🍁 Maaf -•

30 8 0
                                        

Maaf Pa, maafin Chay. Hiks Chay ga mau kehilangan Papa.

— Alexandria Chayra

⚠️ Typo bertebaran

🍁•🍁•🍁

"Pasien atas nama Aldrich Devan Volrenzo, apakah masih berada di UGD?" tanya Chayra sesaat setelah sampai di rumah sakit kota.

"Pasien atas nama bapak Aldrich sudah dipindahkan di ruang melati no 37," jawab sang resepsionis.

Dengan segera Chayra beserta Arzetha berlari mencari ruang rawat Aldrich, tangis Chayra pun tak dapat dibendung dengan tetap mencari ruangan sang Papa, Chayra senantiasa berdoa kepada sang kuasa. Semoga Allah mengampuni segala dosa yang Chayra dan keluarga lakukan selama ini.

Sedari tadi pun genggaman Arzetha pada tangan Chayra tak pernah terlepas, seakan ingin menyalurkan semangat untuk gadis di samping itu. Tangan besarnya seakan ingin melindungi tangan mungil milik gadis yang tengah gelisah hati.

Bahkan sebagian orang yang berada di koridor rumah sakit itu pun melihatnya, sepasang aktris besar kini berlari dengan sang gadis menangis sesegukan.

Seperti adegan film-film roman yang lain, akan tetapi ini bukan film. Ini kenyataan pahit yang harus diterima Chayra, cinta pertamanya telah terbaring lemah di atas brankar rumah sakit ini.

Tiada lagi kesedihan selain ini, di satu sisi dirinya bahagia karena telah menemukan tuhan. Di sisi lainnya Chayra merasa kehilangan orang yang paling dia cinta, Papanya.

"Tunggu Chay," ucap Arzetha membuat langkah Chayra terhenti seketika.

"Ada apa Ar?" tanya Chayra.

"Ruangan Melati no 37, itu bukan." Chayra pun mengikuti pandangan Arzetha ke arah depan.

Tepat disana di penghujung lorong rumah sakit, kamar rawat yang akan menjadi saksi perjuangan sang Papa untuk tetap hidup di kehidupan fana ini.

"Ayo Ar," ajak Chayra dengan tetap mengandeng tangan Arzetha.

'Tahan Ar tahan,' batin Arzetha.

Arzetha pun sedari tadi diam, membiarkan gadis di hadapannya ini menyeretnya. Hingga sampailah di depan pintu dan terhenti di depannya.

"Kenapa berhenti?" Chayra menatap Arzetha dengan mata sembab nya. "Takut?" tanya Arzetha kembali dan dibalas anggukan kepala dari Chayra.

"Nggak usah takut ada gua." sontak pernyataan Arzetha membuat Chayra menundukkan kepalanya.

Arzetha yang gemas kepada Chayra pun semakin mengeratkan genggaman tangannya, Chayra pun kembali mengangkat kepalanya dan menatap rekan kerjanya itu.

Arzetha pun sedikit menunduk dan berbisik tepat di telinga Chayra. "Nggak usah takut, sekalian gua mau kenalan ama Papa lu."

Blush

Pipi Chayra seketika memerah, Chayra pun langsung mendorong pintu kamar rawat sang Papa. Seketika itu pun genggaman tangan itu terlepas setelah Chayra benar-benar masuk ke dalam ruang rawat Papanya.

Arzetha pun tak henti-hentinya tersenyum penuh arti, dirinya tak tahu apa yang sedang terjadi pada dirinya. Apa arti gejolak aneh ini? Apa makna dari rasa ini?

Ah, gila sudah Arzetha kali ini.

Chayra masuk dengan perasaan ragu, dirinya masuk sendiri karena Arzetha tak mau mengganggu privasi Chayra. Arzetha akan datang jika dirasa kondisi sudah tak dapat dikendalikan oleh Chayra, seakan seperti seorang pahlawan ganteng katanya.

Assalamualaikum Allah (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang