🍁 Kematian -•

33 4 1
                                    

Suttt, udh yah Ma. Kalo Mama terus-menerus menangis, Papa di sana akan sedih saat melihatnya. Sekarang Mama harus tersenyum dan kembali melanjutkan kehidupan kita. Papa pasti bahagia di sana kalo melihat Mama dan juga Chayra bahagia di sini. Jadi, Chayra mohon Mama jangan nangis lagi yah, jangan buat Papa sedih di sana.

— Alexandria Chayra

⚠️ Typo bertebaran

🍁•🍁•🍁

"Papa!"

Chayra nampak begitu bahagia sebab orang yang sangat dirinya cintai telah kembali tersadar, keadaannya masih benar-benar lemah dan tak memungkinkan untuk membuka mata.

Perlahan Chayra mendekati brankar sang Papa, mengelus lembut dan mengecup pipi sang Papa. Dilihatnya wajah tenang dan damai itu, rambutnya yang mulai memutih dan tak lagi hitam legam seperti tahun lalu.

Ada sedikit rasa menyesal dalam hati Chayra, akan tetapi itu tak sebesar rasa bangganya memeluk agama Islam. Chayra merasa setengah dari kebahagiaannya kembali, namun ada yang menganjal kali ini.

Mata Aldrich pun mulai terbuka, mengerjap untuk menyesuaikan cahaya diruangan dengan retinanya. Melirik ke arah kanan dan mendapati tatapan sayu dari putri tercintanya, Aldrich bangga memiliki putri yang teguh akan kebenaran.

"C-Chay-Chayra a-anak-ku," ucap Aldrich dengan terbata-bata.

Chayra tersenyum penuh arti, "Iya Pa, ini Chay anak Papa." tangis Chayra tak dapat dibendung, dipegang erat tangan yang tak diinfus itu. Menggenggamnya dengan penuh rasa cinta, memeluk tangan yang menuntun dirinya berjalan. Mencium tangan yang mengajarinya arti kehidupan.

"Chay di sini Pa, Papa harus sembuh nanti Chay akan jaga Papa, Chay mohon." keluh sudah lidah Aleema mendengar ucapan putrinya itu, begitu juga dengan Arzetha yang mengaluhkan pandangannya ke arah lain untuk menghapus genangan air matanya.

Aleema berjalan mendekati Aldrich dan Chayra, mengusap pelan lengan suaminya. Mencium puncak kepala Chayra yang terbalut hijab instan.

"Papa harus kuat, Mama udah ada disini Papa lihatkan Mama senyum?" ucap Chayra dengan nada yang bergetar.

Aldrich menatap Aleema sangat dalam. "Jaga Chayra Ma, maaf karena pernah menyakiti kalian berdua." Chayra dan Aleema sama-sama terkejut dengan ucapan Aldrich yang menurut mereka tak masuk akal.

"Papa ngomong apa sih, Papa harus sembuh demi Chayra dan aku," ucap Aleema yang kembali khawatir.

"Hmm ... Tan, Chay, Om permisi saya izin keluar sebentar ya," pamit Arzetha.

Chayra mengangguk begitu juga dengan Aleema yang tersenyum tipis kearah Arzeha. Atensi mereka berdua teralihkan lantaran mesin elektrodiagram milik Aldrich berpacu lebih cepat, keadaannya kembali memburuk.

Dengan segera Chayra menekan tombol darurat agar dokter segera menanganinya, namun sebelum dokter tiba. Aldrich menggenggam tangan Chayra kuat, seakan putrinya lah kekuatannya sekarang ini.

Assalamualaikum Allah (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang