Kalo emang tuhan berkata lain mau gimana Chay? Kita juga akan mati entah kapan atau di mana. Kematian seseorang udah ada yang menentukan, kita tidak bisa membantahnya atau marah karena telah mengambil seseorang yang sangat berharga dalam hidup kita.
— Zayden Arzetha Huzaifah
⚠️ Typo bertebaran
🍁•🍁•🍁
Malam ini bulan nampak sedang malu-malu rupanya, bersembunyi di balik awan yang berjejer bersamaan dengan angin yang menyatukan awan gelap itu.
Langit pun berubah menjadi hitam kelam, seiring dengan hentinya tangis dari anak bumi. Isakan kecil masih terdengar sayu, mengandung kepedihan hati yang sangat dalam.
Petir menggelegar dasyat disertai angin yang kian melambai cepat, perlahan langit pun ikut luruh dalam kepedihan itu. Menumpahkan setetes demi tetes air matanya, menyamarkan duka di balik derasnya air hujan malam ini.
"Chay!"
Chayra menoleh kebelakang, panggilan dari suara yang tidak asing lagi di pendengarannya, membuatnya berdiri dan langsung menubruk tubuh tegap itu.
Arzetha yang mendapatkan pelukan secara spontan dan mengakibatkan tubuhnya oleng sedikit, lalu menyeimbangkan kembali agar gadis yang berada di pelukannya itu menumpahkan tangisnya.
"Di sini hujan bisa kah kita masuk kedalam?" Pertanyaan Arzetha hanya dibalas anggukan kecil oleh Chayra, kehangatan dan rasa nyaman yang diberikan Arzetha kepada Chayra membuatnya sedikit demi sedikit menghentikan tangisnya.
Masih dalam keadaan yang sama, menyalurkan rasa sakit dan lara dilatar belakangi oleh hujan, membuat kedua insan itu sedikit mengangkat bebannya.
Ya, hanya sedikit. Tapi setidaknya itu bisa mengurangi rasa sakit di hati.
"Ar." Arzetha perlahan mengurai pelukannya, memandang gadis yang selama ini ia jaga.
"Ada apa hmmm?" tanyanya lembut seraya mengajak Chayra duduk di kursi panjang rumah sakit. Membenarkan sedikit hijab Chayra yang berantakan akibat pelukannya tadi, lalu menatapnya kembali seolah ingin agar dirinya juga merasakan apa yang gadisnya rasakan.
"Papa koma Ar, Pap-Papa ... hiks Papa tak sadarkan diri ... hiks Papa hiks." Tangisan Chayra kembali luruh mengingat kejadian satu jam yang lalu.
"Tenangkan dirimu dulu Chay, yuk ke musula kita cerita sama Allah." Chayra mengangguk setelah mendengar ajakan Arzetha untuk melampiaskan semuanya di hadapan Allah.
Flashback on
"Dokter, dokter!?"
Teriakan Aleema membuat Chayra yang ingin meninggalkan ruang inap sang Papa kembali lagi untuk masuk ke dalam ruangannya.
"Ada apa Ma?" tanya Chayra.
"Papa kejang Chay hiks." Bola mata Chayra membulat.
Dengan segera ia memencet tombol darurat yang terletak di samping kanan brankar sang Papa, beberapa detik kemudian dokter dan beberapa perawat pun langsung menangani Aldrich.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Allah (END)
Духовная литература• Kelompok: Faeyza Esnamelta (Kelompok 6 Religi) • Genre: Religi Tuhan Siapa dia? Begitu diagung agungkan oleh ribuan jiwa Apa hebatnya dia? Sehebat gunung? Setinggi langit? Seluas samudra? Atau sedalam lautan? Heh, siapa dia yang berani memerint...
