Aku ingin mengenal Islam.
— Alexandria Chayra
⚠️ Typo Bertebaran
🍁•🍁•🍁
Chayra duduk terdiam membaca naskah. Ada beberapa cuplikan yang ia tidak tau itu apa. Matanya terus menatap naskah dan berusaha memahaminya.
"Assaa...laaa...mua...laiikumm," baca Chayra dengan terbata-bata. "By ini bahasa arab atau bahasa apa ini." lanjut Chayra menyerahkan naskah kepada Manangernya.
"Astagfirullah, ini tuh ucapan salam paling dasar. Assalamualaikum gitu nanti jawabnya waalaikumussalam." Baby menatap tajam Chayra, bagaimana bisa kata paling dasar saja dia tidak tau. Oh dia lupa bahwa keluarga Chayra tidak mengenal agama.
"Aku nanti telepon Kiera aja lah minta ajarin dia kalau minta ajarin Lu, nanti bukanya ngajarin malah marah-marah ga jelas." Chayra meninggalkan Baby dan mencari ponsel miliknya.
"Ah, ketemu ini dia ponselku, tapi tunggu sekolah itu." Chayra terdiam melihat selembar kertas di samping ponselnya. Ia terkejut melihat nama lawan mainnya dan lulusan sekolahnya, sama seperti sekolahnya dulu.
Chayra mencoba mengingat siapa cowok tersebut. "Ah, sialan dia yang dulu bully gue."
Chayra segera mencari keberadaan Baby. Dia melihat Managernya sedang berbicara dengan orang yang membullynya dulu. Ia tidak dendam tetapi ada sedikit rasa sakit dalam hatinya.
"Gua sekarang ingat siapa luh, orang yang membully Gua habis-habisan tanpa Gua tau dimana salah gua." Chayra menatap tajam lawan bicaranya. Sedangkan orang sekitar bingung dengan keadaan ini, bagaimana pun mereka berdua haruslah akur.
"Gua beri tau salah Lu di mana, Lu yang ngebuat pacar Gua sedih pada saat itu." Darman menghentikan langkah Arzetha yang melangkah mendekat Chayra.
"Selesaikan baik-baik, dan Lu Ar bukannya pacar Lu yang sudah buat Lu jadi begini. Buat Lu tau apa itu rasa sakit, dan lihat Chayra dia ga salah apa-apa." Darman mulai menenangkan Arzetha.
"Mohon maaf bukannya saya ikut campur masalah kalian, tetapi masalah yang berlalu biarlah berlalu." Baby mulai angkat bicara agar masalah ini cepat terselesaikan.
"Sekarang kasih tau gua keberadaan pacar loh itu, gua harus kasih dia sedikit pelajaran supaya bisa merasakan apa yang gua rasain waktu itu." ujar Chayra menatap Arzetha dengan tatapan manahan amarah.
Arzetha hanya terdiam bertanya pada dirinya sendiri, mengapa ia masih membela sang mantan, padahal dirinya telah menyakiti hatinya. Seharusnya dia berterima kasih kepada Chayra dan mengakui apa yang Chayra katakan tentang tuhan adalah benar.
"Maaf udah benci lu, padahal Gua yang telah nyakitin lu. Dan perkataan Lu dulu memang benar adanya, lihat sekarang Gua yang dulu membully karena Lu ga percaya tuhan sekarang Gua jadi seperti Lu." Arzetha mulai menyadari kesalahannya dan meminta maaf.
FLASHBACK ON
"Gila lu ya, kenapa lu tarik jilbab pacar gua, hah!" bentak Zayden.
Mukanya merah menahan emosi, suaranya pun menggema disepajang koridor ini. Dan pastinya membuat gadis di depannya pun sedikit memundurkan badannya.
"Pacar," ucap Chayra.
Zayden dan Chayra kini berada di tengah tengah koridor kelas X di SMA ini. Zayden melabrak Chayra, lantaran Chayra telah menarik dan melepaskan hijab dari pacarnya, Netra.
"Ya Netra, lu sengaja kan mempermalukan dia," Chayra pun mencoba mengingat ingat rupa dan bentuk wajah dari Netra itu sendiri.
"Netra," beo nya.
"Ahh Netra gadis yang tak tahu diri, jadi itu pacar lu?" Zayden pun menatapnya semakin tajam "Oh pantesan sama," lanjutnya.
"Maksud lu?" Chayra mengangkat bahunya, "Pikir saja sendiri."
Selepasnya Chayra pun meninggalkan tempat yang membuat moodnya turun drastis, pasalnya ia ingin menghabiskan waktu di kantin untuk sekedar menikmati makanan yang tersaji disana.
Zayden pun hanya diam setelah mendengar ucapan Chayra, dirinya mulai berpikir. Bodohnya kenapa dia mengikuti ucapan Chayra.
Chayra pun melangkahkan kakinya meninggalkan tempat berpijaknya dan Zayden pun menyadarinya, dia pun ingin mengejar Chayra hingga satu suara menghentikannya.
"Zay," panggil seseorang yang menghentikan langkah Zayden dan Chayra.
Netra, gadis yang menjadi topik perdebatan antara Zayden dan Chayra. Ia pun melangkahkan kakinya menuju Zayden, dirinya pun langsung bergelanjut manja di lengan Zayden.
"Lihat nih lihat, matanya sembab gara-gara lu!" hardik Zayden.
"Terus?" tanya Chayra.
"Ya lu minta maaf karena buat Netra nangis," ucap Zayden tak mau kalah.
"Oh, sudah kan nangisnya permisi," ucap Chayra.
Zayden dan Netra pun melongo, mereka berdua tak habis pikir dengan jalan pemikiran Chayra.
Bukannya meminta maaf, gadis itu malah meninggalkan mereka berdua."Chayra, gua nggak bakalan ngelupain lu!"
"Serah."
FLASHBACK OFF
🍁•🍁•🍁
"Chayra."
Sapa seorang wanita dengan balutan dress syar'i merah maron dilengkapi khimar dan cadar senada. Wanita itu sedikit berlari agar segera sampai ke wanita yang dia sapa tadi.
Siapa dia, sok akrab sekali padaku. Batin Chayra.
"Assalammualaikum Chay, apa kabar?" sspanya.
Chayra pun masih menelisik dari ujung kaki sampai dengan ujung kepala. Chayra masih belum mengenalinya, semua tertutup hanya tinggal jari jemari dan mata yang dihiasi eyeliner hitamnya.
"Chay," panggil gadis itu.
"Maaf siapa?" tanya Chayra.
Gadis itu pun tersenyum bersamaan dengan kekehannya, terlihat dari matanya yang menyipit. Dirinya kira sahabatnya itu akan mengenalinya, namun dia lupa kalau sekrang dirinya telah menggunakan cadar.
Lantas, gadis bercadar tadi memasukkan tangannya dan mengambil sesuatu dari lehernya. Lalu menunjukkannya kepada Chayra, seketika Chayra pun memekik girang.
"Keira!"
Jeritan Chayra pun menggema disertai kekehan Keira, lalu kedua gadis itu pun saling memeluk erat. Sudah bertahun tahun mereka tak bersua, akhirnya mereka pun bertemu di pinggir jalan.
Ya, pinggir jalan yang membuat keduanya pun menunduk malu. Lantaran semua orang pun memfokuskan padangannya kepada mereka berdua.
Duhh malunya. Batin Keira.
"Astaga, ini benar kau Keira?" Keira mengangguk "Kamu berubah, bahkan aku pun tak dapat mengenalimu Kei," lanjutnya.
Keira terkekeh kembali, mereka kini berada di dalam cafe. Setelah tadi saling melepas rindu, keduanya pun melangkahkan kaki menuju cafe yang berada di depan mereka.
"Tak ini hanya rasa malu Keira sama Allah," ucapnya.
Dihapus untuk kepentingan penerbitan
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Allah (END)
Spirituelles• Kelompok: Faeyza Esnamelta (Kelompok 6 Religi) • Genre: Religi Tuhan Siapa dia? Begitu diagung agungkan oleh ribuan jiwa Apa hebatnya dia? Sehebat gunung? Setinggi langit? Seluas samudra? Atau sedalam lautan? Heh, siapa dia yang berani memerint...