KAFETARIA DAN KAMAR K 302

1.4K 78 0
                                    

KAFETARIA DAN KAMAR K 302

LANGKAH panjang milik seorang wanita dewasa menapaki lantai sebuah kafetaria sore itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

LANGKAH panjang milik seorang wanita dewasa menapaki lantai sebuah kafetaria sore itu. Suasana kafetaria sepi, entah apa alasannya. Mata hitam legamnya menelisik seluruh bagian kafetaria, guna mencari orang yang sudah mengatur janji dengannya.

Ketika menemukan orang yang ia cari, kaki jenjangnya bergerak mendekati meja yang terletak disudut sebelah kiri kafetaria.

"Mana uangnya?"

Belum sempat mendudukkan dirinya, sebuah pertanyaan telah terlontar dari bibir anak gadis dengan perawakan jauh dari kata rapi itu.

"Perbaiki sikapmu."

"Gimana cara perbaikinya? Tidak ada yang mau mengurus saya. Bahkan, Ayah dan Ibu saya tidak mau peduli dengan saya. Lantas, apa yang perlu diperbaiki. Sedari dulu hidup saya memang sudah rusak. Hancur." Perkataan tajam keluar dari bibir gadis itu. Mulut wanita dewasa yang beberapa detik lalu mendudukkan diri di depannya berhasil ia bungkam.

"Dia perduli. Kamu, kamu yang harusnya menjaga sikap. Bagaimana dia tidak menganggapmu kalau kelakuanmu seperti ini. Bertato, pakai tindik, merokok. Apa kelakuanmu mencerminkan bahwa kamu adalah anak perempuan yang baik?"

Di bawah meja, tangan anak gadis itu mengepal. Apakah wanita di depannya mengatakan bahwa ia terlihat seperti anak dengan pergaulan bebas yang nakal?

"Setidaknya saya tidak masuk ke dunia seks. Lagipula, kalaupun orang menganggap saya anak gak benar, saya terima. Toh juga saya lahir dari rahim perempuan gak benar."

Ucapan gadis itu berhasil membangkitkan emosi si wanita dewasa. "Tutup mulut kamu. Siapa yang kamu maksud perempuan gak benar?"

"Situ gak keterima? Lah, kan, apa yang saya bilang semuanya kenyataan. Hamil diluar nikah, anaknya kembar, yang satu diurus, yang satu ditelantarin."

"Saya gak pernah menelentarkan kamu. Kamu diurus oleh dia. Itu keputusan kami berdua. Urusan kamu gak dipedulikan sama dia, jauh-jauh hari itu bukan urusan saya lagi. Lagipula, kalau kamu berkelakuan baik dan gak suka bikin masalah, dia gak akan mungkin bersikap seperti itu kepadamu."

"Saya bukan urusan anda lagi? Oh, ternyata dari jauh-jauh hari anda memang tidak menganggap saya. Saya gak terkejut, sih. Ini juga anda datang karena takut putri kesayangan anda tahu siapa saya, kan?" Anak gadis itu menjeda ucapannya. "Sebenarnya, saya tidak pernah kepikiran untuk melakukan itu. Tapi, setelah saya pikir-pikir, sepertinya akan menyenangkan kalau saya kasih tahu ke anak anda, siapa saya sebenarnya? Atau sekalian saya kasih tahu kalau ayah kandungnya sebenarnya adalah salah satu pejabat yang paling populer saat ini?" Gadis itu menyambung ucapannya dengan santai. Seperti ucapan yang baru saja dilontarkan merupakan hal biasa yang tak apa jika semua orang mengetahuinya.

Ekspresi anak gadis itu berbanding terbalik dengan wajah wanita dewasa di depannya. Wajah wanita itu memerah. Menggambarkan betapa murkanya wanita itu pada gadis di depannya. "Jaga ucapan kamu. Kita lagi di tempat umum. Bagaimana kalau ucapan kamu didengar oleh orang?"

NISKALA - The Dark Side of Gardapati High SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang