🍁 Syuting pertama -•

35 6 3
                                    

Aku gugup, aku takut, sungguh takut aku tidak bisa melakukannya.

— Alexandria Chayra

⚠️ Typo Bertebaran

🍁•🍁•🍁

Pagi ini bukan seperti biasanya, semua orang sibuk kesana kemari untuk penyiapkan syuting pertama. Lokasinya tak jauh dari rumah Chayra, karena kini mereka mengambil latar di sebuah taman kota.

"Ayo segera bersiap," pintah sang sutradara.

Chayra kini melakukan make up sederhana, memakai hijab dan juga cadar sebagai pelengkap, sedangkan Arzetha memakai sarung bersama peci.

"By, gua masih ga siap gua masih kepikiran Papa," ucap Chayra.

"Jangan pikirkan dulu itu, yang penting sekarang kamu fokus adegan pertama ini," balas Baby.

Kini semua sudah siap, para aktor dan aktris mulai menempati tempatnya. Chayra mulai duduk di bawah pohon rindang tengah taman,  sedangkan Arzetha mulai bersiap untuk berjalan melewati taman.

“STAND BY! ROLL SOUND! DAN ROLL CAMERA!" ucap Sutradara lalu memberikan aba-aba. “ACTION! CUT!”

Arzetha memulia dengan berjalan melewati taman dengan beberapa orang dengan pakaian yang sama. Langkahnya mulai berhenti saat melihat seorang gadis yang berbalut kain di sekujur tubuhnya.

"Subahannallah," ungkap Arzetha.

Matanya tak berhenti melihat gadis tersebut. Hingga teman-temannya mengagetkannya. "Istigfar, jangan dilihatin mulu ayo segera kembali ke pesantren."

"CUT!"

Chayra segera mengambil naskahnya kembali. Membacanya dan menghafalkannya.
"By, ini bacanya gimana sih?" tanya Chayra.

"Subahanallah." Baby melirik sejenak naskah yang dipegang oleh Chayra.

Chayra berusaha keras untuk membaca tulisan yang asing baginya. Memang tulisan itu telah dilatinkan tetapi lidah Chayra masih kaku membacanya.

"Chay, ayo mulai adegan milikmu." Chayra kembali ke tempat semula, di bawah pohon rindang tengah taman.

Chayra menyelonjorkan kakinya dan sedikit bersandar di pohon.

"STAND BY! SIAP! ROLL ACTION!"

Chayra menggerakkan korneanya berputar melihat keseluruhan taman, tangannya mengangkat dan menangkap daun-daun yang ditebarkan salah satu staff. Kepalanya mulai terangkat menatap langit dan berbisik,  "Subahanallah, keindahan yang engkau ciptakan sungguh mempesona. Tiada yang menandingi engkau Ya Allah yang maha kuasa."

Kameramen mulai memutarkan kameranya keseluruh taman, beberapa saat kemudian kembali menyorot wajah Chayra.

"Ya Allah, terimakasih telah menakdirkan hamba tumbuh di kawasan seperti ini. Meskipun hamba hanya seorang pembantu di pesantren tersebut, tetapi hamba bersyukur dapat mengenalmu lebih di pesantren tersebut." Chayra mulai berdiri beranjak dari duduknya. "Sepertinya sudah cukup aku beristirahat, sekarang aku harus kembali ke pesantren."

"CUT!"

Mendengar kata 'cut' yang berarti kamera sudah tak menyorot padanya, Chayra berjalan menghampiri managernya yang duduk di belakang kursi sutradara.

Ketika sudah duduk disebelah Baby, managernya menoleh. "Bagus Chayra, tapi lebih ditingkatkan lagi ya pelafalannya. Sepertinya kamu masih agak kaku," ucap sutradara.

Assalamualaikum Allah (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang