika cowok itu sudah naik.
Sepanjang perjalanan, Anasya memeluk pinggang Elang dari belakang. Rasanya, Anasya sangat merindukan cowok itu. Padahal seharian ini mereka bertemu di sekolah. Hanya saja, seperti hari-hari sebelumnya, Elang lebih sibuk dengan Marra.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANASYA (End)
Teen FictionSequel ARESKA DAN ALENTA (Beberapa part diprivat acak, follow untuk kenyamanan membaca). ... "Kamu tidak hancur, Sya. Tapi kamu sedang dibentuk." "Tidak hancur? Tapi sedang dibentuk? Iya, benar ... dibentuk menjadi lebih hancur lagi." ... Jadi? Mana...