KILAS BALIK

615 39 1
                                    

KILAS BALIK

SEORANG dengan seragam abdi negara hanya bisa diam tak berkutik ketika dihadapkan dengan sepasang suami istri yang merupakan orang tuanya. Pandangannya lesu dan tertunduk menatap lantai marmer yang begitu dingin.

"Sejak awal, saya sudah memperingati anda untuk tidak bermain-main, Antonie." Walau sudah lama menetap di Indonesia, lidah tidak bisa berbohong. Fasih, namun memiliki logat yang berbeda.

"Sejak awal, saya pun sudah mengatakan bahwa saya mencintai dia, Vader."

"Kamu gila? Kamu hanya boleh menikah dengan gadis pilihan saya." Kepala keluarga pemilik rumah megah itu berteriak lantang.

"Ini adalah hidup saya, saya berhak memilih pasangan hidup saya." Pemuda berseragam itu berucap.

"Sekali saya bilang tidak, tetap tidak. Kamu harus menikah dengan putri pemilik redaksi media itu. Hanya keluarga itu yang bisa menyelamatkan keruntuhan SMA Gardapati. SMA Gardapati harus tetap berjalan. Keluarga saya telah bersusah-payah mempertahankan sekolah itu."

Pemuda itu marah, sangat marah. Tangannya terkepal kuat, menekan lututnya yang lemas karena menerima kenyataan pahit. Kenyataan bahwa dirinya pun tidak bisa berbuat apa-apa.

Menolak dengan cara apapun, pada akhirnya, dia harus tetap menikahi putri pemilik redaksi media yang sedang naik daun itu. Orang tua yang membuat kita berhasil, namun terkadang pula, orang tua yang berhasil menghancurkan kita.

Pemuda itu meninggalkan kediaman megah yang berada pada salah satu perumahan elite di Jakarta. Orang tidak akan berpikir, pemilik rumah megah itu tega menjual anaknya menikahi gadis yang tidak dikenal putranya, untuk mempertahankan sekolah yang hampir bangkrut. Menjual memang terdengar kasar, tetapi memang itu adanya.

---------

Seorang pria berumur empat puluhan berjalan dengan langkah tegas. Tidak ada keraguan, yang ada hanyalah kemarahan besar. Sebuah kemarahan yang rasanya ingin ia lampiaskan terhadap koleksi vas peninggalan kolonial yang memadati ruang tengah rumah megah yang sepi itu.

"Balik kamu?" Sumber kemarahan pria itu, membuka suara. Seolah tidak melakukan sesuatu, sungguh gila.

"Saya sudah bilang, jangan usik mereka. Jangan pernah menyentuh keluarga saya. Kamu tidak mengerti?" Pria itu rasanya ingin mencekik wanita gila yang berstatus sebagai istrinya.

Wanita itu menepuk tangannya berulang kali. "Wow, wow, wow. Saya lupa kamu masih mencintai wanita itu sama seperti belasan tahun yang lalu, ya?"

"Saya ingatkan sekali lagi. Jangan pernah mengganggu dia, apalagi kamu menyentuh putri saya. Habis kamu." Pria itu berucap dengan nada penuh ancaman. Pria itu hendak berjalan meninggalkan wanita gila itu, sebelum ucapan wanita gila itu menginterupsinya untuk berhenti melangkah.

"Putrimu sama seperti ibunya. Pengganggu. Saya benci sekali pekerjaan saya diganggu, dia terus mencari tahu hal yang seharusnya tidak perlu dia tahu."

"Putri saya tidak bodoh. Dia anak yang apatis, dia anak yang tidak peduli dengan dunia luar. Seandainya dia mencari tahu suatu hal, berarti memang ada hal buruk yang kamu sembunyikan, Sialan!"

"Maka buat anakmu itu mengerti. Tidak semua hal harus dia ketahui."

---------

NISKALA - The Dark Side of Gardapati High SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang