Part 7 - Futsal

1.3K 89 6
                                    

Ku yakin pasti suatu saat
Semua kan terjadi
Kau kan mencintaiku
Dan tak akan pernah melepasku

Aku mau mendampingi dirimu
Aku mau cintai kekuranganmu
Selalu bersedia bahagiakanmu
Apa pun terjadi
Ku janjikan aku ada

🎶 Once - Aku Mau 🎶

***

"Gimana, bro, pdkt-nya? Sukses??" tanya Justin ketika Elang ikut bergabung di meja kantin.

Elang mengangkat bahunya cuek. Lalu, ia mengambil kentang goreng milik Satya dan mengunyahnya.

"Sukses pasti lah," tebak Aldan. "Orang kayak Elang mah gampang kalo deketin cewek. Dia kan nggak jelek-jelek amat kayak gue."

Deska merangkul Aldan dari samping. "Tau aja kalo lo jelek. Baru nyadar sekarang, Bang?"

"Iya, gue jelek banget emang," ucap Aldan dengan raut wajah sedih. "Udah gendut, item, jelek, misqueen lagi!"

Satya melemparkan satu buah kentang goreng ke arah Aldan. "Jangan gitu, dosa! Allah pasti sedih denger hamba-Nya ngomong kayak gitu."

"Tau tuh," timpal Ricky.

Justin memukul bahu Elang berkali-kali dengan heboh. Matanya menatap ke arah Anasya dan Rinai yang baru saja masuk ke kantin. "ANASYA, LANG!! ANASYA TUH!!"

"Udah liat, bangsat!" balas Elang kesal seraya menjauhkan diri dari Justin.

"Samperin, Lang. Terus beliin makanan kek, atau ajak ngobrol gitu. Gercep ayo gercep!!" seru Ricky. "Biar lo punya pacar lagi dong kayak gue."

"Cepet atau lambat Elang juga bakal punya pacar, Ky. Mana bisa dia jomblo. Elang aja baru putus dua hari lalu kan ya?" ucap Deska.

"Mantan lo berapa, Lang?" tanya Aldan.

"Segudang," jawab Elang enteng. "Kalo mau ambil aja."

"Itu tuh Anasya di deketin," suruh Satya.

Elang melirik ke arah Satya sekilas. "Males, Bos. Cuek banget orangnya. Sebel kali ya dia sama gue?"

"Sebel kenapa?" tanya Satya.

"Ya dia kan pinter, baik, murid teladan. Lah gue kan nakal, urakan, suka cari masalah. Pasti lah dia ada sebel-sebelnya sama gue," ucap Elang.

"Nggak gitu juga, Lang." Deska menyamankan duduknya, menatap penuh ke arah Elang. "Gue juga nakal, bandel, tapi gue bisa kan dapetin Reva yang ketua PMR?"

"Iya tuh, bener. Jangan nethink dulu lah, Lang," ucap Ricky.

Elang menatap Anasya. Gadis itu tengah memakan batagor di meja yang tak jauh dari meja Alextro. Anasya bersama Rinai, sahabatnya. Sahabat satu-satunya.

"Tapi ... kayaknya dia nggak mungkin mau sama gue."

***

Anasya mengeluarkan sebuah buku paket dan buku tulis dari dalam tas ranselnya. Ia memindahkan dua barang itu ke laci meja, persiapan untuk pelajaran berikutnya. Sementara itu, Rinai tengah duduk santai sambil memainkan ponsel berlogo apel.

ANASYA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang