Part 38 - Keadaan Anasya

1.6K 104 11
                                    

Saat kau pergi
Berlinanglah air mataku
Betapa singkat kurasakan
Kebahagiaan itu kini lenyaplah sudah

Tak pernah kuinginkan
Perpisahan ini terjadi
Kuhanya bisa merelakan
Jika memang kau pikir inilah yang terbaik

Tak perlu kau beri alasan
Mengapa kau ingin pergi meninggalkan diriku
Karena kuyakin mungkin semuanya itu
Bisa membuatmu bahagia

🎶 Saat Kau Pergi 🎶

***

Siapin tisu!

***

Seorang gadis dengan piyama cokelat susu tengah duduk santai. Ia duduk di sofa panjang yang ada di teras belakang. Kedua matanya menatap lurus ke depan, memandang kolam renang yang memantulkan cahaya lampu dan bulan.

Dinginnya angin malam tidak ia rasakan. Ada secangkir hot chocolate yang menemaninya di atas meja kecil dekat sofa. Pikirannya tengah kacau saat ini, ia tengah menerka-nerka bagaimana hidupnya ke depan.

"Nai."

Gadis itu menoleh ke kanan ketika ada suara bariton khas lelaki yang memanggilnya. Rinai pun langsung memasang senyum semanis mungkin.

"Assalamu'alaikum," ucap lelaki itu.

"Wa'alaikumssalam," balas Rinai. "Kamu kapan ke sininya, Sat?"

Satya duduk di single sofa yang satunya, bersebrangan dengan Rinai dan terhalang oleh meja. Satya meletakkan sebuah kresek putih juga di atas meja.

"Baru aja sih, belum lama," jawab Satya.

"Ini apa?" tanya Rinai sambil melihat isi kresek putih itu. "Wah, kue molen mini."

"Tadi aku beli dua box, yang satu udah aku kasih ke Mama kamu."

"Makasih ya," ucap Rinai tulus. Lalu, ia memasukkan kue molen berukuran mini itu ke dalam mulutnya. "Enak nih yang isi kacang hijau."

"Suka?" tanya Satya.

"Suka banget," jawab Rinai antusias.

Satya menatap ke air kolam renang yang gelap. Kedua tangannya menepuk-nepuk paha dengan pelan. Sedangkan Rinai masih sibuk menikmati pemberian Satya. Ia seolah mengabaikan keberadaan Satya di sana.

"Rinai," panggil Satya.

Dengan mulut penuh, Rinai menoleh ke arah Satya. "Hm?"

Satya menarik napas panjang, lalu menghembuskannya secara perlahan-lahan. "Maaf ya, buat yang waktu itu di rumah Marra," ucap Satya.

Rinai menyelesaikan kunyahan makanan yang ada di dalam mulutnya. Setelah itu, Rinai meletakkan box kue ke atas meja. Ia ingin lebih menghargai Satya. Tidak mungkin Satya sedang bicara, ia malah asik makan. Itu namanya tidak menghargai.

"Bukan salah kamu."

"Ini salah aku, Nai. Bukan salah Anasya. Jadi, kamu nggak usah marah sama dia ya?" ucap Satya yang benar adanya. Anasya tidak punya kesalahan apapun di sini.

ANASYA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang