🍁 Lika-liku kehidupan -•

29 7 19
                                    

Aku tidak tau akan seperti ini, jujur ini menyakitkan. Di satu sisi hati ku damai saat mendengar suara dari bangunan itu, tapi hati ku hancur sehancur-hancurnya ketika Papa ku sendiri menyebut ku bukan lagi anaknya.

— Alexandria Chayra

⚠️ Typo Bertebaran

🍁•🍁•🍁

Chayra memandang sedih boneka-boneka di kamarnya. Ya, kini ia berada di kamar miliknya. Beberapa saat yang lalu sang Mama menelponnya dan menyuruhnya segera pulang ke rumah. Namun, saat sampai di rumah sambutan dari Papanya sungguh menyayat hati.

"Kalau sudah ga beta di rumah ga usah pulang sekalian," sindir Aldrich fokus terhadap laptop yang ada di hadapannya. "Lagian kamu udah bukan anak kami." Langkah Chayra terhenti, mencoba perkataan sang Papa.

Kata-kata itu sungguh menyakitkan, apakah tidak cukup sikap dingin Papanya pada Chayra? Hati Chayra seakan hancur berkeping-keping, ia melanjutkan kembali langkahnya.

"Pa, Ma, kalian membenci Chay? Apakah Chayra bukan lagi anak kalian?" tanya Chayra pada dirinya sendiri.

"Kamu anak kita sayang, Papa kamu hanya khawatir karena kamu tidak pulang, maafkanlah Papamu nak." Aleema memasuki kamar dan segera meraih Chayra untuk memeluknya.

Ada sedikit rasa kecewa dalam hatinya, tetapi mau bagaimana juga Chayra adalah anak kesayangannya. Ia hanya tidak ingin hidup Chayra diatur oleh agama.

"Baik Ma, Chayra akan beradaptasi dengan sifat Papa yang berubah," jawab Chayra.

"Pesan Mama kamu jangan terlalu mendalami peran kamu, Mama cuma ga ingin hidup kamu diatur oleh agama, hidup diatur-atur itu ga enak," pesan Aleema.

Setelah mengatakan itu, Aleema meninggalkan kamar Chayra. Nampak wajah Chayra yang murung, air mata yang terus mengalir. Hati Chayra masih hancur lebur karena perkataan  Papanya.

Apa salahnya mengenal agama? Jujur dalam hati kecilnya ingin tau siapa tuhan itu, siapa dia dan bagaimana dia.

Chayra mulai meraih ponselnya, mencari nomor Keira dan menyambungkannya.

"Assalamualaikum Chay, ada apa?" tanya Keira dari balik telepon.

"Aku takut, apakah aku bisa melewati ini semua." Chayra mulai menceritakan tentang kejadian tersebut dengan diiringi tangisnya.

"Chay, aku tau dalam hati kecilmu pasti penasaran siapa itu tuhan, tapi aku juga tau logikamu masih tak percaya adanya tuhan. Tapi aku percaya suatu saat kamu akan mendapatkan jalannya," ungkap Keira.

"Kei, apakah aku boleh tanya sesuatu yang mengganggu pikiranku, siapa tuhan dan siapa yang menciptakan tuhan?" ungkap Chayra mengecilkan volume suaranya agar tidak terdengar  oleh kedua orang tuanya.

"Tuhan adalah yang menciptakan segala sesuatu, tuhan itu selayaknya angka satu bisa membuat angka baru tapi angka yang tidak bisa dibuat. Tidak ada angka yang jika ditambahkan bisa menciptakan angka satu, tuhan itu maha satu ga ada yang menciptakannya," jelas Keira.

Assalamualaikum Allah (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang