"Mana Satya?" tanya Rinai yang baru saja sampai di depan ruang IGD. Ia berjinjit-jinjit untuk mengintip ke dalam ruangan, namun ia tak bisa melihat apapun di dalam sana.
"Satya masih di dalam, Nai," jawab Justin.
"Kenapa bisa begini sih?" tanya Alenta serak. Ia sudah menangis dari rumah sampai rumah sakit.
Areska mengusap lembut bahu istrinya dan membawa Alenta ke dalam pelukan. "Tenang, Al. Satya pasti nggak Papa."
"Satya perutnya ketusuk, Om. Ini gara-gara aku," ucap Elang.
Deska menepuk pundak Elang. "Jangan nyalahin diri sendiri, Lang."
"Ini emang salah gue, Des," ujar Elang.
"Sudah, jangan menyalahkan diri kamu, Lang. Sekarang, kita semua berdoa agar Satya baik-baik saja," ucap Areska.
Rinai menunduk dalam-dalam. Air matanya tak berhenti mengalir, sama seperti Alenta. Ketika mendengar kabar bahwa Satya masuk rumah sakit, ia langsung meluncur ke sini dengan penuh air mata.
***
Sepasang kaki berlari menyusuri koridor rumah sakit dengan setengah berlari. Matanya menengok ke kanan kiri mencari keberadaan ruangan Satya.
"Mana sih?" gumam Anasya.
Hari sudah menjelang pagi saat ini. Anasya baru mendapat kabar mengenai Satya beberapa menit lalu dari Elang. Pastinya ia langsung menuju ke rumah sakit.
"Lang," panggil Anasya ketika matanya melihat Elang yang berjalan ke arahnya.
"Baru aja aku mau nyusulin kamu ke depan, malah udah di sini. Udah lama muter-muternya?" tanya Elang.
"Nggak," jawab Anasya. "Mana sih ruangannya?"
Elang membawa Anasya ke dalam rangkulannya dan dua orang itu langsung berjalan menuju ruangan Satya. Sebenarnya, tadi Elang ingin menjemput Anasya ke rumahnya karena tidak tega jika Anasya ke rumah sakit sendiri. Namun, Anasya menolak.
"Satya baik-baik aja kok, operasinya lancar. Cuma butuh transfusi darah banyak aja. Dia juga udah dipindah ke ruang rawat," ucap Elang.
"Alhamdulillah," ucap Anasya lega.
Sampai di depan pintu ruangan Satya, Elang memegang knop pintu dan langsung membukanya. Di ruangan itu ada Areska, Alenta, Rinai, Justin, dan Gion.
"Assalamu'alaikum," ucap Anasya lembut sembari masuk ke dalam ruangan itu.
"Wa'alaikumsalam."
Anasya menyalami Areska dan Alenta, mencium punggung tangan orang tua itu. Lalu, ia tersenyum ke orang-orang yang ada di sana.
Elang langsung duduk di antara Justin dan Gion, menduduki sofa empuk berwarna cokelat yang ada di sana.
Anasya menatap Rinai yang menangis sambil memandangi wajah Satya, tangannya menggenggam erat tangan Satya. Sedari tadi air matanya tak berhenti turun dan berkali-kali diusapnya. Padahal Satya sudah siuman sejak lima menit yang lalu.
Anasya mengusap-usap bahu Rinai dengan lembut. Areska yang duduk di kursi samping Rinai pun jadi berdiri.
"Duduk sini, nak," ucap Areska.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANASYA (End)
Fiksi RemajaSequel ARESKA DAN ALENTA (Beberapa part diprivat acak, follow untuk kenyamanan membaca). ... "Kamu tidak hancur, Sya. Tapi kamu sedang dibentuk." "Tidak hancur? Tapi sedang dibentuk? Iya, benar ... dibentuk menjadi lebih hancur lagi." ... Jadi? Mana...