-Eleven-

1.3K 202 52
                                    

"Jadi semalam yang nakutin kamu itu mama kamu?" Lucas bertanya dengan mata yang tak menatap lawan bicara.

"Iyaಥ‿ಥ"

"Mamamu iseng, ya..." Pandangan Lucas berfokus pada layar ponsel.

"Iya"

Athanasia menghela napas panjang. Mengaduk-aduk minuman di hadapannya dengan sedotan. Meminumnya sedikit.

"Balik ke kelas yuk" ajak Athanasia.

Lucas mengerutkan keningnya bingung. "Gak bolos?"

"Gak dulu deh"

"Mau tobat ya mbak?" Dengan senyum jahilnya Lucas menatap Athanasia.

"Bukan gitu, kan hari ini pembagian hasil ujian tengah semester, jadi pengen tau dapet nilai berapa"

Lucas ber'oh' ria dan bangkit dari duduknya. Athanasia meraih tangan Lucas, menggenggamnya lantas menariknya untuk meninggalkan kantin. Kaki Lucas otomatis ikut melangkah mengikuti kemana Athanasia pergi.

Lucas yang belum mempersiapkan jantungnya dan tiba-tiba saja digandeng sudah tentu berwajah merah semerah rambut Felix.

Mereka sampai di kelas dan bersamaan dengan itu bel masuk berbunyi.

*Tong teng teng teng saatnya masuk kelas jam pelajaran akan segera dimulai teng teng teng tong*

*Tong teng teng teng saatnya masuk kelas jam pelajaran akan segera dimulai teng teng teng tong*

Athanasia duduk di bangkunya begitu pula dengan Lucas.

Tak lama seorang guru yang merupakan wali kelas mereka datang dengan membawa beberapa lembar catatan.

"Selamat pagi anak-anak"

"Pagi"

"Bagaimana kabarnya hari ini?"

"Baik"

"Nah seperti yang kalian tau, hari ini saya akan memberitahukan nilai-nilai UTS kalian. Dan nilai tertinggi diraih oleh.......














.......Lucas! Selamat untuk Lucas yang mendapat nilai tertinggi di kelas sekaligus tertinggi satu angkatan" ucap sang guru.

Semua mata tertuju pada Lucas dan hal itu berhasil membuat pemuda bersurai hitam itu merasa tidak nyaman karena diperhatikan.

Teman sekelasnya pasti berpikir bagaimana bisa seseorang yang sering bolos kelas mendapat nilai tertinggi.

"Lalu nilai tertinggi kedua diraih oleh Athanasia. Selamat untuk Athanasia yang mendapat nilai tertinggi kedua di kelas sekaligus tertinggi kedua satu angkatan"

Lagi-lagi semua siswa di kelas itu dikejutkan dengan apa yang mereka dengar. Bagaimana mungkin Athanasia yang sering bolos bersama Lucas mendapat nilai tertinggi kedua.

Ini membingungkan. Sampai-sampai beberapa orang berpikir mereka mencontek. Tapi kalau mereka mencontek pasti langsung ketahuan karena ada CCTV di kelas.

Yah mungkin mereka benar bahwa keduanya saling bertukar contekan. Tapi mereka hanya bertukar contekan dengan apa yang mereka tau, mereka berdua tidak pernah membawa catatan atau apapun itu.

Mereka juga hanya mencontek disaat benar-benar terdesak seperti datang terlambat atau sudah tidak mengerti jawabannya.

"Sekarang nilai tertinggi ketiga diraih oleh Ijekiel. Selamat untuk Ijekiel yang mendapat nilai tertinggi ketiga di kelas sekaligus ketiga satu angkatan"

Kalau yang ini tidak perlu ditanya lagi. Ijekiel Alpheaus memang terkenal akan kerajinan dan ketekunannya. Wajar saja bila ia mendapat nilai tinggi.

"Jadi peringkat satu, dua dan tiga seangkatan diborong kelas A semua. Mungkin itu wajar karena kelas ini memang kelas unggulan" ucap guru itu.

Guru itu membagikan kertas berisi nilai-nilai kepada murid-muridnya.

Athanasia melihat nilai-nilainya. Hampir semuanya sempurna. Hanya ada 2 mata pelajaran yang tidak sempurna. Tapi walaupun kedua mata pelajaran itu tidak sempurna, nilainya tetap tinggi.

Sedangkan Lucas? Semuanya sempurna kecuali matematika. Pelajaran dimana ia datang terlambat dan meminta contekan pada Athanasia. Sebenarnya jika ia menulis semua jawaban yang diberikan Athanasia maka nilainya akan sempurna, tapi ia tidak melakukannya karena akan terkesan aneh.

Athanasia menoleh ke arah Lucas. "Berapa nilaimu?"

"Semua 100 kecuali matematika. Matematika dapat 92,5" jawab Lucas datar.

"Kalau kamu?" Lanjutnya.

Athanasia mengamati kertas berisi nilainya itu. "Semua 100 kecuali dua mata pelajaran. Biologi 95 dan Bahasa Obelia 95 juga" ucap Athanasia.

Lucas manggut-manggut mengerti.

"Oh astagadragon! Kita bahkan hanya selisih 2,5" ucap Athanasia kala menyadari sesuatu.



"Baiklah anak-anak, sekarang kalian boleh istirahat." Guru itu meninggalkan kelas.

Semua siswa langsung mengerubungi meja Athanasia dan Lucas. Mereka harus mendapat jawaban atas pertanyaan yang sedari tadi menghantui mereka.

"Athanasia, Lucas kenapa bisa dapat nilai tinggi?"

"Bukankah kalian sering bolos?"

"Apa kalian mencontek?"

Athanasia memijat pelipisnya. Merasa pusing dengan pertanyaan bodoh teman sekelasnya. Kalau begini caranya ia dan Lucas tidak bisa ke kantin.

"Mamaku pernah bilang 'nakal boleh, bodoh jangan' begitu" jawab Athanasia.

"Hanya karena kita terlihat bodoh bukan berarti kita benar-benar bodoh" jawab Lucas.

"Mereka itu sebenarnya sangat jenius dan berbakat. Sejak kecil sudah sering mendapat penghargaan atas prestasinya. Sebagai sepupu Athy, aku tau saat berusia 7 tahun Athy sudah menguasai beberapa materi SMA" Jennette ikut menimpali.

"Mungkin karena sifat mereka yang bar-bar, nakal dan tidak berakhlak makanya mereka terlihat bodoh" lanjutnya.

Semua siswa berdecak kagum. Beberapa sampai kehilangan kata-kata.

"Jangan nilai buku dari sampulnya" ucap salah seorang siswa.

"Dah ah w mau ke kantin, beli seblak! Bye!" Athanasia menggeret kerah baju belakang Lucas dan membawa pemuda itu melewati kerumunan.

-Bersambung-

Jadi mereka tuh jenius gaes😌👌🏻
Cuma emang kelakuannya kayak orang bego jadinya pada nganggep mereka bego😌👌🏻

COUPLE [SIBAP Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang