GENIUS GIRL

1.9K 115 5
                                    

GENIUS GIRL

SEMUA siswa/siswi sudah kembali ke auditorium sejak delapan menit yang lalu. Sejak TKAS, kursi untuk siswa/siswi dan orang tua terpisah. Atreo dan keenam temannya mencari kursi agar mereka bisa duduk sederet.

Setelah menemukan kursi mereka, mereka akhirnya mendudukkan diri. Di sudut kiri, kursi telah diisi oleh seorang siswi dengan rambut sebahu. Mizar yang duduk tepat disamping gadis itu, memperhatikan wajah gadis itu dengan intens. Ia merasa ia pernah melihat wajah gadis in sebelumnya.

Terlalu serius meneliti sampai ia tak sadar gadis itu membalas tatapannya. Tatapan datar yang sontak saja membuat Aksa yang duduk disamping Mizar menyenggol dengan sengaja lengan Mizar. Mendapatkan senggolan dari sisi kanannya, akhirnya Mizar melepaskan pandangan dari gadis rupawan yang duduk tepat di sisi kirinya.

"Say sorry." Titah Aksa pada Mizar.

Mizar menatap kembali gadis disampingnya, kemudian menundukkan kepalanya sedikit. "Maaf. Gue bukan ada pikiran apa-apa ke lo, kok. Tenang aja. Gue cuman kayak ngerasa familiar dengan wajah lo."

Gadis itu tidak menjawab. Ia hanya menganggukkan kepalanya pelan.

Setelahnya, wajah Mizar kembali melirik ke sisi kanannya. "Cakep banget, anjir," bisiknya.

Malik yang duduk disamping Aksa menyentil bibir Mizar cukup kuat. "Suara lo anjing. Kurang gede."

Mizar mengeluh sakit. Melirik kembali ke sisi kirinya. Gadis itu tak memberi respon apapun. Sepertinya memang gadis itu tidak peduli.

"Gue kayak pernah lihat muka tuh cewek, deh." Nicholas berujar.

Darren sedikit memajukan wajahnya agar bisa melihat wajah gadis yang duduk di samping Mizar.

"Norak banget," sindir Atreo membuat kelima remaja laki-laki itu sontak tertawa. Tetapi tidak dengan Darren. Ia memasang wajah merasa tersakiti.

Atreo menatap tajam Abercio. Meminta Abercio menghentikan tawanya. Abercio hanya menggeleng. Tawanya belum habis.

Tiba-tiba Darren memukul paha Atreo. Terkejut karena ternyata pukulannya menghasilkan tatapan kelewat tajam dari Atreo.

"Sakit, bodoh."

"Hehehe, gak sengaja." Darren memasang wajah sok imutnya.

"Mampus lo." Abercio meledek.

"Eh tapi, itu bukannya yang nabrak lo berdua, Re?" sela Nicholas.

"Nah, itu. Gue mau nanya itu," ujar Darren.

"Iya," jawab Atreo singkat.

"Adiknya Lila, juga. Adik tiri, maksud gue." Abercio memelankan suaranya.

"Lila yang caper itu?"

"Malik kalau ngomong jangan julid-julid amat, setan." Mizar menabok pipi Malik.

"Lah, memang benar, kok." Malik membela dirinya.

Sebelum omongan teman-temannya semakin mengganggu gadis yang duduknya sederet dengan mereka, Aksa berinisiatif mengganti topik pembicaraan.

"Gak usah ngomongin orang lain. Mending pikirin hasil TKAS."

Ucapan Aksa sontak membuat teman-temannya terdiam seketika. Ibaratnya, lagi enak-enak minum jus buah, eh diganti sama susu basi. Menyakitkan.

"Aksa, mah, gak seru. Orang lagi cari cara supaya gak nervous, malah diingetin." Mizar misuh-misuh.

***

Miracle sudah berada di auditorium sekarang. Ia duduk dengan teman-teman sekelasnya saat dikelas sepuluh dulu.

"Gimana tadi, Mir?" Rachel bertanya pada Miracle.

NISKALA - The Dark Side of Gardapati High SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang