SEBUAH KOTAK TANPA PENGIRIM
HUJAN tak kian berhenti mengguyur Jakarta pagi itu. Calea sedang merapikan penampilannya di depan cermin, padahal jam masih menunjukkan pukul tujuh kurang. Fokusnya terpecah ketika terdengar suara ketukan pintu.
"Calea, sudah bangun?" Terdengar suara kecil Lila dibalik pintu kamar Calea.
Calea menghela napasnya. Tebakannya tepat pada sasaran. Lila akan mengganggunya, maka dari itu, tanpa banyak pikiran Calea menerima ajakan Abella untuk pergi ibadah bersama.
"Udah." Calea menjawab singkat. Tak ada pergerakkan dari tubuhnya, ia masih berdiri mematung tepat di depan cermin.
Calea menatap malas ke arah handle pintu ketika Lila memberikan gaya yang membuat handle pintu itu bergerak searah jarum jam. Tetapi usaha Lila tidak membuahkan hasil. Pintu tak kunjung terbuka, karena Calea menguncinya dari dalam.
"Calea aku boleh masuk?" Suara Lila kembali terdengar.
"Nggak."
"Sebentar, aja. Aku mau ngomongi sesuatu," suara Lila terdengar parau. Suara khas orang sehabis menangis.
"Apa, sih?" Dahi Calea mengerut. Tak suka mendengar perkataan Lila.
"Aku janji, sebentar doang. Aku nggak tahu mau cerita ke siapa." Lila bermohon.
Calea berjalan mengambil ponsel, kemudian memasukkannya ke dalam tas kecil miliknya. Baru saja, Calea menerima pesan bahwa Abella sudah sampai di depan rumahnya.
Lila yang sedang menunduk di balik pintu kamar Calea, lantas mengangkat kepalanya dengan antusias ketika Calea membuka pintu. Calea menatap Lila datar kemudian selang sepersekian detik, ia mengunci pintu kamarnya kembali. Calea berjalan dengan langkah cepat dan melewati Lila tanpa sepatah kata pun.
Lila menatap kepergian Calea dengan tatapan sedihnya. Ketika Calea sudah tak nampak lagi, Lila menjambak rambutnya frustasi. Tangisan histeris terdengar serentak dengan suara mobil yang perlahan meninggalkan kediaman Calea. Lila menangis sejadi-jadinya. Meluapkan segala emosi yang membuatnya merasa tertekan. Ketika tangannya bergerak melepaskan rambutnya, terlihat beberapa helai rambut yang rontok.
——————————
Akhir-akhir ini Calea merasa ada yang berbeda dengan dirinya. Setelah ia berada di satu kamar asrama yang sama dengan Abella dan Alesha, Calea merasa perlahan-lahan ia kehilangan dirinya. Kehilangan dalam artian, kehadiran keduanya membuat ada bagian dalam diri Calea yang hilang. Dan Calea menyadari itu.
Calea tidak akan menampik fakta bahwa Abella dan Alesha perlahan-lahan membuatnya nyaman. Segala tingkah tak terduga milik Abella dan keluguan Alesha. Calea rasa, dua hal itu sudah cukup membuat Calea nyaman tinggal di kamar H-308.
Hal keliru yang baru Calea sadari adalah ia sudah terlalu percaya pada Abella dan Alesha. Dan itu sungguh berbahaya. Di dunia ini, tak ada yang dapat dipercaya. Pengkhianatan nyata adanya dan kemungkinan terbesar yang akan melakukan pengkhianatan adalah orang terdekat. Orang yang mengetahui banyak hal tentang dirimu.
Juga, seharusnya Calea tidak membeberkan hal-hal pribadi kepada Abella dan Alesha. Mereka baru saling mengenal. Bahkan bila dihitung, belum sampai satu bulan mereka bertemu. Calea tidak boleh terpancing dengan Abella dan Alesha yang acap kali dengan sangat mudah membeberkan hal-hal pribadi tentang mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
NISKALA - The Dark Side of Gardapati High School
Fiksi RemajaAlgebra Caleabree. Seorang gadis yang masih menyandang status sebagai seorang pelajar di jenjang sekolah menengah atas. Semua orang akan berpikir bahwa hidup Calea sangatlah sempurna. Tetapi, kenyataan berkata tidak. Lahir tanpa kehadiran seorang Ay...