JARAK

3.4K 182 5
                                    

JARAK

PAGI ini menjadi awal hari yang sangat heboh untuk Calea. Sejak subuh, Raline, Bi Maya, dan Mang Cecep sudah sibuk membereskan barang-barang yang masih belum dibungkus untuk dikirim ke Jakarta. Benar, mau bagaimana pun Calea menolak, keputusan Raline untuk pindah ke Jakarta tidak dapat diganggu-gugat. Keributan itu mulai mengganggu tidur nyenyak Calea. Setelah semalam melalui malam yang cukup panjang, Calea harus merelakan waktu tidurnya yang berkurang akibat kegiatan yang sedang dilakukan Raline.

Mengenai semalam, Calea bersyukur pikiran buruknya tentang sekumpulan anak laki-laki yang ditemuinya, tidak terjadi. Setelah membersihkan luka dari salah satu orang yang menjadi korban tabrakan tunggalnya, Calea diperbolehkan pulang.

Sekitar jam sebelas malam, Calea baru sampai di rumahnya. Masih teringat jelas dimemori Calea raut wajah cemas milik Raline. Betapa terkejutnya Raline melihat bagian depan mobilnya penyok. Bukannya marah, Raline langsung memeriksa tubuh Calea dari kepala hingga kaki.

Calea mencoba kembali untuk tertidur. Ia masih mengantuk, tetapi matanya seolah tak mau bekerja sama dengannya. Calea menatap ke arah cahaya yang menerpanya dari sisi sebelah kiri ranjang. Ini pasti ulah Raline. Calea tahu, setiap pagi Raline akan datang ke kamarnya, hanya untuk membuka gorden dan jendela. Calea meregangkan seluruh bagian tubuhnya. Mengambil segelas air putih di nakasnya, lalu meminumnya hingga tandas. Lega, dahaganya sudah hilang.

Tangan Calea bergerak-gerak mencari sesuatu di bawah tempat tidur. Setelah mendapatkan apa yang Ia cari, Calea meletakkan sebuah slipper berukuran empat puluh satu di dekat kakinya. Melangkahkan kakinya menuju ke toilet yang berada di dalam kamarnya, kemudian mencuci wajahnya sebelum turun ke lantai bawah.

"Pagi, mau sarapan dulu?" Saat kedua kaki Calea masih berada di anak tangga terakhir sebelum lantai dasar, Raline menyapanya dari arah ruang keluarga yang terletak di bagian barat rumah.

"Iya, Ma. Aku mau sarapan dulu." Ini masih pagi dan Calea tidak akan mau membahas masalah yang terjadi semalam. Intinya, Calea sedang tidak ingin bertengkar dengan Raline. Lagipula, sejak semalam Raline bersikap baik kepadanya. Walaupun sebenarnya Calea tahu alasan mengapa Raline berbuat baik kepadanya. Calea yakin, pasti ada sangkut paut-nya dengan pria dan seorang anak perempuan yang kemaren Ia temui di Claus. Calea tidak mau ambil pusing. Mau Calea menyatakan argumentasi apapun, percayalah, keputusan akan selalu ada ditangan Raline.

"Mau Mama buatin?" tanya Raline berjalan mendekati Calea.

"No need, Ma. Thank you." Ketika jarak Calea dan Raline hanya berkisar lima meter, Calea justru pergi meninggalkan ruang keluarga dan menuju ruang makan.

Bahu Raline melemas. Calea seakan menciptakan tembok tinggi untuk membatasinya berbuat lebih. Otak dan hati Raline bertolak belakang. Ketika otaknya mengatakan untuk membiarkan Calea bersikap cuek kepadanya, hatinya jauh berbeda. Bagaimana pun, tak akan ada seorang Ibu yang tahan ketika melihat anaknya bersikap tak peduli kepada Ibunya.

Raline berjalan menuju ruang makan. Matanya bertemu dengan mata cantik milik Calea yang sedang sibuk menuangkan sereal ke sebuah mangkuk. Semakin langkah Raline mendekat, maka semakin tegas mata Calea menunjukkan bahwa Ia tidak nyaman dengan kehadiran Raline.

Raline memegang bahu Calea, lalu menuntun Calea agar duduk. Calea tidak menolak, tetapi Ia mengalihkan perhatiannya ke arah depan. Pemandangan halaman belakang rumah setidaknya membuat Ia merasa lebih baik. Daun-daun hijau bergerak sesuai dengan arah angin. Birunya kolam renang pun semakin memanjakan mata Calea.

Sungguh, Calea memang tidak ingin bertengkar dengan Raline, tetapi Calea juga tidak mau Raline bersikap seperti ini. Calea tidak nyaman dan mungkin merasa sedikit asing. Selama enam belas tahun Ia hidup, bisa dihitung jari Raline bersikap seperti ini kepadanya. Jangan salahkan Calea jika hampir selalu berpikir negatif tentang Raline, karena Calea rasa itu adalah hal yang wajar.

NISKALA - The Dark Side of Gardapati High SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang