🍁 Bertahan -•

63 9 0
                                    

Satu tahun lagi, aku harus tahan untuk Mama dan masa depanku.

— Alexandria Chayra

*⚠️ Typo Bertebaran*

🍁•🍁•🍁

"Ayolah Ma, Chay sudah engga tahan dengan semua ini."

"Nggak semudah itu Chayra sayang," ucap Aleema.

"Ayolah Ma, Chay benar-benar tak sudi lagi di sana, Chay nggak nyaman Ma," bujuk Chayra.

Sedari tadi malam, Chayra terus merengek kepada sang Mama agar ia bisa homeschooling kembali. Chayra merasa dirinya sudah tak nyaman bila harus ke gedung sekolah itu.

Dengan mengingat kejadian-kejadian yang sudah terjadi, kembali membuat Chayra emosi. Dirinya merasa selalu direndahkan, bahkan diremehkan oleh seluruh warga sekolah.

Chayra pikir dirinya akan bahagia bila dirinya bersekolah layaknya anak pada umumnya, namun ekspetasi Chayra berbanding terbalik dengan realita yang ada.

"Kamu ini kenapa, coba cerita ke Mama." Sedari tadi Aleema berusaha memberi pengertian, bahwasanya sekolah itu menyenangkan. "Lagi pula awal masuk dulu kamu paling semangat, lalu kenapa sekarang minta homescholing kembali?" tanya Aleema kepada putrinya itu.

Aleema juga tak memahami sikap Chayra akhir-akhir ini, Chayra sering marah-marah.   Bahkan setiap pulang sekolah Chayra selalu mengurung dirinya di kamar, Aleema juga penasaran apa yang menyebabkan tingkah laku anaknya menjadi seperti itu.

"Chay, nggak bisa jelasin ke Mama, yang terpenting Chay mau homeschooling lagi, titik!" Lalu setelahnya Chayra pun meninggalkan Aleema di ruang keluarga. Chayra memilih pergi ke kamarnya, lalu duduk di ayunan balkon untuk menikmati senja dipenghujung hari ini.

Angin sepoi sepoi mulai berdatangan, menyapu sebagian poni rambut Chayra yang berjatuhan, membuat sang empu kembali masuk ke dalam kamarnya.

Lalu mengambil jepit rambut agar poni itu tak menggangu penglihatannya menikmati semburat orange dihadapannya.

Bagi Chayra senja adalah sebuah seni yang terlukis indah di alam semesta, sebuah seni yang patut diabadikan dan dikenang. Walau kata orang senja itu hanya datang sesaat lalu menghilang. Senja itu indah kalau kita mau memahaminya, senja menenangkan rasa gelisah dalam diri Chayra.

"Chay, Chayra buka pintunya sayang."

Ketokan pintu dan suara sang Mama, mengalihkan fokus Chayra dari senja. Suatu hal yang Chayra tak sukai adalah ada seseorang yang menggangu dirinya disaat ia bersama senja.

Tapi mau bagaimana lagi, ketokan pintu itu tak juga berhenti, alhasil Chayra pun bangkit lalu berjalan menuju pintu.

Krek

Pintu pun terbuka, menampilkan sang Mama dengan senampang roti dan susu putih kesukaan Chayra.

"Mama tahu kamu belum makan sedari siang, setidaknya kamu nggak akan marah dengan makanan 'kan?" tanya sang Mama, Aleema.

"Chay nggak nafsu Ma." Aleema tersenyum sangat manis. "Lagi pula nanti jika Chay laper, Chay akan ambil sendiri ma."

Aleema pun tak menghiraukan ucapan sang anak, ia pun memilih masuk dan menaruh nampannya diatas nakas. Lalu ia melangkahkan kakinya keluar dari kamar sang anak. "Jangan lupa dimakan Chay, Mama harap kamu mengerti kenapa Mama tidak menyetujui kamu berhenti dari sekolahmu."

"Chay tak berhenti sekolah, Chay hanya ingin keluar dari sana ma, hanya itu."

Aleema pun melanjutkan langkah kakinya menuju dapur, ia tak ingin kembali berdebat dengan anak semata wayangnya itu. Aleema membiarkan Chayra berpikir dengan sendirinya, karena Aleema pikir Chayra sudah dewasa dan pasti bisa membedakannya sendiri.

Assalamualaikum Allah (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang