"HEI! MAKAN TUH MAKAN!! MALAH DIEM AJA SIH!"
"JINJIT, DES!!"
"KERUPUK LO MASIH BANYAK, OY! JANGAN STOP, DONG!!"
Halaman markas Geng Alextro dipenuhi oleh sorak-sorai para penonton. Mereka semua membentuk lingkaran, sesekali berteriak menyemangati. Di tengah lingkaran itu, ada dua buah tiang yang dihubungkan dengan tali rafia. Ada enam kerupuk yang menggantung di tali rafia itu.
Geng Alextro tengah merayakan hari kemerdekaan Republik Indonesia. Berbagai lomba-lomba ringan sudah di adakan sejak pagi tadi. Dan detik ini para inti Alextro tengah mengikuti lomba makan kerupuk, ditonton oleh anak-anak Alextro.
"HEI! Curang lo, Al!" ucap Elang pada Aldan yang berada di sampingnya. Aldan menggunakan tangannya untuk memasukkan kerupuk putih itu ke dalam mulutnya.
"Tinggal dikit, Lang. Nanggung!" balas Aldan.
"Nggak boleh gitu dong, Al!" Ricky ikut-ikutan kesal. Ia juga menjadi saksi saat Aldan berbuat curang.
PRITTTTTTT!!
Salah satu anak Alextro sudah meniup pluit. Otomatis keenam anggota inti Alextro itu langsung menghentikan diri. Mereka sama-sama mengusap bibir yang belepotan oleh remah-remah kerupuk.
"PEMENANGNYA ALDAN!" teriak orang yang tadi meniup peluit.
"Heh! Nggak bisa dong! Lo nggak liat tadi Aldan curang?! Dia pake tangan, bro!" ucap Ricky.
"Iya, bener. Gue yang liat sendiri," tambah Elang. Si wakil ketua Alextro yang sekarang.
"Nggak ya, gue nggak curang!" elak Aldan.
Ricky mendorong bahu Aldan ke belakang. "GUE LIAT SENDIRI SAMA DUA MATA GUE! NGGAK USAH NGELAK!!"
Melihat Ricky dan Aldan semakin panas, Satya tidak tinggal diam saja. Sebagai Ketua Alextro, ia memisahkan Ricky dan Aldan. Mendorong kedua dada cowok itu agar menjauh.
"Udah dong, jangan ribut," ucap Satya. "Kita di sini kan ngadain lomba tujuh belasan biar kita makin akrab. Kok malah berantem gini sih?"
"Tahu tuh kalian. Ngerusak suasana tahu nggak?!" ucap Deska.
"Udah udah, nggak usah pada berantem!" tambah Justin. "Kita berhentiin aja lombanya kalo kalian mau berantem terus kayak gini!"
Ricky menghembuskan napas kasar. Tatapannya masih menyorot tajam ke arah Aldan. Ricky sangat tidak suka dengan cowok yang curang sepertinya.
"Udah, Ky," ucap Deska seraya menarik baju bagian belakang milik Ricky.
"Maaf-maaf cepet!" suruh Satya. Ricky dan Aldan malah saling membuang muka. "MAAF-MAAFAN!"
Dengan pasrah dan malas-malasan, Ricky mengulurkan tangannya pada Aldan. Aldan juga tampak malas-malasan menyambut tangan Ricky. Dua anggota inti Alextro itu memang terkenal suka berantem dan berdebat. Ricky dan Aldan jarang akur.
BRMMM BRMMMM BRMMMMM!
BRMM BRMMM BRMMMMM!
Semua orang yang berada di halaman markas menoleh ke sumber suara. Ada banyak sekali motor-motor yang melintas di depan markas mereka. Beberapa ada yang menoleh dan mengacungkan jari tengah, disertai tatapan mengejek juga.
"GENG APAAN KAYAK GITU? KAYAK ANAK KECIL!"
"ANAK GENG MAIN LOMBA TUJUH BELASAN? HAHA!"
"NGGAK SEKALIAN MAIN MASAK-MASAKAN, BANG?!"
"GENG ABAL, HAHA!"
Satya mengepalkan kedua tangannya, emosinya naik ke ubun-ubun. "ANJING LO SEMUA!"
"Sabar, Sat. Sabar," ucap Elang seraya menepuk bahu Satya.
Setelah puas menghina-hina Geng Alextro, rombongan itu pergi dari sana. Mereka adalah Geng Laskar, musuh Alextro. Setelah war antara Alextro dan Revistor beberapa tahun lalu, Revistor bubar karena mengalami kekalahan telak. Alextro sampai tidak punya musuh sampai bertahun-tahun. Dan Geng Laskar adalah musuh baru geng itu.
"Kayak gitu tuh, generasi muda yang nggak pernah menghargai jasa pahlawan. Tujuh belasan bukannya upacara, merayakan, malah keliling nggak jelas sambil ngehina-hina orang," ucap Deska.
"Udah, bodo amatin aja!" ucap Justin.
"Gue mau istirahat dulu di dalem markas. Lombanya lo lanjutin aja," ucap Satya pada anak Alextro yang peniup peluit tadi.
"Siap, Bos!"
Satya melangkahkan kaki ke arah markas Alextro. Elang, Aldan, Justin, Ricky, dan Deska juga mengikutinya dari belakang. Mereka berenam sudah seperti keluarga. Ke mana-mana selalu bersama, tidak pernah terpisahkan.
Satya Gama Perwira, ketua Geng Alextro. Anak pertama dari pasangan Areska Danetra Perwira dan Alenta Raqueenla. Sifatnya menurun dari orang tua. Satya bisa menjadi kejam seperti Areska, ia juga bisa menjadi humoris seperti Alenta. Satya memiliki tiga adik, yaitu Gion, Feca, dan Cellia. Gion dua tahun lebih muda darinya, kelas X. Sedangkan Feca dan Cellia masih SMP. Sebenarnya Satya memiliki empat adik, namun Elran meninggal ketika ia berusia tujuh tahun.
Elang Damara Rafardika, wakil Geng Alextro. Anak tunggal dari Joan Rafardika dan Verin. Sifatnya kebanyakan menurun dari Verin. Elang tidak ceroboh, bijak, dan selalu berkepala dingin. Namun, Elang sangat tidak terima jika ada orang yang menganggu sahabat-sahabatnya.
Aldan Fahreza, anak pertama dari dua bersaudara. Ia anak dari Rasya Fahreza dan Wenda. Aldan tidak ada kalem-kalemnya seperti Rasya. Ia justru emosian dan menyebalkan. Aldan mempunyai seorang adik bernama Kinan yang dua tahun lebih muda darinya.
Justin Vendara, anak dari Galins dan Naumi Yohanca Abigail. Sama seperti Galins, Justin menyukai pantun dan lagu-lagu dangdut. Ia juga orang yang humoris serta lucu.
Ricky Landana, anak sulungnya Ananta dan Ratna. Ia sama humorisnya dengan Justin. Ricky memiliki dua adik kembar bernama Citra dan Cinta yang masih berusia sepuluh tahun.
Deska Roniand, anggota inti terakhir dari Geng Alextro. Ia merupakan anak tunggal dari Dio dan Chika. Dio juga merupakan anak Alextro. Namun, ia dulu tidak menjadi anggota inti. Hanya anggota biasa.
***
Ini kisahnya tentang anak-anak mereka semua. Di sini nggak ada anaknya Yordan, dia kan tinggal di Malaysia sejak berkeluarga.
Di cerita ini, aku nggak akan terlalu fokus sama Alextro. Aku fokusnya ke Anasya, tokoh utamanya. Siapa Anasya? Ada di next part.
Tokohnya diinget-inget ya.
Ini sequelnya "Areska dan Alenta"
KAMU SEDANG MEMBACA
ANASYA (End)
Dla nastolatkówSequel ARESKA DAN ALENTA (Beberapa part diprivat acak, follow untuk kenyamanan membaca). ... "Kamu tidak hancur, Sya. Tapi kamu sedang dibentuk." "Tidak hancur? Tapi sedang dibentuk? Iya, benar ... dibentuk menjadi lebih hancur lagi." ... Jadi? Mana...