LOUINE KERTANEGARA (2)

540 29 0
                                    

Halo daun, kembali lagi dengan Batang Tumbuh disini. Apabila ada kesalahan pada penulisan kata, tolong tandai dikomentar, ya. Terima kasih, selamat membaca!

LOUINE KERTANEGARA (2)

RALINE berusaha untuk tidak membuat Louine menunggu begitu lama. Ia baru
saja menerima pesan dari Louine. Begini pesannya:

Saya di Belle Ballet Centre, ya, Mba. Mba langsung masuk. aja, temui resepsionis
dan katakan ingin bertemu saya

Maaf, saya jadi ajak Mba ketemu di Belle. Hari ini ada pentas balet, saya tidak ingin melewatkan. Mohon dimengerti, ya, Mba

Raline memarkir mobilnya tepat di halaman parkir Belle Ballet Centre. Sebenarnya, walaupun Louine tidak membagikan lokasinya tadi, Raline tetap
tahu letak salah satu kursus balet terbaik di Jakarta itu. Mengambil barang-barangnya, kemudian Raline keluar dari mobil. Matanya dihadiahi dengan deretan mobil mewah yang terparkir berdampingan dengan mobilnya. Jelas saja, anak-anak yang memutuskan bergabung dengan Belle Ballet Centre tentu berasal dari keluarga elite Jakarta.

Tempat itu sungguh mewah. Begitulah yang dapat Raline simpulkan. Dengan
lokasi sangat strategis di tengah kota Jakarta, gedungnya pun masih awet padahal gedung tersebut pasti bekas bangunan peninggalan Belanda yang beberapa propertinya telah berubah karena mengikuti zaman. Kesan Eropa sangat melekat ketika Raline akhirnya masuk ke bagian dalam gedung Belle Ballet Centre. Raline melangkah menghampiri resepsionis.

"Maaf, Bu. Dengan Ibu, siapa? Ada yang bisa saya bantu?" Seorang gadis muda
awal dua puluhan itu bertanya dengan nada sopan.

"Saya Raline. Saya ingin menemui Louine Kertanegara. Ia meminta saya untuk menemui resepsionis lebih dahulu untuk mengetahui posisinya." Raline langsung pada inti.

Resepsionis itu mengangguk tanda mengerti. "Baik, Bu Raline. Ikuti saja teman saya, dia yang akan mengantar Ibu untuk menemui Ibu Louine."

Raline serasa berada di sebuah gedung di Benua Eropa, dan ketika resepsionis
yang mengarahkan Raline membuka sebuah pintu besar, bertemulah mata Raline pada sebuah aula balet yang begitu luas dan indah. Aula tersebut sudah dipenuhi banyak orang yang sepertinya merupakan keluarga dari anak-anak yang akan menampilkan balet.

"Lewat dari sini, Bu." Resepsionis itu mengarahkan Raline untuk mengikutinya masuk ke sebuah pintu yang tersembunyi. Pintu itu ternyata berada dibalik panggung karena saat itu, Raline bisa melihat anak-anak yang sedang mempersiapkan diri untuk tampil.

Resepsionis itu membawa Raline untuk menaiki sebuah tangga dan ternyata,
tangga itu membawa Raline menuju bagian atas dari aula balet itu. Mungkin jika ada pentas balet resmi, bagian atas ini akan terisi dengan orang-orang VVIP.

Anehnya, Raline hanya melihat dua orang yang berada di lantai atas aula itu. Louine dan seorang wanita yang dari wajahnya, mungkin baru masuk kepala lima.

"Permisi, Bu. Itu Ibu Louine. Saya pamit, ya, Bu."

"Oh, iya, terima kasih, ya." Ucapan Raline membuat resepsionis itu melangkah mendekati tangga dan tak lama hilang dari pandangan Raline.

Louine belum menyadari kehadiran Raline. Louine masih asyik berbincang dengan wanita yang Raline yakini, lebih tua dari dirinya.

Raline mendudukkan dirinya pada kursi terdekat. Melirik pada jam tangannya, waktu Raline memang masih banyak sebelum harus kembali ke kantor pukul 19.30 WIB. Menunggu Louine, Raline membuka pesan dari orang kantor.

Seorang pengacara kondang ditemukan meninggal dunia di sebuah hotel. Minggu ini, Raline dan rekan-rekannya akan sibuk menginvestigasi kasus kematian pengacara kondang itu.

NISKALA - The Dark Side of Gardapati High SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang