18• masalah besar

685 115 6
                                    

Yeni memutuskan untuk pulang ketimbang jadi kambing conge antara Yoongi dan mantan kekasihnya itu.

Kacau sudah agendanya hari ini, apa boleh buat? Si Eunso itu datang tak di undang dan mengejutkan Yoongi.

Bahkan dia sempat-sempatnya memeluk Yoongi? Ck. Perempuan macam apa yang berani seperti itu saat memutuskan untuk mengakhiri hubungan nya? Oh, atau jangan-jangan dia belum bisa move on kan?

Kentara sekali.

“Sudah kembali? Katanya mau menghabiskan agenda bersama Yoongi?“ Yeni mendengus kasar, dia memakan eskrim nya secara tak sabaran.

“Yoongi ada tamu.“

“Perempuan atau laki-laki?“

“Perempuan.“

“Pacarnya——“ sang mama sontak mengatupkan mulutnya ketika Yeni melotot ke arahnya.

“Ada apa? Kenapa menatap mama begitu? Kau keberatan Yoongi punya pacar?“ Yeni menghela napas panjang, tidak-tidak. Jangan di beritahu dulu nanti mamanya bisa heboh. Sebab mamanya bilang Yeni di izinkan pacaran begitu dia selesai ujian. Jadi untuk beberapa waktu ke depan dia harus Backstreet dengan Yoongi.

“Sudahlah aku mau cari angin segar.“ Yeni kemudian beranjak dari sofa, meninggalkan cup eskrim di atas meja dan pergi keluar.

"Heh, siang bolong begini mau kemana?!“

“Cari teman, barangkali para hantu butuh teman.“

“Cepat pulang dan jangan panas-panasan!“ teriak sang Mama namun Yeni keburu melenggang pergi meninggalkan rumah.

Siang ini Yeni juga bingung ingin kemana, ia tak tahu tempat tujuan yang ingin di datangi. Kalau minta Jimin pasti laki-laki itu akan minta imbalan, jelas sekali. Paling-paling imbalannya berupa pacar pura-pura. Huh, Yeni hafal sekali pokok nya.

“Lebih baik aku ke warnet saja dan nonton drakor sampai puas.“ katanya namun saat di tengah jalan ponselnya berbunyi.

Jimin

“Halo?“

“Bisa tolong aku? Ini darurat!“

“Astaga Jim, bisa tidak sehari tak menggangguku?“

“Ini menyangkut nyawaku, ku mohon bantu aku“

Tak ada pilihan, selain berkata iya atau baiklah.

“Dimana?“

“Di lapangan basket sekolah, niatnya mau ekskul malah aku di serang sekumpulan gadis yang menuntut kencan dariku. Sekarang aku tak bisa pulang dan pura-pura sibuk main basket dengan yang lain“

Dasar fuck Jimin. Menyebalkan. Menyusahkan sekali sih, bisa tidak sesekali dia mandiri? Uh, rasanya Yeni ingin pindah sekolah saja.

“Aku kesana“

Yeni segera menutup teleponnya, dan bergegas pergi ke sekolah.

Begitu tiba di sekolah yeni pergi menuju lapangan yang di katakan Jimin, dan memang benar jika ada 5-7 murid perempuan yang mengerumuni lapangan——lebih tepatnya meneriaki Jimin seperti orang tak waras.

“Jimin?!“ panggil ku ketika dia sedang melakukan dribbling untuk memasukan bola ke netnya.

Jimin segera menyudahi permainannya, laki-laki itu lalu berlari kecil menghampiri Yeni di kejauhan.

“Kalian lihat?“ Jimin kemudian menggenggam tangan Yeni, membuat gadis itu mengalami keterkejutan.

“Jadi kumohon jangan menggangguku lagi.“ pinta Jimin dengan nada memohon.

Too Early ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang