Di hari Minggu pagi ini, udara di luar terasa cukup dingin. Haechan masih tampak menggulung tubuhnya di dalam selimut tebal, sesekali ia menggeliat karena pantulan sinar matahari yg mengenai matanya.
Saat ia hendak terlelap lagi tiba-tiba ia mendengar suara isakan tangis seseorang. Haechan segera membuka lebar kedua matanya saat suara yg tidak asing itu terdengar lebih keras.
Ia turun dari ranjang dan segera mencari sumber suara tersebut. Betapa terkejutnya ia saat mendapati seseorang yg menangis itu adalah Ennik, istrinya. Wanita itu duduk di lantai sambil memeluk kedua lututnya, wajah nya sudah memerah dan matanya sembab.
"Sayang..." Panggil Haechan, Ennik pun segera menghapus air matanya dan berdiri. Ia berusaha tersenyum ke arah sang suami meskipun wajah merah nya dengan sangat jelas menunjukkan jika ia habis menangis.
"Kamu nangis ?" Tanya lelaki itu sambil berjalan mendekat, Ennik tak mampu menjawab sehingga ia hanya menggelengkan kepalanya
"Kamu bohong, kamu barusan nangis kan ? Kenapa ?" Tanya Haechan sambil mengelus kedua bahu Ennik
Air mata yg sedari tadi Ennik berusaha tahan akhirnya keluar. Bibirnya masih tak sanggup mengucapkan satu kalimat pun. Haechan memeluk tubuh perempuan dihadapannya itu dan mendekapnya erat.
"Ada sesuatu yg mengganggu mu ? Cerita sama aku, aku akan dengerin semuanya" kata Haechan
Ennik masih membisu, perempuan itu justru semakin mengeratkan pelukannya
Haechan pun menuntun istrinya untuk duduk di salah satu sofa ruang tengah. Ennik berusaha meredakan tangis nya, nafas nya naik turun dan ia masih sesenggukan.
"Cerita pelan-pelan, kamu kenapa ?" Tanya Haechan sekali lagi
"Chan, saat ini kamu masih cinta nggak sama aku ?" tanya Ennik yg membuat Haechan terkejut
"Pertanyaan konyol macam apa itu ? Apa perlu aku menjawab nya ?" tanya balik Haechan dan Ennik pun mengangguk
"Apakah setiap hari aku bilang 'aku cinta kamu' itu masih belum cukup ?"
Ennik kembali terdiam, ia memandang wajah lelaki di depan nya itu
"Sampai kapanpun kamu nggak akan ninggalin aku kan ?" tanya Ennik memastikan
"sampai kapanpun, aku akan selalu sama kamu, sama anak-anak" jawab Haechan meyakinkan
"Sekarang katakan, apa yg membuat mu seperti ini ?"
"beberapa kali aku mimpi buruk terus tentang kamu. Aku mimpi kamu pergi sama perempuan lain dan ninggalin aku sama anak-anak. Awalnya aku merasa biasa saja sampai beberapa kali, saat aku nyuci baju kamu, aku... Aku..." Ennik tak sanggup lagi melanjutkan nya dan kembali menangis
Ia menutup wajah nya dengan kedua telapak tangan, Haechan pun duduk bersimpuh diatas karpet sambil memandang istrinya yg duduk di sofa dihadapannya.
"Aku kenapa ?" tanya Haechan khawatir
"Aku mencium bau parfum perempuan di kemeja kerja kamu, dan itu bukan hanya sekali, tapi berkali-kali. Jujur sama aku Chan, apa yg sudah kamu lakukan di luar sana yg aku nggak tahu ?"
"Sayang, apa yg kamu katakan ?"
"Apa kamu udah bosen sama aku ? Apa kamu udah nggak sayang lagi sama aku ? Apa aku tidak bisa menjadi istri yg baik buat kamu ? Apa yg salah sama aku sehingga kamu seperti ini ?"
"Ennik, aku nggak ngerti kemana arah pembicaraan kamu. kamu nuduh aku selingkuh ?"
"aku nggak nuduh, aku cuma tanya baik-baik sama kamu. Apa kamu punya affair dengan perempuan lain di luar sana ?"
Haechan menarik nafas panjangnya berusaha menenangkan diri agar tidak terpancing emosi
"Apa yg membuat kamu berfikir kalau aku punya perempuan lain selain kamu ?" tanya Haechan lirih
"Bau parfum di baju kamu, dan juga di mobil kamu. Aku nggak suka nyium bau parfum perempuan lain" jawab Ennik sambil terisak
Haechan hanya memandang perempuan itu sampai ia selesai bicara
"Kalau kamu udah nggak bisa sama aku lagi kamu bilang baik-baik. Kalau aku ada salah sama kamu boleh kamu tegur aku, bilang apa yg salah supaya aku bisa memperbaikinya, bukan malah diam lalu pergi nyari perempuan lain"
"Stop... Bicara kamu udah terlalu jauh. Pertama aku nggak ada affair sama perempuan manapun, kedua aku sayang banget sama kamu bahkan sampai detik ini, dan ketiga aku nggak akan pernah ninggalin kalian karena alasan apapun. Kamu salah paham, parfum itu bukan milik perempuan lain tapi itu parfum milik ku" lelaki itupun beranjak lalu berjalan ke arah kamar nya, tak lama ia keluar dengan membawa sesuatu di tangannya
"Ini kan yg kamu masalahin ? Lihat ! ini punya aku" kata Haechan menjelaskan
"Apa kamu lupa, itu adalah parfum yg dulu kamu pakai saat kita masih sama-sama SMA, aku sangat menyukai wanginya untuk itu aku membeli nya, setiap aku mencium wangi parfum itu ingatan ku selalu terlempar pada masa lalu dimana kamu masih suka ngejar-ngejar aku, dan mengingat itu semua membuat hatiku menghangat. Aku nggak tau kamu akan salah paham hanya karena ini, padahal aku selalu meletakkan nya di meja rias kamu, tapi kenapa kamu masih bisa kayak gini ?"
Ennik pun mengambil parfum di tangan Haechan lalu menyemprot kan nya di tangan. Ia cium wangi parfum itu dan kembali menangis. Haechan pun semakin bingung, ia berusaha menenangkan istrinya dengan cara memeluk nya
"Kamu masih nggak percaya yang ?" tanya Haechan khawatir, Ennik menggeleng
"terus kamu kenapa ?"
"Aku... Aku... Aku malu sama kamu. Aku udah nuduh kamu macem-macem. Pasti sekarang aku keliatan bodoh banget dimata kamu" kata Ennik
Haechan pun tersenyum lalu mengusap pelan rambut istrinya.
"Bukan kah dari dulu kamu emang bodoh ? Kamu sendiri kan yg bilang kalau kamu bodoh karena jatuh cinta sama aku" Ennik menoleh mendengar jawaban suaminya, Haechan pun menghapus air mata Ennik dengan kedua ibu jarinya.
"Aku nggak masalah kamu Cemburu sama aku karena itu tandanya kamu perhatian dan kamu nggak mau kehilangan aku, cuma pesan aku jangan sampai terjadi salah paham seperti ini. apapun itu, akan lebih baik kalau kamu langsung tanyakan ke aku, bukan malah berasumsi yg tidak-tidak seperti tadi" nasehat Haechan
"Aku percaya banget sama kamu, dan begitu pula sebaliknya. Mana mungkin aku tega merusak kepercayaan kamu dengan berbuat yg tidak-tidak. Aku nggak mungkin mencari perempuan lain karena aku tahu ada kamu yg selalu menunggu ku pulang. Jangan khawatir kan apapun, selamanya kamu akan jadi satu-satunya, percaya sama aku" lanjut Haechan
Ennik pun berusaha tersenyum lalu memeluk erat tubuh suaminya.
"Maafin aku" ucap Ennik
"Iya dimaafin" jawab Haechan
Tbc
Sekali-sekali bikin suasana baru, biar nggak bosen sama tingkah absurd keluarga ini.