🍁 Taste -•

29 6 1
                                    

Iya Om, agama yang di mana saya pernah tinggalkan hanya karena Tuhan mengambil seseorang yang sangat berarti dalam hidup saya. Namun saya sadar bahwa itu salah, sampai akhirnya saya memutuskan untuk kembali ke jalannya. Saya sangat menyesal pernah meninggalkan Islam.

— Zayden Arzetha Huzaifah

⚠️ Typo bertebaran

🍁•🍁•🍁

"Ngapain?"

Suara itu membuat Chayra terkejut saat dirinya tengah menutup ruang inap sang Papa. Arzetha dengan muka bantalnya menghampiri Chayra yang berdiri tegak di depan pintu ruang inap Aldrich.

"Eh lu kok bangun?" Bukannya menjawab pertanyaan Arzetha itu, Chayra kembali menanyakan pertanyaan kepada Arzetha.

Arzetha pun mendungus kesal. "Istirahat besok pagi Papa lu baru bangun." Setelah itu keduanya pun kembali ke ruang inap Chayra.

Arzetha yang berada di belakang Chayra, pria itu memposisikan dirinya di belakang agar suatu saat Chayra limbung, dirinya senantiasa siap menahan tubuh Chayra.

"Ar," panggil Chayra.

Arzetha yang sedari tadi berjalan dan menundukkan kepalanya, mendongak tatkala Chayra memanggil namanya.

"Iya, ada apa?"

Chayra menghentikan langkahnya dan mulai menghampiri Arzetha. "Makasih."

Arzetha pun menganga hebat, dirinya kira Chayra akan mengucapkan sesuatu. Akan tetapi, hanya ucapan terima kasih.

"Sama-sama," balas Arzetha.

Selepas itu keduanya melanjutkan langkah menuju ruangan Chayra, sebenarnya Chayra sudah membaik. Tapi mengingat hari sudah malam, mau tidak mau akhirnya Chayra kembali berbaring di ruang inapnya.

"Masuk dan istirahatlah, gua tunggu di sini," suruh Arzetha yang dibalas gelengan kepala oleh Chayra. "Masuk lah dan temani aku, sama seperti tadi." Arzetha pun hanya bisa menghembuskan napas pelan, dirinya sudah lelah dan memutuskan untuk beristirahat di sofa ruang inap Chayra.

"Yasudah masuk," pinta Arzetha.

Chayra pun patuh dan segera memasuki kamar inapnya, berbaring kembali di atas brankar rumah sakit sembari menunggu matahari menyapa bumi.

"Ar."

Arzetha yang mendengar panggilan Chayra, kembali bangkit dari tidurnya. Menghampiri gadis yang seharian ini berada di sisinya. "Ada apa?" tanyanya.

"Sini, tidurlah di sini." Chayra menepuk sisi brankarnya untuk kepala Arzetha, sebenarnya Chayra tak tega menyuruh Arzetha untuk beristirahat seperti itu.

Tapi mau bagaimana lagi, dirinya tak nyaman harus sendirian berada di atas brankar itu. Akhirnya Arzetha kembali mendudukkan dirinya dan bersiap menelangkupkan kepala di antara tangannya itu.

Melihat Arzetha yang sudah masuk ke dalam alam mimpi, membuat Chayra terkekeh sendiri. Arzetha mendengkur hingga Chayra mengeluarkan ponselnya, dengkurannya pelan tapi masih bisa terekam oleh kamera hp.

Assalamualaikum Allah (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang