KELAS 12 MIA-1

912 55 0
                                    

KELAS 12 MIA-1

DENTING jam besar di ruang kelas 12 MIA-1 menandakan pukul sepuluh pagi. Ketika Atreo asik berbincang dengan Darren dan Nicholas, samar-samar terdengar suara langkah kaki yang berlari cepat menuju ruang kelas mereka.

"Kagak usah lari kali, Bil. Kayak di kejar setan aja." Abella menegur Nabila yang hampir saja tersandung.

"Memang dikejar setan," ketus Nabila. Nafasnya masih belum teratur karena berlari dari ruang guru menuju ruang kelas.

"Siapa setannya?" tanya Darren.

"Bu Amara yang pemarah, lah." Nabila menjawab masih sama ketusnya. Nabila tidak sedang kedatangan tamu bulanan, hanya saja, Bu Amara benar-benar membuatnya jengkel. Wanita yang usianya sudah menginjak kepala lima itu mengomelinya karena banyak teman-temannya yang belum mengumpul tugas kimia mereka ke ruang guru. Nabila tentu tidak terima, karena yang Bu Amara keluhkan tidak ada hubungan dengan dirinya.

"Lo dipanggil buat ngapain, sih, sebenarnya?" Giliran Nicholas yang bertanya. Nicholas penasaran karena Nabila membawa setumpuk kertas di tangannya.

"Sabar, gue atur napas dulu." Nabila menjawab singkat.

"Alasan gue nggak mau jadi pengurus di bidang apapun," cetus Darren.

Atreo dan Nicholas terkekeh. "Malas disuruh-suruh," sela Nicholas seakan tahu pikiran Darren.

"Iya, anjir. Maksud gue, guru jadi nggak mandiri. Semua-semuanya nyuruh murid. Tolong ambil tas di ruang guru lah, tolong ambil spidol baru di ruang prasarana lah, tolong ambil minuman lah, tolong foto copy-in soal ini lah." Darren berterus terang.

"Sering lupa bilang makasih lagi. Sumpah yang kayak gitu tuh nyebelin banget. Udah capek-capek jalan dari gedung satu ke gedung lain, eh bilang makasih juga nggak."

Darren menyetujui ucapan Nicholas. "Makanya itu, apa untungnya ke murid coba?"

"Mereka punya poin plus di mata guru," sahut Atreo.

"Poin plus di mata guru juga nggak bisa naikin nilai, Re. SMA Gardapati naikin nilai, mustahil banget," tandas Nicholas.

"Betul, tuh. Gue terkejut banget waktu pertama kali masuk sini. Semuanya serba jor-joran. Lo harus bisa menyesuaikan diri dengan cepat. Kalau nggak, lo bakal tertinggal dan bisa stres sendiri. Apalagi waktu belajarnya, gila. Kayaknya cuman SMA ini yang waktu belajarnya dua belas jam sehari." Darren mencurahkan isi hatinya tentang SMA Gardapati.

"Eh, tapi iya juga. Kenapa gue nggak kepikiran, ya? Seminggu ini jadwalnya belum normal, kenapa?" Nicholas bertanya pada Atreo dan Darren.

"Mungkin karena masih banyak yang mau diatur. Kayak tadi pemilihan kegiatan tambahan di luar pelajaran. Mungkin minggu depan udah mulai normal." Atreo juga kurang tahu.

"Kalau jam pelajaran mulai normal, masuk sekolah jam setengah tujuh pagi, pulang sekolah jam setengah tujuh malam. Gila, udah kayak robot," kata Darren masih belum siap dengan jam pelajaran normal SMA Gardapati yang akan berlaku mulai minggu depan.

"Kayak baru sehari di SMA ini lo. Lebay banget." Nicholas menyindir Darren yang memasang wajah tertekan yang berlebihan.

"TEMAN-TEMANKU YANG BAIK BUDI DAN PEKERTINYA. DIMOHON PERHATIANNYA." Suara keras milik Nabila berhasil mengalihkan atensi Atreo, Darren, dan Nicholas.

Nabila terlihat membuka selembar kertas yang baru saja ia ambil dari kantong roknya, kemudian menyeletuk, "Buset, banyak banget namanya. Kayak daftar nama penerima sembako."

"Kepada teman-teman gue yang kurang ajar, karena kalian gue diomelin. Mohon didengarkan namanya baik-baik. Alfie, Alma, Bintang, Dhiya, Fadhif, Heiza, Keisha, Marvin, Pradana, Qisthi, Rakha, Sekar, dan Yabes. Diharapkan dengan sangat-sangat, untuk mengumpulkan tugas kimianya kepada Ibunda kita tercinta Ibu Amara. Terlambat mengumpul satu hari, poin dikurangi sepuluh. Jadi dimohon kerja samanya kepada kita semua. Kalau lo memang nggak bisa ngerjain, lo nanya ke orang, anjir. Ada usaha dikit, kek."

NISKALA - The Dark Side of Gardapati High SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang