Entah apa yang membuat ku menerima itu semua, aku harus mencobanya demi karir dan masa depanku.
— Alexandria Chayra
⚠️ Typo Bertebaran
🍁•🍁•🍁
Sudah beberapa jam Chayra menunggu. Hari ini adalah hari di mana dia akan bertemu aktor yang akan menjadi lawan mainnya nanti. Dari kejauhan terlihat seorang pria dengan tubuh kekarnya.
Chayra yang merasa tidak asing dengan ukiran wajah cowok dihadapannya, Chayra menelisik dari atas hingga bawah dan membuat cowok tersebut sedikit risih akan tatapannya.
"Sorry ada kendala tadi, perkenalkan nsam gua Arzetha." Cowok tersebut mengulurkan tangannya.
"Mama mengajarkan untuk tidak menerima jabatan tangan sembarang orang!" Setelahnya Chayra pun kembali ketempat duduknya.
Arzetha melongo seketika, baru kali ini dirinya menemukan gadis yang terbilang 'aneh' bagi dirinya.
Setiap orang bahkan mendambakan untuk bisa berjabat tangan dengan dirinya, lalu bagaimana bisa sekarang dirinya ditolak mentah-mentah oleh gadis yang bahkan dirinya tak mengerti asal usulnya.
"Kursi menunggumu tuan Arzetha," ucap Chayra.
Arzetha pun memilih duduk didekat managernya, berhadapan langsung dengan gadis yang masih belum memberitahukan namanya.
"Baiklah, pertemuan ini di dasari untuk kita membahas project selanjutanya," ucap manager Chayra. "Project kali ini berkaitan dengan bentuk kerja sama diantara kita, saya yakin anda telah membaca dan meneliti sebelumnya Pak Darman."
Darman selaku manager dari Arzetha pun menganggukan kepalanya. "Maka dari itu, saat ini kita akan membahasnya lagi bersama dengan aktor dan aktrisnya," lanjutnya.
Arzetha masih diam dengan memperhatikan gadis dihadapannya, rasanya dirinya sudah tak asing dengan wajah Chayra. Namun dimana ia melihat wajahnya, lalu kapan mereka bertemu.
Pertanyaan-pertanyaan itu pun muncul dibenak Arzetha, sedangkan Chayra ia masih sibuk memperhatikan kedua manager yang sedang membahas project film berikutnya.
Setelah beberapa menit, akhirnya mereka pun telah selesai berdiskusi. Kini muncul lah kesepakatan akhir, bahwa mereka akan menerima secara sah project film ini.
Tentunya baik Arzetha maupun Chayra tak mengetahui inti dari film yang akan mereka bintangi. Mereka berdua hanya tahu bahwa mereka akan membintangi film layar lebar, tentu penghasilan itu sangatlah besar bagi kehidupan mereka.
"Sebentar By, apakah naskah filmnya sudah ada?" tanya Chayra.
Baby selaku manager Chayra pun tersenyum, setelahnya ia pun memberikan dua bandel kertas. Berisikan naskah dialog dan susunan cerita yang akan mereka mainkan nantinya.
Mereka pun membacanya lalu menelitinya, semakin jauh mereka membaca ada sesuatu yang berbeda dari film yang mereka bintangi sebelumnya. Dan detik berikutnya mereka pun saling pandang, tatapan keduanya pun sama mengartikan sesuatu yang baru saja mereka baca.
"Islam," ucap Arzetha dan Chayra serempak, mata mereka terbelalak kaget.
"Apa-apaan nih!" Arzetha berteriak sambil melempar bandel kertas yang ia baca.
Tentu Chayra dan kedua manager yang ada disana pun kaget dengan teriakan Arzetha. Mereka tak menyangka akan mendapat respon seperti itu.
Chayra diam, menelaah tentang apa yang ia baca. Islam, kata itu terus berdengung di kepalanya. Ia merasa sangat asing dengan kata itu. "By, kok ada Islamnya sih? Kenapa nggak bilang?" tuntut Chayra kepada manajernya.
Sang manajer terlihat menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Sebenarnya ini kesalahannya yang tidak membaca kontrak dan naskah sebelum menyerahkannya ke sang artis, yaitu Chayra tapi ia tak ingin mengakuinya.
"Hmm gini Chay, menurut gua lo harus bikin sesuatu yang baru deh. Siapa tau di sini lo bisa makin tekenal, makin populer. Dan lo bisa dapet apresiasi itu semua Chay." Chayra menatap manajernya tak percaya. Bagaimana bisa dia berpikir seperti itu!
"By! Apa yang lo pikirin, saat gua...saat gua—" Chayra ragu untuk mengatakannya. Karena sekarang bukan cuma dirinya dan sang manajer yang sudah tau seluk beluknya. Tapi dua orang lainnya? Mereka pasti akan berpikir yang tidak-tidak. Chayra menghela napas kasar.
_Astaga Chay, lo kok bisa sih seceroboh itu! Kenapa nggak ngeh kalo itu islam!_ Chayra mengerang.
"Kita pulang," ucap Chayra, ia berjalan mendahului sang manajer yang melongo menatapnya. Ia menujun di mana mobilnya terparkir dengan jelas, untuk bersiap memarahi sang manajer. Karena bagaimana pun, ia harus menjaga _image_ nya di depan orang lain, apalagi orang yang tak dikenalnya.
"Euh guys sorry banget ya jadi kacau gini, gua duluan nanti kalo ada pertemuan lagi gua kabarin," pamitnya, lalu Baby pun mengejar artisnya yang ia duga pasti sudah menyiapkan segala amarahnya.
Begitu masuk ke dalam mobil, benar yang ia duga, kini ia mendapat rentetan pertanyaan disertai amarah.
"By! Jelasin!" ujar Chayra dengan melipatkan kedua tangannya di atas dada.
Menghela napas, ia berkata, "Yah seperti yang gua katakan tadi Chay, gua rasa ini bagus buat karir lo, ya gue ambil lah."
"Kok bisa lo mikir gitu? Inget By, gua siapa? Gua nggak mungkin bisa meranin itu gila kali lo!" hardik Chayra.
"Loh, apa salahnya mencoba? Gue yakin seratus persen, lo bakal sukses di bidang ini, percaya sama gue," yakinnya, Chayra menatap Baby tanpa ekspresi. Segala kemungkinan memenuhi isi kepalanya. Akhirnya ia berkata, "Oke, gus akan lakuin itu peran," putusnya, sang manajer langsung menatapnya. "Apa yang buat lo mau?"
Chayra mengendikkan bahu.
"Man, elu tau kan masa lalu gua yang juga berkaitan dengan Islam?" tanya Arzetha kepada manajernya.
"Gini yah, sebaiknya kita melupakan masa lalu yang memang sudah patut untuk di lupakan. Lagi pula elu juga udah pernah mengenal Islam, dan bisa meranin ini project besar. Elu tau keuntungan dari project ini? Sangat besar apalagi lawan main elu itu udah sangat profesional. Jadi gua mohon untuk mempertimbangkan itu semua." ujar Darman lalu pergi meninggalkan Arzetha yang masih bergelut dengan pikirannya.
🍁•🍁•🍁
"Halo Ma," ujar Chayra berlari kedalam pelukan sang Mama.
"Halo juga sayang,"
Benak Chayra berkata _Apa aku harus memberitahukan itu semua sekarang, tapi sebelum itu aku harus memikirkannya dengan matang sebelum Mama mengetahuinya._
"Kamu mau makan?" tanya Alemma.
"Engga Ma, Chay mau istirahat dulu aja nanti kalo lapar Chayra ke bawah." Alemma menganggukkan kepalanya lalu tersenyum manis ke arah Chayra.
Arzetha masuk kedalam kediamannya, tanpa mengeluarkan kata-kata ia langsung masuk ke dalam kamarnya, membuat orang yang ada di ruang keluarga memandangnya dengan bingung.
"Ayah, Zay kenapa sih?" tanya Hawa, selaku Mama Arzetha.
"Mana saya tau, saya kan ikan." Hawa melongo akan jawaban yang di berikan suaminya itu.
"Yah, Mama serius." ujarnya menatap wajah suaminya yang begitu sempurna.
Alfred hanya mengendikkan bahunya.
_Brukk_
"Kenapa harus agama itu lagi kenapa gua benci Islam, gua benci!" teriak Arzetha memukul meja kerja sekaligus meja belajarnya.
_Gini yah, sebaiknya kita melupakan masa lalu yang memang sudah patut untuk di lupakan. Lagi pula elu juga udah pernah mengenal Islam, dan bisa meranin ini project besar. Elu tau keuntungan dari project ini? Sangat besar apalagi lawan main elu itu udah sangat profesional. Jadi gua mohon untuk mempertimbangkan itu semua._ Perkataan sang manager pun terngiang-ngiang ke dalam pikirannya.
Namun hati kecil nya berkata tidak usah melakukan itu semua. Hati dan pikirannya tidak serasi, ia bingung harus menuruti kemauan hatinya atau pikirannya. Dia merebahkan tubuhnya ke atas kasur _King Size_ melupakan sejenak akan masalah yang sedang ia hadapi.
-TBC-
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Allah (END)
Spiritualité• Kelompok: Faeyza Esnamelta (Kelompok 6 Religi) • Genre: Religi Tuhan Siapa dia? Begitu diagung agungkan oleh ribuan jiwa Apa hebatnya dia? Sehebat gunung? Setinggi langit? Seluas samudra? Atau sedalam lautan? Heh, siapa dia yang berani memerint...
