Hide and Seek

896 110 4
                                    

"yah, Aron jaga lagi" kata Haechan dengan wajah sedih yg dibuat-buat

"Papi curang ih... Masa udah empat kali Aron yg jaga terus" keluh anak lelaki itu

"ih... curang dari mana nya, mami sama adek Gia kan juga ikutan nggak cuma papi, kok bisa kamu bilang papi yg curang ?" tanya Haechan

"iya, soalnya papi itu yg suka hasut mereka" jawab Aron

"yaudah deh, mami aja yg jaga kalau kak Aron nya minta gantian" ucap Ennik menengahi

"nggak usah mi, biar Aron aja nggak apa-apa" tolak Aron, lalu segera berbalik ke tembok dan menutup matanya

Di hari minggu ini, keluarga yg rumah nya selalu ramai dengan suara teriakan ini memutuskan untuk di rumah aja karena diluar sedang turun salju dan udaranya sangat dingin. Jadilah kali ini mereka bermain petak umpet di ruang tamu rumah

"Papi, Mami, Gia... Kakak Datanggg" teriak anak lelaki itu

Aron pun segera berbalik dan mendapati adik perempuannya sedang berada di belakangnya sambil menutup rapat kedua matanya dengan tangan

"Gia mana ya ?" ucap anak lelaki itu meskipun ia tahu jika adik nya saat ini ada di belakangnya

Ia berlari menuju belakang sofa, saat melihat kaki ayah nya. Kaki kecil nya berjalan mengendap-endap berjalan ke arah sang ayah

"Papi kena" senang nya, Haechan pun segera berdiri sambil mengerucutkan bibirnya

"Yah... Papi jaga dong habis ini ?" ucap Haechan

"Of course, tapi bentar aku cari mami dulu" jawab Aron

"Aron sini deh, papi kasih tau dimana mami" panggil Haechan

"Mami dimana emang nya ?" Tanya anak lelaki itu

"di dapur, di deket nya meja makan yg sebelah sana" tunjuk Haechan

Aron pun segera berlari dan menemukan sang ibu sedang berjongkok disana

"Mami kena" senang nya

Ennik pun tersenyum lalu mengusak rambut putra sulungnya itu

Mereka berdua segera berjalan kearah ruang tamu dan mendapati Haechan sedang memangku tubuh anak bungsu nya

"Mi... masa tadi papi ngasih tau aku tempat persembunyian mami. Curang banget kan ?" adu Aron

"idih... Ini anak, udah dibantuin juga malah papi diaduin" jawab Haechan

"Biarin aja, Curang kayak gitu nggak usah ditiru" kata Ennik

"tuh Pi, nggak boleh curang" ucap Aron pada Haechan

"udah ah, lain kali papi nggak mau bantuin kamu lagi" kesal Haechan

"sekarang kalian sembunyi sana, giliran papi yg jaga" perintah Haechan sambil melangkah menuju tembok di depannya

"-- 8, 9, 10 Papi Datanggg" ucap Haechan

Dan lagi-lagi si kecil Gia tidak bersembunyi namun hanya duduk diatas sofa sambil menutup wajah nya dengan bantal

Haechan pun tersenyum lalu mengusap gemas kepala gadis kecilnya itu

"yang, ngapain sembunyi disitu ?" Tanya Haechan saat melihat Ennik berada di bawah meja makan

"Emang aku dimana ?" Sahut Somi

Haechan tak menjawab namun berjalan mendekat ke arah istrinya

"Baaa..." Ucap nya yg langsung membuat Ennik terlonjak

"ngagetin tau nggak ?" Kesal Ennik

"Asyiikkk... Abis ini mami jaga. Aku mau bawa anak-anak masuk kamar terus aku kunciin dari dalem biar mami nggak bisa masuk" ucap Haechan

"Jahat banget tau nggak" balas Ennik

"Biarin" cuek Haechan sambil berjalan mencari keberadaan Aron

Sudah sepuluh menit Haechan mengelilingi rumah untuk mencari keberadaan anak sulung nya itu namun hasil nya nihil

"yang, kamu nggak lihat si Aron beneran ?" Tanya Haechan

"nggak liat" jawab Ennik yg juga ikutan mencari

"Masa ilang ? nggak lucu banget kan ilang di dalam rumah" ucap Haechan sambil terus melangkah

Tatapan nya tiba-tiba tertarik pada pintu kaca yg menuju halaman belakang yg nampak sedikit terbuka. Ia segera melangkah ke sana dan betapa terkejutnya dia saat mendapati sang anak sudah memanjat pohon bunga sakura yg ada di halaman belakang

"Aron, ngapain kamu disitu ? naik pohon segala, gimana kalau kamu jatuh ?" Teriak Haechan

"yang... Sayang..." Panggil nya pada Ennik

"apasih ?" Ucap Ennik sambil berjalan mendekat

"Liat tuh kelakuan anak kamu" tunjuk Haechan pada Aron yg ada diatas pohon

"Astagaaa... Aron, turun nak. Awas licin, ngapain sih sembunyi disitu ? Lagi turun salju jangan diluar nanti kedinginan"

Aron pun segera turun namun saat menginjak ranting terakhir kaki nya terpeleset dan dia pun terjatuh

"Lah... nyungsep" teriak Haechan sambil berlari ke arah anaknya

Ia segera menggendong tubuh anak lelaki itu lalu membawanya masuk

Wajah Aron sudah memerah dan matanya sudah berkaca-kaca

"Kenapa ? Sakit ?" Tanya Haechan dan Aron pun mengangguk

"makanya nggak usah macem-macem, pakai acara naik pohon segala jatuh kan jadi nya. Coba papi liat dulu hidung nya"

"tuh kan luka, aduh... Anak bule nya papi jadi nggak ganteng lagi kan sekarang"

Mendengar perkataan Haechan barusan, Aron pun langsung menangis kencang hingga membuat Ennik yg sedang berada di dapur untuk mengambil kan minum menjadi kaget

Ia segera berlari ke arah ruang tengah sembari menggandeng Gia ditangan kanan dan membawa gelas berisi air di tangan kiri

"Aron, kenapa nak ? Sakit ya ? Mana nya yg sakit ?" Tanya Ennik khawatir

"Papi mi..." Adu nya, Ennik langsung melirik sinis ke arah Haechan

"kamu apain lagi ?" Tanya Ennik penuh curiga

"nggak aku apa-apain, cuma dinasehati doang yang" jawab Haechan

"Kamu diapain sama papi ?" Tanya Ennik pada anaknya

"masa papi bilang aku nggak ganteng lagi gara-gara hidung aku luka" jawab Aron

Haechan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, benar-benar seisi rumah ini tidak ada yg membela nya

"Kakak nggak boleh gitu" ucap Gia tiba-tiba

"Papi bilang kayak gitu biar kakak nggak naik pohon lagi karena nanti jatuh" tambah nya

Haechan memandang takjub ke arah Putri nya, ia pun segera meraih tubuh mungil itu dan memeluknya

"tuh dengerin kata adik nya kak, papi bilang gitu karena papi sayang ya dek ? biar kakak nggak naik pohon lagi" kata Haechan

Ennik yg hendak marah pun langsung mengurungkan niatnya, Haechan memang punya cara tersendiri untuk mendidik anaknya dan rasa nya tidak baik jika ia justru ikut campur saat laki-laki itu sedang memberi sedikit 'pelajaran' untuk anak lelaki nya yg memang memiliki tingkah luar biasa itu

"Kakak minta maaf kalau gitu" ucap Aron

"Dimaafin" jawab Haechan

"Aron janji nggak akan naik ke pohon lagi" kata anak lelaki itu dengan wajah merahnya

Haechan sudah tak bisa berkata-kata, ia pun hanya tersenyum sambil memeluk tubuh kedua anaknya

"Papi tuh sayang banget sama kalian, untuk itu kalian nggak boleh sakit ataupun terluka" kata Haechan yg membuat Ennik tersenyum kecil melihat betapa menggemaskan nya mereka

Tbc

Young Family Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang